Syaikh Al Muhaisini Jawab Nyinyiran Pihak yang menuduh Pemerintahan Suriah baru Tidak Menerapkan Syariat Islam
[PORTAL-ISLAM] Pernyataan Syaikh Abdullah Al Muhaisini (عَبْد ٱللَّٰه ٱلمُحَيْسِنِي), Ulama Mujahid Suriah, atas nyinyiran beberapa pihak terkait penerapan Syariat Islam di pemerintahan Suriah baru yang dinilai lambat atau tidak menerapkan secara penuh Syariat Islam.
Syaikh Al Muhaisini:
𝗜𝘇𝗶𝗻𝗸𝗮𝗻 𝘀𝗮𝘆𝗮 𝗯𝗲𝗿𝗯𝗶𝗰𝗮𝗿𝗮 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗰𝗮𝗿𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗲𝗿𝗯𝗲𝗱𝗮 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗶𝗮𝘀𝗮 𝗸𝗮𝗹𝗶𝗮𝗻 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗿 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝘀𝗮𝘆𝗮!
Cukup sudah memperdagangkan nama syariat atas kami!
Betapa sumbangnya suara yang menggurui kami tentang sesuatu yang telah kami korbankan nyawa demi menegakkannya! Setelah 13 tahun penuh pengorbanan dan jihad—dengan di antara kami ada yang gugur sebagai syahid, ada yang terluka, dan ada yang terpaksa meninggalkan tanah air serta keluarga tercinta—tiba-tiba datang seseorang, bersandar santai di kursi mewahnya di sebuah hotel di London, lalu berani menggurui kami soal penerapan syariat!
Bukankah jihad juga bagian dari syariat? Di mana engkau ketika orang-orang tertindas meminta pertolongan? Ketika tanah air diinjak-injak dan darah ditumpahkan? Ataukah bagimu, syariat tak lebih dari sekadar cuitan di media sosial?!
Dia mengira hanya dirinya yang peduli pada agama, lalu memasang diri sebagai pengawas atas semua orang, memaksakan pandangannya yang sempit terhadap realitas. Padahal, dulunya dia begitu lantang mendukung ISIS, lalu berlepas diri setelah kapal mereka karam di tengah badai!
Ketahuilah—semoga Allah membimbing kita semua—bahwa kecintaan kami terhadap syariat Allah bukan sekadar slogan. Justru itulah yang telah mendorong kami untuk berkorban jiwa dan raga. Namun, syariat bukan pemahaman individual yang sempit, melainkan timbangan yang bijak antara prinsip dan kenyataan, antara tujuan dan tahapan, antara keadilan dan kebaikan.
Bagaimana bisa seseorang yang tak pernah menanggung beban tanggung jawab dan tak pernah menghadapi tantangan nyata menggurui kami? Bagaimana mungkin ia berbicara tentang penerapan syariat, sementara ia sendiri jauh dari lapangan dan tak merasakan langsung tekanan serta kompleksitasnya? Lalu, jika—na'udzubillah—perjalanan ini mengalami rintangan, dia akan berdiri dengan angkuh di atas reruntuhan sambil berkata: "Bukankah sudah aku katakan sebelumnya?"
Agar tidak terjadi salah paham, kami bersyukur kepada Allah atas pencapaian yang telah terwujud di Idlib, sebagai model penerapan syariat yang bertahap dengan pendekatan yang menggabungkan keteguhan dalam prinsip dan kebijaksanaan dalam penerapan.
- 𝗣𝗲𝗻𝗴𝗮𝗱𝗶𝗹𝗮𝗻 𝗯𝗲𝗿𝗹𝗮𝗻𝗱𝗮𝘀𝗸𝗮𝗻 𝗔𝗹-𝗤𝘂𝗿'𝗮𝗻, menegakkan keadilan sesuai dengan kaidah syariat.
- 𝗠𝗮𝘀𝘆𝗮𝗿𝗮𝗸𝗮𝘁 𝗵𝗶𝗱𝘂𝗽 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗹𝗶𝗻𝗴𝗸𝘂𝗻𝗴𝗮𝗻 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗮𝗶𝗸, di mana kemungkaran sangat jarang terlihat.
- 𝗟𝗲𝗺𝗯𝗮𝗴𝗮 𝘁𝗮𝗵𝗳𝗶𝘇 𝗔𝗹-𝗤𝘂𝗿'𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗻 𝗶𝗻𝘀𝘁𝗶𝘁𝘂𝘀𝗶 𝗽𝗲𝗻𝗱𝗶𝗱𝗶𝗸𝗮𝗻 𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺 𝘁𝗲𝗿𝘀𝗲𝗯𝗮𝗿 𝗹𝘂𝗮𝘀, membimbing generasi sesuai tuntunan kenabian.
Semua ini bukanlah kebetulan, melainkan hasil dari kerja keras kolektif, penerapan yang bertahap, dan upaya mendekatkan masyarakat kepada ajaran Islam dengan memahami realitas serta menghargai berbagai pendekatan fiqih yang beragam.
Maka, 𝗯𝗲𝗿𝘀𝗶𝗸𝗮𝗽𝗹𝗮𝗵 𝗹𝗲𝗯𝗶𝗵 𝗹𝗲𝗺𝗯𝘂𝘁 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗸𝗿𝗶𝘁𝗶𝗸, karena membangun lebih sulit daripada meruntuhkan, dan perbaikan membutuhkan kesabaran serta kebijaksanaan—bukan sekadar teriakan dan keributan yang tak pada tempatnya.
Tentu, sebagaimana usaha manusia lainnya, pengalaman ini masih belum sempurna dan bisa jadi ada kekurangan di sana-sini. Namun, kami yakin bahwa nasihat harus disampaikan dengan penuh kebijaksanaan, bukan dengan celaan, serta dengan bimbingan, bukan dengan penghancuran.
Adapun mereka yang menuduh dengan niat buruk dan meragukan ketulusan para pejuang, biarlah segala perkara diadili oleh Allah—karena di hadapan-Nya, semua perselisihan akan diselesaikan, dan semua pihak akan dipertemukan.