PEMIMPIN YANG TIDAK BISA MENJADI TELADAN
EFISIENSI?
Apa makna efisiensi bagi Prabowo, jika setiap foto jamuan makan, selalu ada air mineral equil? Sementara itu, satu botol harganya Rp 25-30 ribu rupiah. Bagi warga Jakarta, itu bisa sekali makan siang di warung padang dekat rumah. Memang, jamuan itu hak pribadinya dan menggunakan uang pribadi. Namun, jabatannya sebagai presiden melekat kemana pun ia pergi. Kebijakan efesiensi justru jadi cerminan pertanyaan publik seiring tidak konsistensinya antara isi pikiran elit dan publik kebanyakan.
Lebih jauh, makna efisiensi itu jangan-jangan memang berbeda antara elit politik yang megang kekuasaan dan publik yang jadi bagian dari imbas kebijakan? Bagi pemegang kebijakan, efisiensi adalah memotong anggaran sebesar-besarnya atas nama kepentingan publik, tanpa mengurangi kebiasaan gaya hidup yang memang cukup elitis. Sementara, bagi publik efisiensi adalah tanda untuk mengetatkan ikan pinggang dalam menatap ke depan.
Membangun empati tidak cukup dengan kata-kata nasionalisme yang mendakik-dakik, apalagi berteriak lantang atas nama rakyat. Membangun empati juga tidak harus bikin program yang memboroskan anggaran untuk membangun Indonesia yang lebih baik. Sebaliknya, cukup dari cara memberlakukan diri di meja makan yang terpotret dalam keseharian dengan menunjukkan pola hidup yang sederhana. Sebab, dari sikap sederhana itu tersirat bahwasanya publik percaya seorang pemimpin sedang membangun Indonesia secara sungguh-sungguh tanpa omon-omon saja.
(Wahyudi Akmaliah)