Metaverse = Halusinasi Berbayar?
Kali ini saya tertarik untuk membahas METAVERSE yang sedang happening itu.
Namun tentu saja, kita harus tahu dulu, apa itu metaverse.
Berikut salah satu penjelasan tentang metaverse yang saya temukan dari hasil Googling:
Metaverse adalah istilah yang merujuk pada dunia virtual di mana umat manusia bisa melakukan segala macam aktivitas di sana layaknya kehidupan nyata berkat bantuan teknologi canggih.
Itu sebabnya, metaverse bakal memasukkan seluruh unsur kehidupan manusia ke dalam internet, mulai dari belanja, liburan, fashion, hingga media sosial. Mengingat semuanya akan disatukan ke dalam Metaverse, semua orang bisa menjalani rutinitas virtual layaknya kehidupan sehari-hari.
Cara kerja metaverse tak ubahnya seperti masuk ke dalam dunia virtual yang lengkap. Kamu bisa menemukan banyak sekali unsur kehidupan persis seperti dunia nyata.
* * *
Setelah membaca penjelasan di atas, saya menyimpulkan bahwa metaverse itu agak mirip dengan game online.
Bedanya:
Kalau main game, kita sebagai dalang yang berada di luar arena permainan. Kita bukan bagian dari game tersebut.
Pada metaverse, kita masuk ke dalam "permainan", menjadi diri sendiri. Kita adalah bagian dari "permainannya".
Di metaverse, kita bisa melakukan apapun, seperti yang biasa kita lakukan di dunia nyata.
Kita bisa beli rumah, jual perabotan, main golf, nonton konser musik, berkunjung ke rumah teman, meeting dengan teman sekantor, dan sebagainya.
Karena bisa melakukan apapun yang biasa kita lakukan di dunia nyata, makanya ada orang yang punya IDE GILA untuk shalat di metaverse dan berkata, "Shalat di metaverse itu sah, sama seperti shalat di rumah atau masjid."
"Wah, kalo gitu kita boleh dong, naik haji di metaverse. Tak perlu lagi ke Mekkah!"
Subhanallah! Metaverse ternyata bisa melahirkan banyak orang gila dan halusinasi tingkat tinggi.
* * *
BAYANGKAN jika di masa depan metaverse sudah sangat mendominasi hidup kita, seperti aplikasi WhatsApp saat ini.
Maka semua orang akan menjadi MANUSIA HALU. Bahkan mungkin gila. Karena mereka melakukan apapun di metaverse. Mereka menganggap semua itu nyata, padahal hanya halusinasi belaka.
Bedanya:
Di dunia nyata, kita bisa berhalusinasi punya istana megah, tanpa harus membayar apapun, alias gratis.
Di metaverse, kita harus membeli rumah virtual, yang harganya mungkin miliaran.
Seorang teman saya di Facebook menulis begini:
"Kita beli rumah virtual di metaverse, pakai uang asli. Lalu mereka menggunakan uang kita untuk beli rumah asli di California. Mereka untung besar, kita cuma dapat halusinasi."
Ya, halusinasi berbayar, dan harganya sangat mahal.
Dengan gambaran seperti di atas, apakah Anda berminat untuk membangun "kehidupan baru" di metaverse?
Atau apakah gambaran yang saya tulis di atas keliru? Jika ya, tolong dikoreksi. Mungkin saya hanya sok tahu hehehe... 🙂
(Jonru Ginting)