dr. Tifa: ANGKA JUBIR COVID-19, SANGAT JAUH DARI ANGKA FAKTUAL


ANGKA JUBIR COVID-19

Seperti yang sudah pernah saya sampaikan, setelah angka 1000+ hampir sulit untuk mempercayai jumlah kasus yang dilaporkan Jubir, dan sudah saatnya untuk menggunakan angka model prediksi dari para Ahli Epidemiologi sebagai acuan yang lebih valid.

Mengapa?

Anda bisa melihat, bahwa Worldometer Covid19 (https://www.worldometers.info/coronavirus/) sudah menambahkan kolom jumlah pemeriksaan per 1 juta populasi.

Dan pada hari ini, tanggal 4 April 2020, angka worldometer menunjukkan bahwa di INDONESIA, rasio pemeriksaan adalah 26: 1.000.000 penduduk. (lihat tabel dibawah)

Ini sungguh perbandingan amat tidak berimbang. Tentu saja dengan cakupan pemeriksaan yang sangat kecil, menghasilkan angka terlaporkan yang sangat jauh dari angka faktual kasus positif yang sesungguhnya terjadi di lapangan.



Lalu darimana kita tahu jumlah kasus persisnya? Ada jawabannya, menggunakan Model Prediksi Epidemiologi.

Anda boleh percaya dengan hitungan saya. Boleh pakai hitungan BIN. Atau BAPPENAS. Atau FKM UI, atau ITB. Silakan. Yang jelas, pengetahuan tentang prediksi angka faktual memudahkan kita melakukan mitigasi risiko dan antisipasi. Dibandingkan berhalusinasi dengan angka kecil yang sama sekali jauh dari fakta.

Saran saya kepada Jubir, apakah masih perlu setiap hari menyampaikan angka, yang makin hari makin jauh dari angka faktual sesungguhnya? Tidakkah lebih baik Jubir melaporkan saja, tindakan apa yang sudah dilakukan Pemerintah dan apa rencana selanjutnya, dan apa saja instruksi/himbauan dan petunjuk yang harus dilakukan oleh seluruh Rakyat Indonesia.

Rasanya sudah waktunya, Pak Yurianto ganti peran dengan Pak Presiden. Maksudnya bukan sebagai Jubir, tetapi rakyat butuh penjelasan langsung dari Bapak Presiden, setiap hari, tentang COVID19 ini termasuk langkah Pemerintah dan apa arahannya.

Rakyat butuh Dirigen yang memandu seluruh Orkestrasi berjalan dengan baik dan harmonis.

Peran Pak Yurianto sebagai Jubir khusus laporan angka kasus, lebih baik disudahi saja. Daripada pak Yuri nya makin frustrasi, yang menyimak apalagi.

(dr. Tifauzia Tyassuma)

Share Artikel: