Menguak Sisi Lain Reuni 212
[PORTAL-ISLAM.ID] Fenomena 212 menunjukkan. Kerisauan akan bangkitnya POLITIK IDENTITAS karena terkait dengan Radikalisme SARA, Intoleransi atau Rasisme tidak sepenuhnya BENAR, terutama jika konsep politik itu ingin digunakan untuk memotret menguatnya Identitas Politik umat ISLAM di Indonesia.
Sayangnya, banyak analisa dan kajian mengenai kebangkitan politik identitas di Indonesia selama ini dilakukan dengan meminjam sepenuhnya analisis dari sejumlah pakar “luar”, tidak berupaya melihat fakta genuin yang khas pada Islam Indonesia dari realitas penelitian empiris-partisipatoris di lapangan.
Banyak mereka yang disebut pakar dan intelektual, lebih dekat dengan teks-teks ilmiah dibanding kejadian2 faktual. Ini membuat hasil-hasil kajian mereka kaya referensi, tapi tidak mampu menjelaskan kejadian-kejadian.
Kondisi bisa makin parah jika ada keberpihakan sang pakar secara ideologis pada kelompok sosio-politik tertentu. Akan ada pemilihan dan pemilahan realitas tertentu yang disukai karene mendukung argumen, dengan meminggirkan realitas lain yang benar-benar terjadi.
Hasilnya adalah kajian-kajian yang tidak bisa memandu tindakan karena problem realibilitas. Bahkan bisa disebut, kajian2 tentang Politik Identitas itu MENYESATKAN pikiran. Dari kajian-kajian semacam itulah dimunculkan ketakutan akan isu intoleransi, radikalisme, anti kebhinnekaan atau rasisme.
Hal yang memang niscaya terjadi karena kajian seperti itu tidak sepenuhnya bermanfaat secara ilmiah dan hanya menyodorkan diri untuk dimanfaatkan sebagai bahan propaganda dan agitasi.
Terkait kembali dengan fenomena aksi2 212, faktanya tidak terjadi ketakutan di masyarakat seperti disuarakan pemerintah menjelang aksi. Bahkan kelompok minoritas dengan gembira ikut larut didalamnya. Sungguh sebuah anomali.
Penulis: Akhmad Danial