Ebrahim Raisi Menangkan Pilpres Iran, Sosoknya Dijuluki “Algojo Sadis”
[PORTAL-ISLAM] Ebrahim Raisi, tokoh ultrakonservatif Iran, pada Sabtu (19/6/2021) dilaporkan telah memenangkan pemilihan presiden (pilpres).
Dia mengalahkan tiga kandidat lain dalam pemilu presiden di mana beberapa pesaing dilarang ikut serta.
Dengan penghitungan yang terus berlanjut, TV pemerintah mengatakan Raisi sejauh ini telah memperoleh 62% suara - hampir 18 juta dari lebih dari 28 juta suara yang diberikan. Sekitar 59 juta orang Iran memiliki hak pilih.
Raisi adalah hakim tertinggi Iran dan memiliki pandangan ultra-konservatif.
Raisi dijuluki sebagai “algojo sadis” dan “jagal 1988” karena perannya sebagai anggota kunci dari apa yang disebut “Komisi Kematian”, sebuah komisi yang memerintahkan ribuan orang untuk dibunuh dalam pembantaian pada 1988.
Dua calon presiden (capres) rival yang juga dari kubu ultrakonservatif, Mohsen Rezai dan Amirhossein Ghazizadeh-Hashemi, telah mengucapkan selamat kepada Raisi.
“Saya mengucapkan selamat…Raisi, dipilih oleh bangsa,” kata Ghazizadeh-Hashemi, seperti dikutip AFP.
Rezai mentweet bahwa dia berharap Raisi dapat membangun pemerintahan yang kuat dan populer untuk menyelesaikan masalah negara.
Satu-satunya capres reformis dalam pilpres Iran kali ini adalah mantan gubernur bank sentral Abdolnasser Hemmati. Dia pun mengucapkan selamat kepada Raisi.
Ebrahim Raisi, 60, dikenal sebagai anggota kunci “Komisi Kematian” yang memerintahkan penyiksaan terhadap wanita hamil, membuat tahanan dilempar dari tebing, orang-orang dicambuk dengan kabel listrik, dan telah mengawasi tindakan kekerasan brutal yang tak terhitung jumlahnya.
Dia dijuluk “Jagal 1988” karena dugaan keterlibatannya dalam eksekusi massal dan penyiksaan mengerikan terhadap tahanan politik pada 1980-an.
Pada 1980, pada usianya yang baru 20 tahun, Raisi diangkat menjadi jaksa pengadilan revolusioner Karaj, sebelah barat Teheran, dan pada 1988 dia dipromosikan menjadi wakil jaksa Teheran.
Dia kemudian menjadi salah satu dari empat orang yang dipilih untuk melakukan pembantaian terhadap aktivis Organisasi Mujahidin Rakyat Iran (PMOI) yang dipenjara.
Sekitar 30 ribu pria, wanita dan anak-anak yang ditahan di penjara-penjara di seluruh Iran berbaris di dinding dan ditembak hanya dalam beberapa bulan. Demikian kesaksikan orang-orang yang berjuang untuk menggulingkan rezim Iran saat ini.
Presiden Iran adalah pejabat tertinggi kedua di negara itu, setelah pemimpin tertinggi.
Presiden memiliki pengaruh yang signifikan atas kebijakan dalam negeri dan urusan luar negeri. Tetapi Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei yang memiliki keputusan akhir tentang semua masalah negara.