Selamatkan Dua Kota Suci (Alharamain) Sebelum Terlambat, Dari Propaganda Israel
Tulisan DR. Gamal Abdussatar yang dipublis Al-Jazeera ini menanggapi Khutbah Jum'at As-Sudais di Masjidil Haram (4/9/2020). DR. Gamal Abdussatar adalah mantan wakil menteri urusan Wakaf Mesir dan profesor kuliah Da’wah Universitas Al Azhar.
______
أنقذوا الحرمين قبل فوات الأوان
Selamatkan Dua Kota Suci (Alharamain) Sebelum Terlambat
Siapa yang menyangka bahwa mimbar masjidil haram di Makkah akan berubah menjadi panggung propaganda normalisasi dengan penjajah Israel dan penyelewengan dalil-dalil syar’i untuk menerima pengkhianatan dan kedaulatan penjahat Israel.
Sesungguhnya Alharamain adalah amanah dari Allah kepada seluruh umat Islam, yang diperuntukkan bagi nabi Ibrahim Alaihissalam dan semua pengikut jalan ‘hanifan musliman’ hingga hari kiamat nanti. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Alhajj Ayat 26:
وَإِذْ بَوَّأْنَا لِإِبْرَاهِيمَ مَكَانَ الْبَيْتِ أَن لَّا تُشْرِكْ بِي شَيْئًا وَطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْقَائِمِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ
Yang artinya :
Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan), "Janganlah kamu mempersekutukan sesuatu pun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang tawaf, dan orang-orang yang beribadah dan orang-orang yang rukuk dan sujud".
Maka bagi umat Islam agar menjaga amanah yang diberikan Allah dan menepati janjinya untuk selalu mensucikan Baitullah dari semua kotoran termasuk yang bersifat dzahir dan maknawi dan tidak mengizinkan seseorang menjadi imam atau pemimpin di dalamnya, naik ke atas mimbarnya kecuali bagi yang layak, dan tidak ada satupun rezim politik yang boleh memaksakan kehendaknya, merampas hak umat Islam atasnya dalam menunaikan kewajibannya.
Dan tidak boleh ada satupun rezim yang memaksa umat Islam untuk shalat di Baitullah di belakang seorang Imam yang tidak bertaqwa kepada Allah atau mendengar khutbah seorang khatib yang tidak takut kepada Allah dan menyelewengkan akidah dan ibadah umat Islam. Alharamain bukanlah suatu warisan untuk keluarga atau kabilah tertentu tapi Alharamain adalah amanah yang diletakkan di pundak setiap muslim di seluruh dunia. Baik dia seorang Arab atau A’jam, pemimpin atau rakyat biasa.
Dengan jujur dan jelas saya mengatakan bahwa rezim Saudi telah melakukan semua kejahatan tersebut dan tidak mampu untuk menjalankan tugasnya sebagai penjaga Alharamain.
Tidak terbayangkan mimbar masjidil Haram yang seharusnya menjadi tempat menyerukan pelarangan wala’ terhadap musuh dan mengakui kedaulatan kafir Israel, seruan untuk membebaskan Al Aqsha justru menjadi panggung penerimaan semua kejahatan Israel dan tunduk terhadap perampasan yang mereka lakukan di tanah umat Islam, Palestina.
Keruntuhan akhlak dan politik rezim Saudi telah sampai kepada titik yang sangat rendah, maka bagi seluruh umat Islam, ulama dan publik figur, organisasi dan individu, mulai hari ini agar menyerukan penyelamatan Alharamain dari penistaan rezim Saudi dan semua pejabatnya yang menjadikan agama sebagai topeng. Selamatkan masjidil haram dari Sudais yang mengatakan Trump -yang terbukti menjadi perusak dunia Islam khususnya Palestina- dan Muhammad bin Salman -yang seorang pembunuh para ulama- akan memimpin dunia kepada kedamaian dan ketentraman.
Selamatkan Alharamain dari penyakit rezim yang menggunakan mimbarnya untuk memperbaiki citranya yang rusak, menjustifikasi kejahatannya, melegalkan tindakannya dalam menumpahkan darah umat Islam dan permusuhannya terhadap ulama-ulama yang lurus.
Selamatkan Alharamain dari Sudais yang telah mendustakan Allah dan RasulNya, yang telah menyelewengkan agama dan akidah umat Islam, yang memuji musuh umat tapi justru memerangi para pejuang dan mujahid umat.
Normalisasi yang dikatakan Sudais bukanlah perdamaian antar dua pihak yang bersengketa, atau solusi sengketa antara muslim dengan yahudi, tapi seperti yang telah difatwakan dalam banyak mu’tamar organisasi Islam dan pendapat jumhur ulama kontemporer bahwa normalisasi dengan Israel HARAM secara syariat. Termasuk di dalamnya haram menjual tanah kepada Israel bahkan sekedar menjadi perantara penjualan hukumnya juga haram. Dan mengakui kedaulatan Israel adalah sebuah pengkhianatan terhadap Allah dan Rasul juga pengkhianata terhadap umat Islam.
Sudais dari atas mimbar masjidil Haram mengaburkan makna 'Alwala' dan 'Albara', antara keyakinan hati dengan muamalah yang baik terhadap Israel dalam hubungan personal dan hubungan antar negara.
Sungguh Sudais telah melakukan kobohongan. Permasalahan bukan antara muslim dengan yahudi, tapi permasalahannya adalah perampasan dan pembunuhan yang disponsori oleh organisasi zionis internasional. Permasalahannya adalah perusakan terhadap Al Aqsha dan penistaan kehormatannya dan pengumuman bedirinya negara yang bernama Israel tanpa sandaran hukum apalagi agama.
Maka, normalisasi adalah sebuah pengakuan terhadap penjajah Israel di Palestina, pengkhianatan terhadap darah umat Islam dan telah menusuk para mujahidin dari belakang, normalisasi juga sebagai penghilangan hak rakyat Palestina yang terusir.
Normalisasi adalah pengkhianatan terhadap agama sekaligus pengakuan terhadap penjajah Israel.
Normalisasi jelas sebuah bentuk wala terhadap pembunuh umat Islam dan penentangan terhadap yang diharamkan Allah.
Maha benar Allah ketika mengatakan:
وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
"Barangsiapa di antara kamu yang menjadikan mereka teman setia, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (QS Al-Maidah: 51)
Sejak kapan umat Islam menyakiti umat agama lain sehingga Sudais harus bicara husnul muamalah?
Bagi umat Islam agar mengembalikan kedaulatannya terhadap Alharamain dan berjuang untuk memegang amanahnya dan siap mengorbankan apapun untuk menjaga kesucian Alharamain dari kotoran, dzahir ataupun maknawi, dan menjadikan Alharamain kembali aman sehingga setiap muslim bisa kembali thawaf di sana apapun sikap politik dan madzhabnya.[]
*Sumber: Aljazeera