@import url('https://fonts.googleapis.com/css2?family=EB+Garamond:ital,wght@0,400..800;1,400..800&display=swap'); body { font-family: "EB Garamond", serif; }

Orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus

Dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata Orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus
"Dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. Orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus." [QS An-Nisa: 102] 

Perjanjian damai yang sedang dijajaki oleh Presiden Mesir As-Sisi, Raja Yordania Abdullah, dan Presiden Prancis Macron bukanlah jalan keluar bagi rakyat Palestina. Itu justru merupakan jalan masuk menuju lembah penyembelihan, seperti yang telah berulang kali kita saksikan dalam sejarah umat ini.

Delegasi Hamas sendiri telah mengungkapkan bahwa salah satu syarat dalam perjanjian yang dimotori oleh Mesir ini adalah pelucutan senjata para pejuang. Sebagai imbalannya, rakyat Gaza akan menerima bantuan miliaran dolar untuk membangun kembali wilayah mereka. 

Permintaan semacam ini sudah usang—sering kali datang dari mulut musuh-musuh Allah sejak zaman Rasulullah SAW.

Allah SWT telah memperingatkan, “Orang-orang kafir ingin kamu lalai dari senjata dan harta benda kamu, agar mereka dapat menyerbu kamu sekaligus.” (QS An-Nisa: 102)

Ayat ini diturunkan bersamaan dengan tata cara shalat saat peperangan. Bahkan ketika shalat (dalam masa peperangan), senjata tidak boleh dilepaskan!

Maka, perjanjian ini bukanlah solusi. Ini adalah bentuk pengkhianatan. Pengkhianatan terhadap para pejuang yang tengah menunaikan fardhu ain dalam jihad mempertahankan tanah Al-Aqsa.

Sejarah pun telah mengajarkan kita:

👉Pada tahun 1994, Ukraina menyerahkan senjata nuklirnya dengan jaminan keamanan dari kekuatan besar dunia. Hari ini, negara itu hancur dan dijarah karena tidak memiliki kekuatan pertahanan sendiri.

👉Pada tahun 1982, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) menandatangani perjanjian untuk meletakkan senjata di Lebanon. Mereka keluar dari Lebanon dengan jaminan bahwa para pengungsi Palestina akan dilindungi oleh pasukan internasional. Namun, dua minggu kemudian, kamp pengungsi Sabra dan Shatila diserbu. Milisi Phalangist dengan dukungan dan perlindungan tentara Zionis menyembelih umat Islam selama 43 jam tanpa henti. Sebanyak 2.000 hingga 3.500 pengungsi Palestina—pria, wanita, dan anak-anak—dibantai, diperkosa, dimutilasi, dan dibuang ke kuburan massal.

Inikah “damai” yang dijanjikan jika umat Islam meletakkan senjatanya?

👉Lihat juga kisah Taliban. Beberapa tahun lalu, dalam sebuah ruang perundingan, perwakilan Amerika meminta Taliban meletakkan senjata. Salah satu wakil Taliban hanya tersenyum, lalu berkata:
“Senjata inilah yang membawa kalian ke meja perundingan ini. Jika bukan karena senjata ini, kalian bahkan tidak akan memandang kami. Maka bagaimana mungkin kami meletakkannya?”

Jawaban yang cerdas, tegas, dan penuh kehormatan.

Hasilnya? Hari ini Taliban berhasil mengusir Amerika Serikat dari tanah Afghanistan karena mereka tidak bersedia meletakkan senjata perjuangan ketika berhadapan dengan musuh.
Dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata Orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus
Sebab kenyataannya… yang membawa musuh ke meja perundingan bukanlah diplomasi kosong, tapi kekuatan, tekanan, dan darah perjuangan.

Hari ini, Zionis ingin mengulangi tipu daya lama. Mereka ingin Hamas meletakkan senjata. Mereka ingin Gaza lumpuh. Mereka ingin umat ini telanjang tanpa pertahanan. Dan mereka tahu, begitu senjata dilucuti, pembantaian akan dimulai.
Dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata Orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus
Jangan jadi umat yang dua kali dikhianati oleh sejarah.
Jangan ulangi kebodohan karena malas membaca luka dan darah umat ini.

Hari ini, tanggung jawab kita bukan bersekutu dengan para pengkhianat. 
Jangan beri tekanan kepada para pejuang di Gaza.
Berilah tekanan kepada pemerintah Israel, Mesir, Yordania, dan Arab Saudi.

Berdirilah bersama para pejuang. Dukung mereka dengan doa, dana persenjataan, suara, dan tekanan diplomatik terhadap musuh.

Dan sejarah sudah memperingatkan kita...

Bangsa yang meletakkan senjatanya, sedang menandatangani surat kematian mereka sendiri.

(Aidil Heryana)