MASYA ALLAH... FENOMENA MASJID BAJA RINGAN

Dalam beberapa bulan terakhir ada fenomena baru yang menarik di berbagai belahan nusantara MASYA ALLAH... FENOMENA MASJID BAJA RINGAN
FENOMENA "MASJID BAJA RINGAN"

Oleh: Beni Sulastiyo*

Dalam beberapa bulan terakhir ada fenomena baru yang menarik di berbagai belahan nusantara. Beberapa sahabat muda berupaya membangun masjid dengan konstruksi baja ringan. Bukan menggunakan konstruksi kayu, apalagi cor-coran beton.

Saya menyatakan hal ini sebagai fenomena baru, karena teknologi pembangunan dengan menggunakan kosntruksi baja ringan baru populer di Indonesia 10 tahun belakangan. Dengan demikian, fenomena ini tak akan kita temukan dalam sejarah pembangunan masjid nusantara  di masa-masa sebelumnya.

Model konstruksi berbasis bahan baja ringan itu dipilih karena proses pembangunan masjid bisa sangat cepat. Masjid Sultan Annishira yang dibangun oleh Kiai Berry Al Maliki di Kubu Raya dan Masjid Berkah Box-nya Kiai Rendy Saputra di Balikpapan, misalnya memerlukan waktu tak lebih dari satu minggu saja  dalam pembangunannya. Setelah tegak berdiri, kedua masjid baja ringan itu langsung beroperasi sebagaimana masjid-masjid pada umumnya: sudah dapat digunakan untuk melaksanakan shalat berjamaah dan melaksanakan shalat jumat. 

Yang menarik, masjid baja ringan yang dibangun oleh sahanat muda itu tidak hanya berfungsi sebagai tempat sholat saja, tapi langsung dijadikan sebagai pusat untuk melaksanakan ibadah sosial, pendidikan, bahkan ibadah muamalah (ekonomi).  

Masjid Sultan Annashira-nya Kiai Berry misalnya, sedari awal beroperasi hingga detik ini berkembang tiada henti. Masjid itu telah memiliki baitulmaal, dua buah asrama untuk menampung santriwan dan santriwati, bahkan amal tijarah masjid berupa distro dan warkop. Masjid ini juga telah mampu menelurkan hafidz-hafidz Quraan yang telah mampu mencetak prestasi. 

Sementara Masjid Berkah Box-nya Kiai Rendy di Balikpapan telah mampu menyelesaikan kebutuhan makan harian bagi ratusan masyarakat di sekitar masjid, membagikan belasan ribu nasi box setiap hari di berbagai wilayah di nusantara, serta mengoperasikan masjidnya sebagai pusat pendidikan dengan siar yang berlingkup nasional. 

Selain kedua masjid itu, ada beberapa masjid baja ringan lainnya yang dibangun anak-anak muda dalam waktu yang sangat cepat. Ada Masjid Baja Ringan yang dibangun oleh masyarakat di Pulau Karimata, ada Masjid Baja Ringan Muslim Billionaire-nya dr. Andhika di Bogor, ada Masjid Kapal Munzalan Singkawang yang diprakarsai oleh Bang Iqbal, dsb. 

Di balik pembangunan masjid baja ringan itu, seakan-akan ada pesan dialektis yang ingin disampaikan oleh anak-anak muda aktivis dakwah di nusantara. Tampaknya mereka sedang melakukan “antitesa” terhadap tradisi para pengurus masjid selama ini yang lebih banyak disibukkan dengan pembangunan fisik. Para anak muda itu seakan-akan ingin mengatakan bahwa “untuk apa punya masjid yang besar, megah dan indah, tapi hanya difungsikan untuk melaksanakan ibadah shalat saja. Untuk apa punya masjid yang megah dan indah, tapi tak ramah dengan anak-anak muda, para mussafir, galak dengan anak-anak dan tak ada kemanfaatan bagi tetangga sekitar.

“Lebih baik masjid baja ringan, yang walaupun tak megah dan tak indah, namun mampu memberikan kontribusi bagi kemaslahatan manusia”, begitu mungkin pesan yang ingin disampaikan oleh para anak muda yang membangun masjid baja ringan itu. 

Para anak muda itu tak salah, karena demikianlah fungsi masjid yang dicontohkan oleh Rasulullah. Di saat bangsa-bangsa lain dimasa yang sama berupaya membangun rumah ibadah yang megah dan indah, Rasulullah membangun Masjid Madinah dengan menggunakan “bata ringan” berupa tanah liat. Bentuknya teramat minimalis, persis seperti konstruksi Masjid baja ringan dengan desain kota-kotak dengan sudut yang tajam.

Kesederhanaan bangunan Masjid Bata Ringan-nya Rasulullah itu lebih ekstream lagi, karena lantainya hanya beralaskan tanah sementara atapnya terbuat dari pelepah kurma. Dengan kondisi fisik yang teramat sederhana itu seakan-akan Rasulullah ingin mengatakan kepada kita semua bahwa, “Masjid itu bukanlah bangunan yang berkubah megah dan berlantai keramik, tapi sebuah public area yang harus dapat memberikan kontribusi bagi sesama”. 

Menyaksikan fenomena pembangunan Masjid Baja Ringan yang diprakarsai oleh teman-teman muda ini, telah menjembatani kesadaran kita pada era 1400 tahun yang lalu. Yang mana Baginda Rasulullah SAW dan para sahabatnya berhasil dengan gilang gemilang membangun peradaban manusia dengan rentang waktu yang teramat singkat dengan menjadikan masjid tanpa lantai dan atap sebagai “alatjuang” nya. Masyaallaah!

Wallauhualambissawab

*Penulis adalah Teman Belajar Masjid Billionaire Masjid Kapal Munzalan Kalimantan Barat

**Foto: Masjid Berkah Box, Karang Joang, Balikpapan , Kaltim dan proses pembangunan Masjid Baja Ringan-nya 🙂

FENOMENA "MASJID BAJA RINGAN" Dalam beberapa bulan terakhir ada fenomena baru yang menarik di berbagai belahan...

Dikirim oleh Beni Sulastiyo pada Sabtu, 10 April 2021
Share Artikel: