Mimpi Syeikh Buty tentang Fitnah Syam dan Munculnya Pemimpin yang Disepakati
Oleh: Fauzan Inzaghi
Maaf sedikit panjang, tapi penting saya utarakan ditengah pro-kontra pasca tumbangnya Assad, yang memperkeruh suasana. Mungkin saya mulai dengan menceritakan tentang sebuah hadits, dimana ketika awal fitnah di Syam dimulai, hadits ini sangat sering diulang-ulang untuk mengingatkan keadaan yang akan terjadi. Karena kejadian sangat mirip.
Redaksi Hadisnya:
"Akan datang suatu fitnah di Syam, awalnya seolah hanya permainan anak kecil, setiap kali fitnah dianggap sudah berakhir, lalu muncul ditempat lain, dan tidak berhenti sampai ada suara yang memanggil dari langit: sesungguhnya pemimpin kalian Fulan."
Dalam riwayat lain ada sedikit tambahan redaksi: "Setelah itu segala aturan tidak bisa berjalan sama sekali, dan mereka tidak pernah bisa bersatu, sampai ada Suara yang memanggil ...'
(Semuanya diriwayatkan Abi Nuaim dalam Kitab Fitan)
Hadis diatas seolah begitu jelas menceritakan tentang awal dimulainya fitnah di Syam, dimulai dengan anak kecil yang iseng menulis didinding bahwa pemerintah (Rezim Assad) akan jatuh, lalu ditanggapi serius oleh pemerintah, dengan menyiksa dan membunuh anak itu beserta keluarganya. Akhirnya rakyat turun ke jalanan untuk protes secara damai, ditanggapi dengan peluru. Akhirnya perang meledak, fitnah membesar.
Setiap kali keadaan dianggap membaik dan selesai, karena salah satu pihak sudah merasa diatas angin, malah ada aja pihak Asing masuk yang mengubah keadaan. Begitu terus beberapa kali terjadi secara berulang, sampai akhirnya kemarin, bendera (Suriah) sudah berubah, masyarakat sudah bisa bernapas lega.
Tapi apakah ini telah berakhir? Kita tidak ada yang tau di masa depan, tapi tentu saja kita berharap perang segera berakhir, karena masyarakat sudah begitu lelah dengan perang yang tidak mereka inginkan. Dalam hadis jelas dikatakan bahwa fitnah akan berakhir saat mereka memiliki satu pemimpin yang disepakati.
Semoga pemimpin yang terbaru ini adalah orang yang disepakati. Walau tidak ada yang tau dengan pasti, apakah dia yang diceritakan dalam hadis atau bukan, atau apakah sekarang atau nanti, karena itu masalah yang ghaib. Tapi harapan kita semoga disegerakan, atau semoga sudah didapatkan. Kita pokoknya doakan yang baik saja, ga perlu memperkeruh suasana.
Wajar ketakutan itu ada, wajar keraguan juga ada, saya juga demikian, karena kita belum tau bagaimana tindakannya dimasa depan, apalagi masa lalu juga penuh dengan catatan, karena walaupun dalam hadis dikatakan bahwa dia akan keluar, tapi kita tidak tau siapa dan kapan dengan pasti. Jadi yang kita harapkan cuma satu, semoga waktu berakhirnya fitnah sudah datang.
Tapi melihat isi hadis, sepertinya untuk melihat apakah fitnah sudah berakhir atau tidak, ya kita lihat saja apakah masyarakat di Syam sudah bersatu atau tidak, nah kita yang menyayangi mereka, narasi persatuan itu yang perlu didengungkan, karena harapan kita adalah fitnah segera berakhir, dan negeri Syam segera berdamai.
Tapi untuk melihat apakah masyarakat Syam sudah bersatu atau tidak, sebenarnya gampang. Aku mengingat dulu Syeikh Buty pernah bercerita tentang mimpinya, saat itu beliau mengingatkan seluruh masyarakat Suriah, termasuk pemimpinnya, bahwa bencana yang tidak pernah mereka lihat dalam sejarah Suriah sebelumnya akan datang, Suriah akan banjir darah.
