Siapa Yang Kalah Dalam Perang Gaza, Hamas atau Netanyahu?

Setelah melakukan serangan dan tindakan kejahatan yang belum pernah terjadi sebelumnya Siapa Yang Kalah Dalam Perang Gaza, Hamas atau Netanyahu?
Siapa Yang Kalah Dalam Perang Gaza, Hamas atau Netanyahu?

Oleh: Motassem A Dalloul (pengamat politik Timur Tengah)

Setelah melakukan serangan dan tindakan kejahatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, negara penjajah Israel akhirnya menyepakati gencatan senjata tanpa mencapai satu pun dari tujuan yang dideklarasikan di awal perang—menghancurkan Hamas, membebaskan tahanan Israel di Gaza, dan memastikan kembalinya pemukim Zionis ke pemukiman-pemukiman di sekitar Gaza.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, beserta kelompok ekstremisnya, berusaha keras untuk menghancurkan Gaza dan membunuh penghuninya di hadapan dunia internasional, dengan menggunakan senjata paling canggih dan mengancam untuk mengusir mereka dari Gaza atau bahkan memusnahkan mereka.

Amerika Serikat dan banyak negara lainnya, termasuk negara-negara Barat, Arab, dan Muslim seperti Jerman, Prancis, Mesir, UEA, dan Arab Saudi, secara jelas mendukung genosida Israel di Gaza. Banyak di antaranya bahkan terlibat langsung dalam kejahatan perang tersebut.

Setelah semua itu, tentara Israel yang tidak bermoral itu hanya berhasil membebaskan sebagian kecil tahanan Israel. Setelah 54 hari melakukan genosida, Netanyahu hanya berhasil membebaskan puluhan tahanan melalui kesepakatan dengan Perlawanan Palestina. Jika Hamas tidak memberikan isyarat niat baik, mereka tidak akan dibebaskan.

Malam ini, setelah 467 hari melakukan genoaida, Netanyahu berlutut dan setuju untuk mengadakan kesepakatan dengan Hamas yang menjamin pembebasan tahanan Israel.

Merujuk pada teks kesepakatan tersebut, jelas bahwa hampir semua tuntutan yang diajukan oleh Hamas selama perang telah dipenuhi, sementara tidak ada satu pun tuntutan dari Netanyahu yang diterima. Selain itu, negara pendudukan Israel terjerembab dalam masalah yang tidak mereka duga sama sekali. Pada saat yang sama, ramalan dari pemimpin Hamas yang sudah meninggal, Yahya Al Sinwar, menjadi kenyataan.

Netanyahu akhirnya setuju untuk melakukan kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas. Hal ini menumbangkan tujuan Netanyahu yang sejak awal berjanji untuk menghancurkan Hamas, namun pada akhirnya ia mendapati dirinya harus bernegosiasi dengan Hamas. Bahkan, dalam 24 jam terakhir sebelum pengumuman Hamas, kantor Netanyahu bersama dengan pihak Amerika melaporkan bahwa mereka sedang menunggu tanggapan dari Hamas.

Seluruh politik Israel bersama dengan sponsor genosida Israel menunggu keputusan Hamas. Semua kekuatan dan pengaruh mereka tidak mampu memaksa Hamas untuk menyerah dan mundur.

Pembebasan tahanan Israel juga bukan hasil dari tindakan pogrom Netanyahu, tetapi hasil dari kesepakatan dengan Hamas, yang didasarkan pada tuntutannya sendiri—pembebasan tahanan Palestina, termasuk mereka yang telah dipenjara selama puluhan tahun dan dijatuhi hukuman seumur hidup. Negara pendudukan Israel ingin tahanan-tahanan ini mati di penjara, namun mereka akan bebas, berkat ketahanan Hamas.

Terkait tujuan ketiga Netanyahu, itu pun tidak akan tercapai tanpa persetujuan dari Hamas.

Selain kegagalan Netanyahu untuk mencapai tujuan genosidanya, ia telah menjadikan Israel sebagai negara terasing, karena nama Israel kini identik dengan negara yang melakukan kejahatan dan tidak bermoral. Meskipun telah terjadi tindakan represif yang luar biasa terhadap ratusan ribu demonstran anti-Israel di kota-kota besar di Barat dan Amerika, demonstrasi terus berlanjut.

Di bawah tekanan populer, berbagai lembaga keuangan dan akademik telah memutuskan atau berjanji untuk memutuskan hubungan dengan Israel. Genosida Netanyahu di Gaza telah membuka mata rakyat Amerika dan Barat yang menyadari betapa dalamnya pengaruh Zionis dalam sistem politik mereka.

Dalam pidato rekaman lama Yahya Sinwar, ia meramalkan bahwa Israel akan menjadi negara terisolasi. Tampaknya kejahatan perang Netanyahu di Gaza telah memenuhi ramalan Sinwar. Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Israel kini dicari oleh ICC, dan tentara Israel secara hukum dikejar di seluruh dunia, terutama di Barat. Banyak di antara mereka yang telah melarikan diri secara diam-diam dari berbagai negara setelah mereka dicari untuk ditangkap.

Terlepas dari jumlah korban tewas, yang terluka, dan kerusakan besar yang terjadi, apa lagi yang diperlukan untuk membuktikan bahwa Hamas memenangkan perang ini? Tanda-tanda kemenangan tidak diukur dari skala pengorbanan, tetapi diukur dari pihak mana yang menerima syarat-syarat pihak lainnya. Saya melihat Netanyahu menerima syarat-syarat Hamas.

Beberapa orang mengatakan bahwa baik Hamas maupun Netanyahu berada di bawah tekanan Presiden terpilih AS, Donald Trump. Saya katakan: tidak, karena Trump adalah teman Netanyahu dan Netanyahu menggunakan Trump sebagai alat untuk menghadapi kekalahannya ketika ia mengatakan kepada para mitranya, yang sebelumnya menentang kesepakatan, bahwa mereka akan mendapatkan banyak keuntungan strategis melalui Trump.

Yang mendorong Netanyahu untuk menerima kesepakatan gencatan senjata adalah Perlawanan Palestina yang luar biasa. Tentara Israel di lapangan berkali-kali mengatakan bahwa mereka sedang melawan “hantu” di Gaza.

Apakah Netanyahu akan menghormati syarat-syarat kesepakatan ini? Saya tidak tahu, tetapi Zionis pada umumnya terbiasa melanggar setiap kesepakatan, dan pihak Amerika bukanlah pihak yang dapat dipercaya untuk menjadi penjamin kesepakatan ini. Namun jika mereka kembali ke dalam perang, Perlawanan Palestina siap untuk menghadapinya.

(Sumber: MEMO)

Share Artikel: