Sheikh Imam Muhammad Abu Zahra, Ulama Yang Tak Tunduk Pada Penguasa


Ulama Yang Tak Tunduk Pada Penguasa

Sheikh Imam Muhammad Abu Zahra rahimahullah adalah salah satu ulama ensiklopedi yang pernah dilahirkan Mesir, beliau terkenal dengan keberaniannya demi membela kebenaran, “Laa yakhafu fillahi laumata laaim”. Dari puluhan karya beliau dalam berbagai disiplin ilmu, kita bisa tahu keilmuwan dan akhlak beliau.

Sheikhuna Prof. Wahbah Zuhaily sering memuji Sheikh Abu Zahra, yang pernah menjadi penguji disertasi beliau ketika kuliah di Fakultas Hukum Universitas Cairo, tahun 1963.

Disertasi Sheikh Wahbah judulnya "Atsarul Harb Fil Fiqh Al Islami", Setelah ujian selesai, Sheikh Abu Zahra mengatakan, "Saya kira, tidak ada lagi yang perlu ditulis tentang hubungan pasca perang antara negara Islam dengan negara musuh menurut perspektif Fiqh, semua sudah ditulis oleh Sheikh Zuhaily".

Kembali ke Sheikh Abu Zahra, pernha suatu ketika, salah satu Negara Arab yang baru saja melakukan “revolusi” mengundang Ulama-Ulama untuk mengadakan seminar, seminar ini dihadiri oleh sejumlah Ulama-Ulama besar dari seluruh Timur-Tengah. Presiden baru negara itu membuka seminar dengan mukaddimah, diantara kata-kata yang diucapkan adalah:

“Saya mengadakan seminar ini, supaya Ulama-ulama bisa memusyawarahkan dan memutuskan bahwa “sosialis” adalah bagian dari Islam, dan ini harus dipertahankan”.

Setelah mendengar pembukaan itu, para hadirin saling menatap satu sama lain, tapi tak ada yang berani berbicara, Sheikh Abu Zahra meminta izin untuk berbicara, beliaupun naik mimbar..

“Bismillah…kami adalah ulama umat Islam, kami datang kesini menghadiri seminar untuk mengatakan kebenaran Islam sesuai yang kami tahu, bukan sesuai dengan kemauan para politikus. Anda sekalian para politikus, harus tahu kalau kami lebih paham tentang hukum Islam, dan anda harus mendengarkan apa yang kami katakan...

Kami sudah tahu apa itu paham sosialis, kalian tidak bisa membohongi kami, dan kami melihat bahwa Islam itu lebih besar daripada ide sosialis, dan tujuannya juga lebih agung daripada sosialis, ajaran Islam jauh lebih indah daripada harus membatasi bangsa dengan sosialis...

Anda Presiden, mengundang ulama kesini untuk mendengar pendapat mereka, bukan untuk mendukung kemauan anda, anda jangan sembarangan membuat hukum atas nama syariah Allah!”.

Beliau diam dan melihat ke ulama-ulama yang hadir, “Ada yang mau protes pernyataan saya?”, melihat semuanya diam, beliau berkata kembali, “Alhamdulillah yang telah mengumpulkan Ulama Islam di dalam keridhaan Allah dan Rasulullah…Wassalam..”.

Seminar itu direncanakan akan berlangsung selama seminggu, namun setelah mendengar pernyataan Sheikh Abu Zahra, pembukaan seminar pada hari itu menjadi sekaligus penutupan seminar.

Beliau rahimahullah meninggal di Cairo pada tahun 1974 di umur 76 tahun, beliau meninggal saat sedang menulis tafsirnya "Zahratu Tafasir" beliau wafat pada surat An Naml ayat 82, sebelah kiri memegang bukunya dan sebelah kanan memegang kopinya.

Beliau meninggalkan puluhan karya yang belum ada yang mampu menyainginya. Ulama yang tidak pernah “berdiri” di depan pintu pemerintah, mereka hanya takut dan tunduk pada Tuhan, akhirnya jiwa mereka terbang bebas se-bebasnya…...

[Ket foto] Dari kiri ke kanan: Dubes Suriah di Riyadh Umar Bahauddin Omary; Prof. Musthafa Zarqa; Sheikh Muhammad Abu Zahra; tidak tahu; Sheikh Abdul Fattah Abu Ghuddah, dan tidak tahu. Rahimahumullah.

(Oleh: Saief Alemdar)

Share Artikel: