Ujian Terbesar Muthawif (Pembimbing Umroh) Adalah Jama'ah Wanita
Ujian Terbesar Muthawif Adalah Jama'ah Wanita
Oleh: Alfin Mubarak
Saya menyesal kenapa menikah terlalu buru-buru. Coba tau gini, saya nikahnya pasti sama anak jama'ah yang jelita itu. Celetuk salah seorang teman muthawif sambil tertawa malu.
Tentu dia tidak serius dengan ucapannya. Tak mungkin dia melangkah lebih jauh. Dia paham batasan. Jadi ya, sekedar hiburan penyedap tongkrongan. Itu saja.
Tapi kalau mau di bahas lebih luas. Kata-kata teman saya tadi sejatinya mengisyaratkan pada satu titik masalah paling krusial kehidupan muthawif. Tentang salah satu ujian terbesarnya, yaitu jama'ah wanita.
Dan saya rasa, dimanapun tempatnya. Ujiannya sama. Tinggal kita bertarung di medan perang. Menang atau kalah. Pilih menuruti hawa nafsu ammarah atau jaga iffah. Kita yang tentukan.
Muthawif yang lolos ujian banyak. Mereka jaga kehormatannya. Tidak main wanita. Tidak ganjen. Tidak lenjeh-lenjeh. Dan tidak melakukan transaksi cinta terlarang.
Tapi bukan berarti tidak ada muthawif yang jatuh pada lubang setan bernama pacaran dan perselingkuhan. Bahkan di titik yang tak pernah kita bayangkan. Mereka sampai berani berbuat zina di atas tanah haram. Baitullah tak lagi menjadi magnet amal kebaikan.
Kasusnya macam-macam. Ada muthawif yang chatingan mesra dengan jama'ah wanita. Tapi tidak mau di sebut pacaran. Ada muthawif yang punya simpanan "gelap" di Mekkah dan Madinah. Dan ada pula muthawif yang menjalin asmara dengan owner travel wanita. Entah bagaimana ceritanya. Yang jelas, hal itu terjadi.
Pernah suatu ketika, seorang teman melihat muthawif yang baru dikenalnya lagi pegang tangan seorang perempuan. Entah jama'ah atau bukan. Mereka nampak bergandengan di sepanjang jalan Nabawi layaknya pasangan suami istri.
Pernah pula seorang ibu-ibu muda. Dia sedang asyik kirim-kiriman emot manja dengan salah seorang muthawif. Padahal keduanya sama-sama sudah berkeluarga. Dan masih banyak lagi cerita yang tak dapat saya buka semuanya disini.
Jangan paksa saya menunjukkan mana buktinya. Kurang lebih dua tahun mondar - mandir Mekkah Madinah. Semoga menjadi penjelas bahwa saya tidak sedang mengigau.
Poin inti dari tulisan ini sederhana saja. Mengajak kepada teman-teman muthawif agar menutup pintu rapat-rapat kepada jama'ah wanita. Ini adalah jihad kita. Jangan berbuat fahisyah sementara di depan antum ada tempat paling mulia, Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
Jaga harga diri kita. Jaga martabat kita. Jaga hati kita. Dan mari kuat-kuatkan diri agar terhindar dari perbuatan haram di tanah haram. Mari saling menasehati dalam keta'atan.
Kepada jama'ah wanita. Ayo sadarkan hati kita. Bahwa tujuan kita ke tanah suci untuk nambah ibadah. Bukan untuk nambah dosa. Kalau ada muthawif yang tebar pesona main mata. cepat marahi. Kalau perlu lapor travel. Agar menjadi evaluasi bersama. Tegas adalah kejam terhadap kemunkaran. Semoga kita dapat mengamalkannya.
Izinkan saya mengutip quotes yang saya temukan di pinterest: Pacaran itu adalah, aktifitas yang tidak diridhoi Allah. Setiap detiknya haram, setiap momennya dosa. Berujung pada zina dan hilangnya kehormatan. Dinikahi belum tentu, dikhianati bisa jadi. Bertaubatlah !!
Sambil menulis catatan ini. Kang Alman Mulyana dua hari yang lalu upload video di channel YouTube-nya dengan judul: Kasus Mutowif Yang Jadi Perbincangan Di Mekkah. Silakan bisa kalian tonton untuk mengetahui sedikit apa yang terjadi di lapangan. Semoga bermanfaat !!
(fb)