Israel Mengubah 15 Masjid Palestina Menjadi Sinagog Yahudi, 40 Masjid Dihancurkan, 17 Lainnya Jadi Bar


[PORTAL-ISLAM]  Sebuah studi yang diterbitkan oleh Komite Tindak Lanjut Tinggi untuk Warga Arab Israel Kamal Khatib, mengungkapkan bahwa pihak berwenang Israel telah mengubah 15 masjid menjadi sinagog Yahudi.

Studi ini juga menunjukkan bahwa 40 masjid dihancurkan, ditutup, atau ditinggalkan, sementara 17 lainnya diubah menjadi lumbung, bar, restoran, atau museum.

Misalnya, Masjid al-Ahmar (fota atas) di kota utara Safed diubah menjadi ruang konser, sementara Masjid al-Jadid di kota Kaisarea diubah menjadi sebuah bar, menurut penelitian.

Masjid Ayn Hawd di Haifa dan lantai atas Masjid al-Siksik di Jaffa mengalami nasib serupa.

"Setelah Nakba, sekitar 539 desa Palestina hancur," kata Khatib. "Semua bangunan Palestina, termasuk masjid, telah menjadi mangsa yang mudah bagi pemerintah Israel."

Nakba adalah kejadian pengusiran rakyat Palestina pada tahun 1948. Lebih dari 700 ribu warga Palestina terusir dari tanah dan rumah mereka yang kemudian dijajah Israel.

Khatib ingat bahwa masjid-masjid di era pra-Nakba penuh dengan jamaah. "Namun, setelah Nakba, masjid-masjid dihancurkan, terutama yang ada di desa-desa. Masjid-masjid lain diubah menjadi sinagog, bar, museum, kafe, atau restoran."

Khatib mengatakan pemerintah Israel telah memberlakukan undang-undang untuk menyita properti Palestina, yang meninggalkan rumah mereka.

"Knesset (parlemen Israel) mengesahkan hukum absen, di mana Israel menyita bangunan dan properti warga Arab (yang meninggalkan rumah mereka untuk pindah ke daerah lain)," katanya.

"Kebijakan yang sama diterapkan oleh Israel ke banyak masjid dan tempat-tempat sholat."

Khatib mengatakan Palestina telah melakukan upaya berulang kali untuk "mendapatkan kembali, merenovasi dan menghentikan serangan terhadap masjid."

"Namun, semua upaya ini ditolak oleh Israel," katanya.

Israel membantah tuduhan menggunakan masjid untuk tujuan lain selain beribadah.

Kementerian mengatakan bahwa otoritas Israel mengalokasikan jutaan shekel untuk membangun tempat ibadah bagi umat Islam yang tinggal di Israel. Disebutkan bahwa pemerintah mendanai lebih dari 100 masjid dan membayar gaji para imam mereka.

Namun Khatib menolak klaim Israel, dengan mengatakan "Pemerintah Israel tidak pernah membangun masjid dalam sejarah negara itu."

"Semua masjid telah dibangun oleh orang-orang kami, yang mengumpulkan sumbangan untuk membangun tempat ibadah mereka," katanya.

Khatib melanjutkan bahwa tidak semua masjid terdaftar dengan otoritas keagamaan Israel. "Para imam masjid-masjid ini mendapatkan bayaran dari komite masjid, yang mengumpulkan sumbangan untuk membayar kebutuhan masjid."

Pada 1743, penguasa Palestina era Utsmani, Zahir al-Umar al-Zaydani, membangun sebuah masjid atas namanya di kota Tiberias di utara.

Masjid Umari tetap menjadi titik magnet bagi jamaah sampai 1948 ketika ditinggalkan setelah Nakba, sebuah istilah yang digunakan oleh Palestina untuk menggambarkan penciptaan negara Israel di puing-puing Palestina.

Salah satu landmark Tiberias, sebuah masjid, juga dikenal sebagai masjid Zaydani, dibangun di atas arsitektur Mameluke, dengan kubah besar dan menara.

"Seperti kebanyakan orang Palestina, penduduk Tiberias telah melarikan diri ke Suriah dan Libanon mengikuti Nakba," kata Khatib.

"Keluarga Zaydani, bagaimanapun, pindah ke kota Nazareth yang berdekatan," katanya.

Khatib mengatakan keluarga Zaydani telah meminta pemerintah Israel untuk mengizinkan mereka merenovasi masjid Umari.

"Namun pemkot Tiberias menolak, dengan alasan akan merenovasi, namun tidak terjadi apa-apa (tetap dibiarkan)," katanya.

"Bahkan sejak masjid telah ditutup otoritas Israel melarang jamaah dan pengunjung memasuki," katanya.

Sumber: Daily Sabah

Share Artikel: