KEBELET KUASA
KEBELET KUASA
Selama 23 tahun menjadi Presiden, Soekarno tidak mempersiapkan seorangpun dari anak-anaknya untuk menjadi pejabat negara atau kepala daerah tertentu. Kalau mau, bisa saja Soekarno melakukannya, tapi beliau memilih tidak mengambil kesempatan itu.
Selama 32 tahun menjadi Presiden, satu-satunya anak Soeharto yang pernah menjadi menteri hanya Siti Hardijanti Rukmana atau mbak Tutut. Itu pun setelah ia matang dalam dunia politik dan menjadi Ibu Negara menggantikan almarhumah ibunya.
Soeharto memilih Mbak Tutut membantu tugasnya setelah beliau menjadi orang nomor satu selama 32 tahun, bukan baru 5 tahun atau 10 tahun menjadi orang nomor satu lalu kebelet mikir dinasti bagi kelanggengan kekuasaannya.
Beliau juga tidak mengangkat mbak Tutut sebagai Gubernur Bank Indonesia, Menteri Keuangan, Menteri Pertambangan atau Dirut Pertamina, tetapi membantu presiden mengurus urusan kesejahteraan rakyat sebagai Menteri Sosial.
Kalau mau, tak ada yang mampu menghalangi Soeharto mengangkat Sigit jadi Gubernur Kaltim yang kaya sumber daya alam itu, Bambang Tri menjadi Gubernur Papua atau Titiek Soeharto menjadi Dirut PT.Timah atau PT.Antam.
Tapi Soeharto memilih tidak melakukannya.
Presiden BJ.Habibie puluhan tahun menjadi orang terdekat Soeharto, sebagai Menristek, Wapres hingga Presiden RI. Jika beliau mau, sangat bisa menempatkan anaknya Dr.Ing. Ilham Akbar, Dipl.Ing., M.B.A., lebih dikenal sebagai Ilham Habibie sebagai Dirut Garuda atau Menristek menggantikan posisinya dahulu, mengingat kualifikasi ilmu kedirgantaraan Ilham Habibie tidak ada tandingnya kala itu.
Tapi Presiden BJ Habibie memilih tidak melakukannya.
Presiden Abdurahman Wahid atau Gusdur juga tidak mengangkat Yenny Wahid sebagai Menteri Negara atau berusaha menjadikannya Gubernur Jawa Timur. Tapi Gusdur memilih tidak mengambil kesempatan itu.
Megawati saat jadi Presiden juga tidak serta merta ngebet ingin menjadikan Puan Maharani sebagai Menteri atau Ketua DPR RI. Mega membiarkan Puan matang ditempa di partai politik selama puluhan tahun untuk mumpuni meniti karier politiknya sendiri.
Kalau mau, Megawati bisa saja mengkatrol Puan Maharani menjadi Gubernur Jawa Tengah saat ia berkuasa, tapi itu tidak dilakukan oleh Megawati.
Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono sekaligus Ketua Umum Partai Demokrat tidak ujug-ujug menjadikan Ibas atau Eddie Baskoro Yudhoyono sebagai Ketua Umum Partai Demokrat. SBY membiarkan Ibas belajar politik hingga matang dari para politisi senior di Partai Demokrat yang seratus persen dikuasainya kala itu.
Kalau mau, SBY bisa saja mengkondisikan Ibas menjadi menteri Perekonomian atau Perdagangan mengingat Ibas berkualifikasi Master of Science in International Political Economic jebolan Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapura.
Tapi SBY tidak melakukannya.
Seandainya Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Gusdur, Megawati dan SBY memiliki anak berkualifikasi TUKANG MARTABAK tanpa basis kualifikasi bidang politik dan karier di partai politik, apakah kira-kira mereka semua masih memiliki obsesi anaknya untuk dijadikan KEPALA DAERAH tertentu ..?
Maaf ini cuma nanya, jangan ada yang kejang-kejang, baper, tersinggung, ngamuk lalu garuk-garuk aspal yaa...🙏🤭
Salam sehat dan tetap semangat ..!!
(By Nazlira Vardha)