Kasus Ridwan Kamil Lebih Rumit, Daripada yang Dilakukan Donald Trump
Oleh: Erizal
Apa yang dilakukan Donald Trump belum ada apa-apanya dibandingkan apa yang dialami Ridwan Kamil. Dua lelaki yang sama-sama berada di ambang akhir sejarah.
Donald Trump seperti kata Dahlan Iskan adalah orang kaya yang merasa sudah jatuh miskin. Masih kaya sebetulnya, tapi sudah merasa jatuh miskin, karena yang lain terlihat sudah jauh lebih kaya raya dan mendominasi.
Ridwan Kamil tentu saja juga masih kaya, tapi karena berkali-kali jatuh, kalah, dan rumah digeledah pula, tentu tak kaya seperti dulu lagi. Mulai berhemat dan menghentikan pengeluaran yang tak perlu.
Donald Trump ingin kembali kaya raya, tapi bukan dengan cara bekerja keras, melainkan memungut tarif. Tanpa modal, tapi bisa dpt uang banyak.
Ridwan Kamil menerapkan pepatah hemat pangkal kaya, tapi apa yang dihemat tak selalu berakibat kaya. Yang dihemat ternyata pokok pula bagi yang lain dan berakibat fatal.
Donald Trump seperti preman pasar yang seenaknya memungut tarif. Ridwan Kamil bukan memungut tarif, tapi justru terkena tarif. Tarif yang biasa digelontorkan kepada Lisa Mariana, tapi dengan maksud berhemat, menghentikan pengeluaran, tak lagi digelontorkannya, tapi membuat Lisa Mariana terpekik histeris dan secara sepihak mengaku saja bahwa anak yang dimilikinya saat ini adalah buah dari hubungan gelapnya dengan Ridwan Kamil.
Apa haknya Lisa Mariana mengenakan tarif seenaknya kepada Ridwan Kamil, tanpa bukti yang jelas bahwa anak itu memang anaknya Ridwan Kamil? Dan apa pula haknya Donald Trump memungut tarif seenaknya di pasar global? Apakah hanya karena merasa jagoan dan tak ada yang berani melawan? Ia lupa bahwa yg lain juga sudah memperkuat diri dalam jangka waktu panjang. Lisa Mariana juga lupa kasusnya sudah lama dan tak bisa mengaku sepihak begitu saja.
Dengan cara memungut tarif itulah Donald Trump ingin merenovasi rumah bernama Amerika Serikat itu secara besar-besaran. Rumah yang sebetulnya masih bagus, tapi hendak diperbagus lagi menggunakan uang jatah tarif. Lisa Mariana meminta tarif kepada Ridwan Kamil bisa jadi untuk tetap mempertahankan gaya hidupnya. Sesuatu yang sudah biasa diterimanya lalu dihentikan tentu berpengaruh terhadap kehidupannya.
Tentu saja, baik Donald Trump maupun Lisa Mariana, bisa berhasil dan bisa juga gagal. Berhasil, kalau tarif yang dipungut bisa berjalan lancar dan memang mencukupi. Tapi bisa juga gagal, kalau tarif yang dipungut itu tak berjalan lancar dan tak pula mencukupi, sementara rumah yang direnovasi sudah diruntuhkan. Alih-alih memperbagus rumah, justru rumah itu jelek karena tak selesai atau mangkrak. Betapa banyak orang yang tadinya ingin memungut tarif justru terkena tarif yang tak terduga.
Donald Trump berpotensi menjadi musuh bersama dan ditinggalkan. Orang mulai membangun aliansi baru secara serius, saling menguntungkan, dan setara. Ia sebetulnya sudah tak sekuat dulu lagi, tapi sayangnya tidak sadar. Mantan Wapres Jusuf Kalla mengatakan dunia belum kiamat dengan penerapan tarif Amerika ala Donald Trump itu. Berefek tentu saja, tapi efeknya juga bisa mengenai warga Amerika itu sendiri. Dunia tidak seperti dulu lagi saat Amerika muncul sebagai negara superpower.
Bagi Ridwan Kamil bisa jadi dunia sudah kiamat. Tapi ia masih berpotensi mendapat simpati publik yang baru kalau pengakuan dari Lisa Mariana itu hoaks belaka. Tapi memang siapa bapak dari seorang anak yang paling mengetahui adalah ibunya, bukan bapaknya. Bukan mustahil suami istri, tapi anak dari suami istri itu bukan milik dari sang suami. Istrilah yang mengetahui. Maka tes DNA solusi, kendati sebetulnya mempermalukan pihak perempuan.
Makanya apa yang dilakukan Donald Trump belum ada apa-apanya dibandingkan apa yang dialami Ridwan Kamil. Apa yang dialami Ridwan Kamil jauh lebih rumit. Belum lagi muncul orang ketiga bernama Ayu Aulia. Ayu Aulia seperti membela Ridwan Kamil dan menyudutkan Lisa Mariana. Lisa Mariana langsung pula menyerang Ayu Aulia dan menunduh Ayu sebagai selingkuhan pula dari Ridwan Kamil. Bukannya dibantu, Ridwan Kamil sebetulnya semakin tersudut, apalagi istri sahnya yang dipanggil Ibu Cantik itu.
Donald Trump melempar tarif terhadap barang-barang yang masuk ke Amerika, dunia guncang, lalu muncul berbagai strategi buat menyikapi, dan dengan cepat menyesuaikan diri, bahkan menjadi olok-olokan belaka. Apa yang dialami Ridwan Kamil mana bisa menjadi olok-olokan. Semua tegang dan setiap hari muncul informasi baru, bahkan rekaman dialog yang sudah dibantah kedua belah pihak.
Kita hanya bisa menunggu akhir sejarah dari masing-masingnya, tanpa berharap apa-apa, dan menginginkan siapa yang keluar sebagai pemenang.