Memahami Kemenangan Gaza

ketika Abu Sufyan dan pasukan Quraisy bersukacita atas kemenangan semu mereka Memahami Kemenangan Gaza
Memahami Kemenangan Gaza

Oleh: Syaikh Dr. Khalid AsySyammasi hafizhahullah

Setelah Pertempuran Uhud, ketika Abu Sufyan dan pasukan Quraisy bersukacita atas kemenangan semu mereka, Abu Sufyan berdiri dan berteriak, berusaha menanamkan rasa takut di hati kaum Muslimin dan meninggikan berhala-berhala mereka. 

Dia menyatakan, "Hubal adalah yang tertinggi!" dalam upaya untuk meninggikan berhala sesembahan mereka di atas kebenaran. 

Namun, kaum Muslimin, yang dipimpin oleh Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam tetap teguh dalam keimanan tauhid, mereka menjawab dengan keyakinan yang tak tergoyahkan:

الله أعلى وأجل
"Allah adalah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung."

Kemudian Abu Sufyan melanjutkan provokasinya, dengan mengatakan, "kami memilki 'Uzza sedangkan kalian tidak memiliki 'Uzza (kemuliaan)." merujuk pada berhala utama mereka. 

Kaum Muslimin menjawab dengan tegas, 

“الله مولانا ولا مولى لكم”
"Allah adalah Tuan kami sedangkan kalian tidak memiliki tuan."

Dalam upaya lain untuk memperkuat citra kemenangan semu mereka, Abu Sufyan kembali membual, "Hari ini seperti hari Badar, dan perang adalah sebuah kompetisi perlombaan," untuk menyiratkan bahwa Pertempuran Uhud adalah pembalasan atas kekalahan mereka di Badar. 

Tetapi bahkan dalam momen kesakitan dan kehilangan, iman kaum Muslimin lebih kuat. Mereka memahami bahwa kemenangan sejati tidak diukur dengan perhitungan duniawi semata.

Puncaknya ketika Abu Sufyan berkata tentang orang-orang Muslim yang gugur, dengan nada mengejek, "Kami telah membunuh mereka, dan orang-orang kalian yang mati berada di neraka." 

Kaum beriman lalu menjawab dengan tegas untuk menjelaskan tentang kemenangan abadi:
 
قتلانا في الجنة وقتلاكم في النار
"Orang-orang kami yang mati berada di surga sementara orang-orang kalian yang mati berada di neraka."

Adegan ini bukan hanya dialog antara dua pasukan, tetapi juga ilustrasi yang jelas tentang perbedaan antara mereka yang mengukur kemenangan dengan standar dunia yang fana dan mereka yang mengukurnya dengan keteguhan iman dan apa yang menanti mereka bersama Allah. 

Ini adalah pelajaran abadi yang mengajarkan kita bahwa kemenangan sejati tidak diukur dengan satu pertempuran, tetapi dengan kesabaran dalam menghadapi kebenaran, keteguhan dalam prinsip, dan keyakinan bahwa hasil akhirnya adalah untuk orang-orang yang saleh.
Share Artikel: