Muktamar PBNU Rasa Pemilihan Ketua Umum Partai

Muktamar PBNU Rasa Pemilihan Ketua Umum Partai Muktamar PBNU Rasa Pemilihan Ketua Umum Partai
Muktamar PBNU Rasa Pemilihan Ketua Umum Partai

- Baliho Said Aqil Siroj dan Yahya Cholil Staquf bertebaran di sekitar arena muktamar.
- Kedua calon mendompleng ketokohan Gus Dur.
- Panitia muktamar NU menggelar kegiatan di empat lokasi berbeda.

Baliho kedua kandidat Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Said Aqil Siroj dan Yahya Cholil Staquf, bertebaran di sekitar arena muktamar ke-34 organisasi Islam ini di Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Pada setiap baliho keduanya terpampang wajah Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, mantan Ketua Umum PBNU dan Presiden Republik Indonesia 1999-2001.

Keduanya juga sama-sama mendompleng ketokohan Gus Dur dalam tagline di setiap baliho. Misalnya, pada baliho Yahya rata-rata terdapat tulisan “Menghidupkan Gus Dur”. Sedangkan pada baliho Saiq Aqil terdapat tulisan “Melanjutkan Perjuangan Gus Dur”.

Peserta Muktamar Ke-34 NU, Nazril Hijar, mengatakan muktamar kali ini berbeda dengan dua muktamar yang pernah diikutinya. Perbedaan itu terlihat dari banyaknya baliho calon Ketua Umum PBNU yang bertebaran di sekitar lokasi acara.

“Sekarang seperti pemilihan ketua partai. Ada baju kaus calon, pakai baliho di mana-mana. Dulu enggak ada," kata Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kayong Utara, Kalimantan Barat, ini kemarin.  

Nazril merasa banyak yang hilang dalam muktamar Nahdlatul Ulama kali ini. Misalnya, acara diskusi, bazar buku, hingga silaturahmi antar-nahdliyin--sebutan anggota NU— tak bisa berjalan maksimal. Berbeda dengan muktamar terdahulu, berbagai agenda tambahan tersebut berlangsung meriah.

Tempo mengamati, meski dalam situasi pandemi Covid-19, muktamar kali ini tetap berjalan semarak. Pembukaan muktamar NU di Pondok Pesantren Darussa'adah, Gunung Sugih, Lampung Tengah, itu disesaki nahdliyin yang berpakaian dominan berwarna hijau. Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin hadir langsung membuka muktamar.

Awalnya, panitia meminta nahdliyin tidak datang ke lokasi pembukaan, untuk menjaga penerapan protokol kesehatan. Tapi, menurut pantauan Tempo di lapangan, nahdliyin tetap saja memadati lokasi pembukaan. Ribuan orang membeludak di Pondok Pesantren Darussa'adah.

Saking ramainya lokasi, beberapa undangan tak bisa masuk. Salah satunya perwakilan Pengurus Cabang NU dari Papua. Mereka terlambat hadir dan tertahan Pasukan Pengamanan Presiden serta Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama atau Banser--organisasi otonom dari Gerakan Pemuda Ansor--yang menjaga gerbang masuk pondok pesantren.

Kemacetan juga terjadi di sekitar lokasi Pondok Pesantren Darussa'adah. Mobil pribadi, ambulans, hingga bus pengantar peserta muktamar  antre untuk memasuki gerbang pondok pesantren.

Panitia sudah membatasi sekitar 600 orang undangan yang bisa masuk ke lokasi pembukaan. Jumlah itu hanya sepertiga dari keseluruhan undangan muktamar. Adapun panitia mengundang 1.900 orang untuk menghadiri rangkaian muktamar di Lampung.

Ada beberapa persoalan yang muncul pada hari pertama pelaksanaan muktamar. Ketua PBNU Saifullah Yusuf atau Gus Ipul mengatakan banyak peserta yang tidak bisa melakukan registrasi secara daring karena terhambat jaringan. Kondisi itu membuat peserta melakukan registrasi secara manual. "Karena manual, peserta menumpuk dan panitia tidak siap," kata Saifullah.

Ia mengatakan registrasi peserta secara daring memiliki kelemahan. Salah satunya, sistem yang dibuat tidak bisa memverifikasi keabsahan pengurus daerah. Padahal surat keputusan kepengurusan menjadi salah satu syarat sah peserta.

Ketika Politik Uang dalam Muktamar NU Jadi Omongan Peserta

Spanduk kandidat Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bertebaran di Pondok Pesantren Darussa’adah, Gunung Sugih, Lampung Tengah, Lampung, lokasi Muktamar NU Ke-34. Baik milik Said Aqil Siroj maupun Yahya Cholil Staquf, kain-kain rentang tersebut dibuat sederhana, dengan foto calon menempati porsi terbesar.

Teksnya mirip-mirip, yakni meminjam nama Abdurrahman Wahid, Presiden RI ke-4 yang juga Ketua Umum PBNU 1984-1999, sebagai penarik hati. Spanduk Said Aqil bertulisan “Melanjutkan Perjuangan Gus Dur”, sedangkan spanduk Yahya menyebutkan “Menghidupkan Gus Dur”. 

Pemasangan spanduk yang jorjoran itu menjadi salah satu hal yang dikritik peserta muktamar. Fairouz Huda, mantan asisten Hasyim Muzadi, Ketua Umum PBNU 1999-2010, menilai spanduk yang dipajang pendukung Yahya Staquf kelewat banyak. Dia mempertanyakan sumber dana Katib Aam PBNU tersebut. Selain memasang spanduk, Fairouz melanjutkan, Yahya menggelar acara unjuk gigi dukungan pengurus wilayah dan cabang pada dua hari lalu, malam sebelum muktamar dimulai. “Enggak main-main, tempatnya di hotel bergengsi di Bandar Lampung,” kata dia, kemarin.

Sebelumnya, kedatangan Yahya Staquf yang menunggang jet pribadi juga menuai sorotan. Peserta membandingkan Yahya dengan Said Aqil, yang datang ke Lampung dengan menaiki pesawat komersial. Berdasarkan informasi yang dihimpun Tempo di lokasi muktamar, sejumlah pendukung Yahya juga tiba dengan pesawat carteran.

Yahya Cholil Staquf mengakui datang dengan menumpang jet pribadi ke muktamar NU di Lampung. Alasannya, dia terlambat memesan tiket pesawat komersial. “Karena disibukkan oleh macam-macam urusan,” ujar dia. Menurut Yahya, pesawat jet pribadi itu adalah pinjaman. Belakangan, diketahui bahwa pesawat itu milik Ketua PBNU Bidang Ekonomi, Umarsyah.

Soal kedatangan pendukung Yahya dengan pesawat carteran, Wakil Ketua Pengurus Wilayah NU Jawa Timur, Ahmad Fahrur Rozi, mengatakan mereka saweran menyewa pesawat tersebut. “Rombongan yang berangkat ini patungan untuk menuju muktamar NU,” kata dia.

Fahrur mengatakan tak semua peserta rombongan nahdliyin Jawa Timur berangkat ke Lampung lewat jalur udara. Lebih banyak dari mereka yang melalui jalur darat. “Perwakilan pengurus cabang juga banyak yang pakai bus,” ujarnya.

Selain oleh isu politik uang, muktamar NU diramaikan oleh kabar terbitnya surat perintah penyelidikan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) soal pelaksanaan perhelatan besar tersebut. Sprinlidik tersebut berisi dugaan adanya pungutan kepada aparatur sipil negara Kementerian Agama dan pemberian uang dari kementerian itu untuk pemenangan salah satu calon.

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron mengklarifikasi bahwa sprinlidik soal muktamar NU itu palsu. Penomoran, tanda tangan, kontak informasi, serta formatnya berbeda dengan surat yang digunakan KPK. “Kami berharap muktamar NU menjadi teladan nasional dalam regenerasi kepemimpinan yang fair, tidak dibumbui politik uang dan penyebaran fitnah atau hoaks,” kata Ghufron.

Peta Dukungan Said Aqil Siroj dan Yahya Staquf dalam Muktamar NU

Persaingan di bursa calon Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama semakin meruncing menjelang pemilihan yang berlangsung hari ini. Kubu Said Aqil Siroj dan Yahya Cholil Staquf sama-sama mengklaim dukungan dalam Muktamar NU Ke-34 yang digelar di Lampung Tengah tersebut.

Samsul Hadi Karim dari tim pemenangan Said Aqil mengatakan sang inkumben terus berkomunikasi dengan pengurus tingkat wilayah dan cabang. Untuk mempertahankan dukungan dari loyalis, ucap Samsul, Said Aqil menawarkan keberlanjutan capaian selama dua periode memimpin Nahdlatul Ulama sejak 2010. “Insya Allah kami memiliki dukungan yang besar,” kata Samsul kepada Tempo, kemarin.

