Salah Satu Kisah Ibu yang Menginspirasi: MESIN UMMU JAMIL
Ini salah satu kisah Ibu yang menginspirasi kita... Selamat menyimak...
MESIN UMMU JAMIL
(Alih bahasa: Muthahhir Arif)
Ini adalah kisah nyata, yang terjadi di Suriah. Diceritakan oleh seorang pemilik usaha konveksi kepada Doktor Muhammad Khair As-Asyi'al hafizhahullah.
Ia pun mulai berkisah:
Wahai Doktor, saya adalah seorang pemilik usaha konveksi. Ada tetanggaku, seorang janda ditinggal mati suaminya bersama tiga anak yatim.
Suatu hari ia datang ke tempat usahaku, dan berkata:
"Wahai tuan, saya punya mesin rajut. Dulu suamiku menggunakannya. Sekarang kami tak tahu menggunakannya. Jujur, saya ingin menghidupi beberapa anak-anak yatimku. Jika berkenan saya membawa mesinnya padamu lalu kusewakan padamu agar saya bisa mendapatkan pemasukan yang bisa menghidupi keluargaku."
Saya benar-benar malu padanya (dan malu tak akan datang kecuali dengan kebaikan).
Lalu saya berkata padanya: "Silahkan bawa mesinnya kemari!"
Ketika ia datang membawa mesinnya, ternyata mesinnya sudah jadul. Model lama. Lama sekali bahkan. Saat ini model seperti itu sudah tidak digunkan. Tapi saya tak mungkin melukai perasaan wanita ini (dengan menolaknya).
Aku bertanya padanya: berapa kira-kira taksiran biaya sewa yang ia inginkan? Dia menjawab: 3.000 lira.
Kejadian ini dua puluh tahun sebelum perang Suriah.
Saya pun mengambil mesinnya. Sambil mendoakannya "Semoga Allah memperbanyak kebaikan buatmu" (ucapan untuk menyenangkan hatinya). Saya tak lupa memberinya 3.000 lira sesuai kesepakatan, dan saya mengambil mesin tersebut.
Mesinnya saya letakkan di pojok bengkel, karena tak ada yang bisa saya lakukan dengannya. Hanya saya kasihan saja pada wanita janda itu.
Terus menerus selama sepuluh tahun Ummu Jamil datang mengambil biaya sewa mesinnya. Padahal mesin itu tak ada gunanya sama sekali.
Setelah sepuluh tahun itu pula, kami pindah dari tempat lama ke tempat konveksi baru di sebuah tempat cukup jauh.
Saat memindahkan barang-barang aku meminta pekerja untuk memindahkan juga mesin Ummu Jamil.
Direktur konveksi milikku sedikit protes. Menurutnya mesin Ummu Jamil tak bisa digunakan. Jadi buat apa dibawa? Protesnya kepadaku.
"Dipakai atau tidak, tetap pindahkan," tegasku kepadanya.
Setelah sepuluh tahun berikutnya (dua puluh tahun setelah perjanjian sewa). Terjadi perang. Kota kami hancur porak poranda. Semua tempat usaha konveksi di kota kami hancur, kecuali tempat usaha konveksiku. (Subhanallahil 'Azhim).
Karena perang pula, kami putus kontak dengan Ummu Jamil. Tak tahu di mana alamatnya. Teleponnya tak pernah diangkat. Tak lagi aktif.
Wanita direktur konveksi meninggalkan kami. Ia pergi ke Eropa. Dua bulan kemudian ia meneleponku. Mengabarkan kepadaku bahwa ia bermimpi. Dan ia ingin menyampaikannya padaku.
Saya lalu bertanya, seperti apa ceritanya?
Ia pun bercerita: "Saya pernah bermimpi, mendengar suara yang memintaku untuk menyampaikan pesan kepada Haitsam (pemilik konveksi) bahwa dengan berkah mesin rajut Ummu Jamil, Kami menjaga usaha konveksi miliknya (dari kerusakan perang)."
Pemilik kisah (pemilik usaha konveksi) kembali menegaskan kepada Doktor as-Syi'aal bahwa tak ada satu jarum pun yang hilang dari tempat usahanya. Padahal seluruh kota hancur lebur.
Saudara-saudariku yang tercinta:
Sedekah dan kebaikan kepada orang lain punya pengaruh besar dalam kehidupan manusia.
Bisa saja, dengan mengayomi dan membantu orang fakir, orang miskin, atau orang-orang yang berhak mendapatkan bantuan, itu menjadi sebab kebahagiaanmu, kekayaanmu, perlindungan Allah padamu beserta keluarga, anak dan cucu. Menjadi sebab Allah menghindarkanmu dari bahaya.
Bisa saja engkau masih menikmati efek dari sedekahmu yang dulu. Kebaikanmu. Dan engkau tak menyadarinya.
Bersedekahlah, bantulah orang lain, sedikit atau banyak. Jangan ragu. Bergembiralah karena Allah pasti akan mengganti dengan yang lebih baik di dunia demikian pula pahala berlipat ganda dan ganti yang jauh lebih baik di Akhirat.
๐๐๐