Tapi bencana ini akan berakhir dengan baik, tapi dengan satu syarat, pemimpin dan masyarakat Suriah harus memperbarui (tajdid) baiat pada Allah, dengan bertaubat dan kembali pada Allah, makin cepat mereka memperbarui baiat maka makin cepat bencana itu berakhir. Dan ketika mereka melakukannya, perang akan berakhir dengan cara yang tidak biasa (khariqul adah), yang belum pernah terjadi sebelumnya. Karena itu banyak dari universitas di dunia yang akan menjadikannya sebagai bahan penelitian, bahkan diajarkan di masa depan.
Begitulah pesan Syeikh Albuty, dimana tajdid baiat akan mempengaruhi persatuan, yang akan membuat fitnah berakhir.
Bagi sebagian orang ini hanya mimpi, bahkan ketika beliau mengatakan hal ini di forum ilmiyah, banyak yang heran, kok bisa Syeikh Buty yang kita kenal selama ini sebagai orang yang sangat ilmiyah, berbicara di forum ilmiyah tentang mimpinya.
Iya, banyak orang mengatakan bagaimana mungkin kita ngambil keputusan besar dari mimpi, walaupun itu mimpi Syeikh Buty. Tapi jawaban Syeikh Buty saat itu "saya diperintahkan untuk menyampaikannya". Banyak yang lupa bahwa dulu ketika era Nabi Yusuf, negara memutuskan untuk menyimpan makanannya selama 7 tahun hanya dari mimpi seorang napi. Tentu ini ada dhawabitnya.
Tapi bukan itu yang penting sekarang, yang perlu dipahami adalah narasi yang harus dihidupkan adalah narasi persatuan dan tajdid baiat pada Allah, seragu apapun kita dengan keadaan, karena makin cepat itu dilakukan, maka jauh lebih baik, karena fitnah Suriah berdasarkan apa yang aku jelaskan tadi akan berakhir dengan khariqul adah, selama cukup syarat, maka segala analisis ga berlaku, dan semoga kita termasuk yang membantu itu cepat terjadi, bukan yang membuatnya makin keruh.
Keadaan sekarang memang sudah lebih baik, dan 13 hari untuk menjatuhkan rezim yang didukung superpower tanpa banyak korban juga gak normal.
Sekarang sudah ada beberapa universitas yang menelitinya, karena ga normal.
Tapi apakah ini yang diceritakan Syeikh Buty dulu? Ya ga tau, saya juga ga berani mengait-ngaitkannya, karena masih ada beberapa keraguan, walaupun saya berharap iya, karena itu syarat fitnah berakhir.
Kita lihat saja bagaimana masyarakat Suriah menikmati kebebasan sekarang, apakah tajdid baiat pada Allah dan taubat akan istiqamah mereka lakukan, sehingga mereka diberi hadiah pemimpin yang bisa menyatukan mereka. Semoga demikian, PR besar ada pada umat islam di Syam itu sendiri.
Pesan masyaikh satu, jangan buru-buru ragu, jangan berlebihan gembira, kembali pada Allah dan penting menjaga persatuan. Karena salah satu sifat mukmin adalah tidak buru-buru dan sabar melihat situasi.
Lihatlah mayoritas ulama Syam saat ini, kita tidak bicara yang populer atau yang terlibat. Tapi para murabitin yang berilmu dan dikenal shaleh, bahkan mazinnatul wilayah sikapnya sama. Mereka semua mengajak syukur karena runtuhnya kezaliman, tapi tidak berlebihan, mereka hanya mengajak agar ahlu Syam (penduduk Syam) menjaga nikmat itu dengan kembali pada Allah. Selebihnya mereka lebih memilih diam. Sambil terus melihat situasi, tidak terburu-buru mengambil sikap atau menilai.
Mungkin satu-satunya sikap yang mereka ambil adalah terus mengajak untuk menjaga persatuan dan mengingatkan agar kembali pada Allah.
Dibanding terlibat perdebatan yang gak perlu dan yang memperkeruh suasana dengan pro-kontra, yang mana malah rawan menimbulkan perpecahan.
Coba perhatikan, hampir semuanya sama, ga berlebihan, menanggapi pro dan kontra, dengan segala analisa dan pendapat, karena mereka tau, fitnah Syam, kalau memang sudah berakhir maka akan berakhir dengan cara khariqul adah (cara yang tidak biasa), dan semoga itu telah terjadi.
29/12/2024
(sumber: fb penulis)