Menurut Samsul, di bawah kepemimpinan Said, NU telah memiliki 43 perguruan tinggi, delapan rumah sakit, lahan wakaf potensial di banyak tempat, serta keterbukaan pengelolaan keuangan dan aset. “Pertama kalinya sejak NU berdiri, keuangan NU diaudit,” ujar Samsul.

Jika terpilih kembali, Samsul melanjutkan, Said Aqil bakal meregenerasi kepengurusan dengan menempatkan lebih banyak kader muda. Dia mencontohkan para pengurus muda di Lembaga Zakat NU yang mengelola dana umat hingga Rp 1,8 triliun.

Sejumlah pengurus wilayah NU telah mendeklarasikan dukungan untuk Said, termasuk PWNU Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, dan Jawa Barat. Sebelum muktamar digelar, sebanyak 28 PWNU telah menyatakan dukungan.

Sudarto, pendukung Said Aqil, mengklaim, dari 510 pemilik suara yang sudah terdaftar, sebanyak 327 pemilik suara mendukung sang inkumben. Di tingkat pengurus wilayah, 24 perwakilan wilayah menemui Said Aqil di kompleks Perumahan Gunung Terang, Lampung. Sementara itu, di tingkat cabang, koordinator pendukung menggelar pertemuan dengan para ketua pengurus yang pro-Said Aqil. “Total 327 pemilik suara dari PCNU. Daftar hadirnya komplet,” ujar Sudarto.

Adapun kubu penantang mengklaim sebanyak 447 pengurus wilayah dan pengurus cabang menghadiri silaturahmi dengan Yahya Cholil Staquf di Graha Wangsa, Bandar Lampung, pada Selasa malam lalu. Para pengurus yang mengklaim sebagai pemilik suara itu membacakan ikrar dukungan kepada Gus Yahya.

Ketua PBNU Saifullah Yusuf alias Gus Ipul menyatakan mayoritas pengurus di tingkat wilayah dan cabang membutuhkan pergantian pemimpin NU. “Gus Yahya diterima sebagai figur yang mampu memimpin regenerasi,” kata dia.

Menurut informasi yang diterima Tempo, besarnya dukungan yang diperoleh Yahya Cholil Staquf tak lepas dari peran adiknya, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. Kementerian Agama dituding ikut mengerahkan para pengurus NU yang bekerja di kantor wilayah Kementerian Agama di berbagai daerah untuk mendukung Yahya. “Kabar sudah tersiar di obrolan muktamirin (peserta muktamar) atas keterlibatan Kementerian Agama,” kata Fairouz Huda, eks asisten Hasyim Muzadi, Ketua Umum PBNU 1999-2010.

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menepis tudingan bahwa dia mengintervensi Muktamar NU. “Saya tegaskan bahwa kegiatan Kementerian Agama di Lampung tidak ada hubungan dengan Muktamar NU seperti yang difitnahkan,” kata dia.

Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam, mengatakan kompetisi dalam muktamar NU kali ini lebih panas. Sebab, kedua calon mendeklarasikan diri sejak beberapa bulan sebelum muktamar berlangsung sehingga secara alamiah terbentuk persaingan dan tensi. Dia menilai hal itu wajar dan menunjukkan adanya proses demokrasi dalam organisasi masyarakat terbesar di Indonesia tersebut.

Namun, Umam melanjutkan, tingginya tensi juga menunjukkan bahwa hasil muktamar tidak hanya berpengaruh bagi NU, tapi juga peta politik Indonesia. “Jadi, pihak eksternal punya ekspektasi, bahkan kepentingan, untuk mempengaruhi hasil muktamar,” ujarnya.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, menyatakan siapa pun yang keluar sebagai pemenang di Lampung Tengah akan menjadi figur penting dalam pemilihan umum dan pemilihan presiden pada 2024. Ketua Umum PBNU, dia melanjutkan, memiliki magnet politik berkekuatan besar.

Umam menambahkan, besarnya peran NU dalam politik terlihat jelas dalam pilpres 2019. Said Aqil Siroj, yang terpilih lewat Muktamar NU 2010 dan 2015, ikut mengawinkan golongan nasionalis dan Islam moderat lewat pasangan Jokowi dan Ma’ruf Amin. “Faktor yang dengan sangat efektif membendung serangan politik identitas yang sangat merugikan PDIP adalah NU,” ujar Umam.

(Koran TEMPO, 23-12-2021)

Share Artikel: