[PORTAL-ISLAM.ID] Fenomena orang aneh merusak kawasan ibadah dan menyerang tokoh agama belakangan ini, menciptakan masyarakat khawatir dan resah. Apalagi, penyerangan tersebut di beberapa kawasan memilki contoh yang sama. Sehingga sentimen masyarakat melihat kasus ini terus berkembang, tidak sedikit yang mengaitkan dengan gosip politik.
Menanggapi hal itu, juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Ismail Yusanto mengaku, sesungguhnya dirinya tidak tahu apa yang terjadi dibalik fenomena penyerangan pemuka agama oleh orang yang diduga aneh tersebut. Namun, kata dia, banyak sentimen yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Di antaranya supaya pegawapemerintah punya alasan untuk mengawasi Masjid dan Pesantren dengan alasan menjaga ulama kiai, ustaz.
“Padahal, maksud sesungguhnya yakni untuk memonitor ceramah atau dakwah yang terkait pilkada,” tegas Ismail, dikala dihubungi melalui pesan singkat, Rabu 21 Februari 2018.
Sementara Koordinator Indonesia Crime Analyst Forum (ICAF), Mustofa B Nahrawardaya menyampaikan, tanpa ada yang menggerakkan, maka sangat mustahil orang-orang aneh sanggup berkoordinasi menyerupai itu. Karena kasus-kasus yang terjadi mempunyai contoh yang sama, korban pun sama, dan pelaku juga demikian mempunyai huruf sama, yaitu dianggap sakit jiwa.
Mustofa beropini ada ghost protocol yang sedang berjalan dalam kasus fenomena orang aneh aniaya pemuka agama ini.
“Kemungkinan ada yang memberlakukan ghost protokol alias SOP liar. Tidak tersentuh pemain film intelektualnya atau dalangnya. Bisa dirasakan ada dalangnya, tapi tak gampang menemukan posisi dan identitasnya,” ungkap Mustofa.
Memang dalang dibalik taktik ghost protocol belum sanggup diketahui meski sanggup dirasakan keberadaannya. Dalam kasus kegilaan di Indonesia ini, kata dia, si pemain film intelektualnya atau dalang ingin memberi pesan pada para musuhnya.
Pesannya, Mustofa menduga, semoga tidak melaksanakan tindakan yang merugikan si dalang. Yakni dengan cara mengirim orang gila.
“Sebagian yang dikirim berhasil memberi pesan luka, bahkan nyawa. Sebagian lagi gagal adanya,” keluh Mustofa