Sepanjang Sejarah Penjara Banyak Dipenuhi oleh Orang-orang Baik
PENJARA BAGI ORANG-ORANG BAIK
Oleh: Ustadz Dr. Zulfi Akmal (Alumni Al-Azhar)
Biasa saja, dari dulu penjara itu tidak seluruhnya diisi oleh orang-orang jahat. Bahkan sepanjang sejarah penjara banyak dipenuhi oleh orang-orang baik.
Nabi Yusuf tanpa disidang dan diadili, dijebloskan ke dalam penjara. Jelas-jelas istri para pembesar Mesir yang merayu Nabi Yusuf supaya jatuh ke pangkuan mereka. Namun karena mereka yang berkuasa, kenyataan bisa diputar balikkan 180 derjat.
Nabi Yusuf yang sangat menjaga kehormatan dan kesucian dirinya malah dituduh sebagai lelaki cabul, yang tidak tahu balas budi, ingin menodai istri tuannya yang telah menganggapnya sebagai anak.
Dihadapan kekuasaan sering kali akal tak berfungsi dengan baik. Mereka sebenarnya tahu bahwa istri pembesar itu yang tergila-gila kepada Nabi Yusuf, buktinya mereka sampai menyayat-nyayat tangan sendiri karena saking terpesonanya melihat kegantengan Nabi Yusuf.
Masuk akalkah Yusuf yang seganteng itu akan mencabuli tuannya yang jauh lebih tua darinya? Kalau dia mau, siapapun perempuannya, berapapun jumlahnya, akan bertekuk lutut di hadapan pemuda yang seolah-olah diturunkan dari surga itu.
Tapi karena hawa nafsunya tidak tersalurkan, faktapun diputar balik. Dan rakyat jelata yang bodoh, yang mencari posisi aman, yang penting perut berisi walaupun dari remah-remah penguasa, ikut pula membenarkan tuduhan itu.
Apalagi aparat yang dikendalikan ubun-ubunnya dengan ancaman dipecat menjalankan semua perintah walau bertentangan dengan hati nurani. Mereka bagaikan robot-robot yang ditekan tombolnya, bergerak sesuai program dan setelan pemiliknya.
Akibat itu semua Nabi Yusuf mendekam di dalam penjara bertahun-tahun lamanya, dengan harga diri dihancurkan, karakternya dibunuh, nama baik tercemar. Tidak ada yang protes, tidak ada yang membela, bahkan semua menyalahkannya. Karena beliau orang lemah, tak berjabatan, bahkan seorang pendatang yang berasal dari budak belian.
Sampai Allah berkehendak mengeluarkannya dan membersihkan harga diri dan nama baik beliau. Bahkan diangkat jadi menteri. Seorang pejabat publik yang menjadi tumpuan harapan keselamatan rakyat Mesir dari bahaya paceklik.
Begitu juga Imam Ahmad bin Hanbal, merasakan pahit dan pedihnya siksaan di dalam penjara. Seorang ulama besar dihinakan dihadapan orang banyak. Bukan hanya siksa lahir yang beliau tanggungkan, siksa batin jauh lebih pedih dari pada itu.
Buya Hamka yang seluruh umurnya didedikasikan demi kemerdekaan bangsanya dan kesatuan negaranya dituduh sebagai pengkhianat. Pedih, jauh lebih pedih dari pada disetrum dengan aliran listrik dirasakan Buya Hamka tuduhan seperti itu. Saking pedihnya hampir Buya bunuh diri. Untunglah Allah pelihara hingga Buya tidak berakhir dengan su-ul khatimah.
Sampai hari ini ada puluhan ribu orang tak bersalah disekap dalam penjara Mesir yang penuh berdesakan. Bahkan tanpa persidangan dan pengadilan. Mereka dipenjara dan dihinakan hanya karena menuntut ditegakkannya keadilan dan agama Allah di negara mereka.
Orang-orang yang memenjarakan Nabi Yusuf sudah berlalu. Orang yang memenjarakan Imam Ahmad bin Hanbal sudah punah. Begitu juga yang memenjarakan Buya Hamka, Sayyid Quthb dan yang lainnya, sudah lenyap ditelan bumi. Mereka semua sudah dilupakan.
Adapun orang yang mereka penjarakan sampai hari ini menjadi buah bibir bagi generasi yang datang sesudah mereka.
Dan akan datang pula nasib yang sama bagi para durjana sepanjang masa beserta pegawai dan pembantunya untuk dibuang ke tong sampah peradapan. Dihina, disumpahi dan dilaknat sampai hari kiamat.
Sayangnya, amat sedikit mereka yang mengambil pelajaran dari orang-orang sebelumnya.[]
__
*Foto: Potret ummahat Ikhwanul Muslimin yang ditangkap oleh penguasa bodoh dan zalim resim As-Sisi