Raja Salman Menjawab Tuduhan Penceramah Salafi Yang Dituduh Radikal
[PORTAL-ISLAM] TV One melaporkan bahwa Direksi PT Pelni memutuskan untuk meniadakan ceramah di kegiatan Ramadhan yang dilaksanakan oleh Badan Kerohanian Islam (Bakis).
[Sumber: Saudinesia]
Dalam wawacara di stasiun tv yang sama, Komisaris Independen PT Pelni (Persero) Kristia Budiyarto, berkali-kali menekankan bahwa pembatalan tersebut karena panitia belum ada izin dari direksi.
Sebelumnya akun twitter Kristia, @kangdede78, mengatakan tindakan tegas dari jajaran direksi untuk mewaspadai penyebaran isu radikalisme di jajaran BUMN.
Yang menjadi banyak perbincangan warganet, apakah karena tanpa izin direksi berarti pegawainya terlibat radikalisme atau karena penceramah yang diundang terindikasi radikal?
Tidak sedikit penggiat media sosial menganggap bahwa sebab pembatalan karena para pengisi acara yang diundang. Mereka adalah Ustadz Firanda Andirja, Ustadz Rizal Yuliar Putrananda, Ustadz Subhan Bawazier, KH Cholil Nafis dan Ustaz Syafiq Riza Basalamah.
Kecuali Kyai Cholil, nama-nama ustadz di atas dikenal sebagai da’i salafi. Sebagaimana tudingan Ketum PBNU, Said Aqil, bahwa wahabi dan salafi sebagai pintu masuk terorisme.
Pertanyaan kembali menyeruak, apakah benar penceramah salafi radikal? Atau dianggap sebagai penceramah penyebar paham ekstrem yang mendukung terorisme?
Netizen kembali menjawabnya, bagaimana mungkin radikal atau ekstremis sehingga menyebarkan terorisme, padahal rokok dan demonstrasi saja diharamkan oleh salafi.
Di saat yang sama, da’i-da’i salafi justru yang selama ini paling lantang menyeru umat Islam untuk taat kepada pemerintah dalam kondisi apapun, selama bukan kemaksiatan.
Para ustad salafi selama ini diidentikkan sebagai lulusan Arab Saudi, merujuk ke ulama di negeri Haramain, sebagaimana Arab Saudi juga mendapat tudingan serupa.
Padahal, semua tidak dapat dibuktikan. Mereka yang berpaham ekstrem yang kerap melakukan tindakan terorisme, sehingga menghalalkan bom bunuh diri, tidak merujuk apapun kepada pemahaman salafi di Arab Saudi.
Inilah yang dijawab oleh Raja Salman dalam video berikut ini: