Fahri: Kalah Opini, Akun-akun Oposisi Dibunuhi
[PORTAL-ISLAM.ID] Akun-akun twitter oposisi aktivis #2019GantiPresiden bertumbangan kena suspend/pembekuan.
Diantara akun-akun yang kena suspend adalah akun Mustofa Nahrawardaya (@NetizenTofa), akun Ketua DPP Partai Gerindra Habiburokhman (@habiburokhman), dll.
Sementara pindah ke sini @AkunTofa ya. Karena akun @NetizenTofa telah disuspend. Dan lihat, akun @KakekDetektif malah dibiarkan eksis. 😀😀😀 TEBAK SENDIRI DAH. pic.twitter.com/cfbeNGmuxP
— Mustofa Nahrawardaya Cadangan (@AkunTofa) 24 Juli 2018
Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mensinyalir Perang Besar-besaran di Dunia Maya sudah dimulai sebagai bagian dari Pilpres 2019.
Fahri menyebut pihak petahana memakai teknologi mesin perang dunia maya pembunuh akun-akun lawan.
Berikut penuturan Fahri Hamzah yang disampaikan di akun twitternya (26/7/2018):
Saya mendengar bahwa incumbent memiliki mesin perang di dunia maya yang sempurna...meski saya bukan ahli mesin media sosial tapi karena kita aktif di sana maka kita merasakan adanya aktivitas mereka. Ini seperti imperium Persia melawan Sparta dalam film “300”. #CyberWar2019
Ini lebih dari sekedar berita yang diungkap harian Inggris The Guardian (yang membongkar buzer-buzer Ahok), di bawah ini:
'I felt disgusted': inside Indonesia's fake Twitter account factories
https://www.theguardian.com/world/2018/jul/23/indonesias-fake-twitter-account-factories-jakarta-politic
Lalu menjadi berita di media kita seperti berikut:
Investigasi Guardian Bongkar Buzzer Ahok Digaji Ratusan Poundsterling Pakai Akun Palsu
http://wartakota.tribunnews.com/2018/07/24/investigasi-guardian-bongkar-buzzer-ahok-digaji-ratusan-poundsterling-pakai-akun-palsu
Lebih dari itu yang saya dengar. Ini perang yang tak terbayangkan. #CyberWar2019
Jagad teknologi terkini di dunia maya telah dibeli untuk kepentingan perang di dunia maya. Ada yang dibeli oleh swasta dan ada yang dibeli pakai uang negara. Semuanya akan digunakan oleh yang punya kuasa untuk mendukung dan membela petahana. #CyberWar2019
Nanti, buzzer itu bukanlah seperti Alex dalam kisah The Guardian itu, yang mengumpulkan secara manual buzzer-nya dan mereka mengirim pesan sponsor di akun media sosial mereka. Perang baru nanti tidak perlu buzzer. Teknologi ini bisa memerankan semuanya. #CyberWar2019
Ini perang digital, tidak memerlukan manusia. Tapi uang. Uang untuk membeli perangkat perang yg sekarang, yang dijual dan dipasok ke dunia maya kita. Menciptakan fitnah dan Hoax serta membunuh karakter lawan. Ia juga punya kemampuan membunuh akun lawan. #CyberWar2019
Jadi kalau akun anda mati, bukan karena @Twitter atau @facebook membunuhnya. Meski kemungkinan itu ada, tetapi mesin pembunuh digital bergentayangan di dunia maya. Mereka memerintahkan pembunuhan kepada robot2 yang digerakkan robot2 uang. #CyberWar2019
Tapi ada yang mereka tidak bisa matikan, yaitu keyakinan pada kebenaran. Keyakinan baik akan menyebar dan orang2 yang memiliki hati sedang memproduksi 'robot kebaikan'. Keyakinan tidak bisa dikalahkan dan keyakinan selalu membawa harapan. #CyberWar2019
Maka yang lebih penting bagi kita adalah, keyakinan bahwa kita benar. Itulah yang tidak dimiliki oleh robot2 dan pemilik uang itu. Itulah kesejatian. Semoga Allah memperkuat kita. Jiwa kita agar tidak kalah oleh robot dan uang. Amin.
Saya mendengar bahwa incumbent memiliki mesin perang di dunia maya yang sempurna...meski saya bukan ahli mesin media sosial tapi karena kita aktif di sana maka kita merasakan adanya aktivitas mereka. Ini seperti imperium Persia melawan Sparta dalam film “300”. #CyberWar2019
— #2019HayyaAlalFalah (@Fahrihamzah) 26 Juli 2018
Ini lebih dari sekedar berita yang diungkap harian Inggris The Guardian, di bawah ini:https://t.co/8V6rfaZFs2
— #2019HayyaAlalFalah (@Fahrihamzah) 26 Juli 2018
Lalu menjadi berita di media kita seperti berikut:https://t.co/QsiFBcCR7w.
Lebih dari itu yang saya dengar. Ini perang yang tak terbayangkan. #CyberWar2019
Jagad teknologi terkini di dunia maya telah dibeli untuk kepentingan perang di dunia maya. Ada yang di beli oleh swasta dan ada yang dibeli pakai uang negara. Semuanya akan digunakan oleh yang punya kuasa untuk mendukung dan membela petahana. #CyberWar2019
— #2019HayyaAlalFalah (@Fahrihamzah) 26 Juli 2018
Ini perang digital, tidak memerlukan manusia. Tapi uang. Uang untuk membeli perangkat perang yg sekarang yang dijual dan di pasok ke dunia maya kita. Menciptakan fitnah dan Hoax serta membunuh karakter lawan. Ia juga punya kemampuan membunuh akun lawan. #CyberWar2019
— #2019HayyaAlalFalah (@Fahrihamzah) 26 Juli 2018
Jadi kalau akun anda mati, bukan karena @Twitter atau @facebook membunuhnya. Meski kemungkinan itu ada tetapi mesin pembunuh digital bergentayangan di dunia maya. Mereka memerintahkan pembunuhan kepada robot2 yang digerakkan robot2 uang. #CyberWar2019
— #2019HayyaAlalFalah (@Fahrihamzah) 26 Juli 2018
Tapi ada yang mereka tidak bisa matikan, yaitu keyakinan pada kebenaran. Keyakinan baik akan menyebar dan orang2 yang memiliki hati sedang memproduksi robot kebaikan. Keyakinan tidak bisa dikalahkan dan keyakinan selalu membawa harapan. #CyberWar2019
— #2019HayyaAlalFalah (@Fahrihamzah) 26 Juli 2018
Maka yang lebih penting bagi kita adalah, keyakinan bahwa kita benar. Itulah yang tidak dimiliki oleh robot2 dan pemilik uang itu. Itulah kesejatian . Semoga Allah memperkuat kita. Jiwa kita agar tidak kalah oleh robot dan uang. Amin.
— #2019HayyaAlalFalah (@Fahrihamzah) 26 Juli 2018