[PORTAL-ISLAM] GAZA - Pakar militer dan keamanan, Osama Khaled, mengatakan bahwa operasi heroik yang dilakukan oleh perlawanan Palestina di timur Beit Hanoun (utara Jalur Gaza) merupakan pencapaian militer yang luar biasa, baik dari segi waktu maupun lokasi.
Ia menyebut aksi ini sarat dengan makna strategis dan militer, dan pendokumentasian yang sangat rapi melalui video dimaksudkan untuk memengaruhi dua pihak sekaligus: rakyat Palestina dan masyarakat ‘Israel’.
Dalam wawancaranya dengan Al Jazeera, Khaled menjelaskan bahwa operasi tersebut terjadi di Jalan “Jakar”, sebuah kawasan yang menjadi garis depan pasukan perlawanan. Lokasi itu dikenal sebagai “zona terlarang”, yaitu area yang bersinggungan langsung dengan pasukan pendudukan ‘Israel’, sehingga menjadikannya medan operasi yang sangat menantang dan menunjukkan keberanian serta kemampuan inisiatif yang tinggi dari pihak perlawanan.
Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, sebelumnya telah merilis cuplikan video yang menunjukkan penyergapan terhadap pasukan ‘Israel’ pada Sabtu lalu (19/4/2025) di Beit Hanoun.
Dalam video tersebut, tampak mobil militer ‘Israel’ jenis Storm dihantam oleh serangan mendadak. Tak lama kemudian, pasukan pendukung ‘Israel’ yang datang ke lokasi diserang dengan ranjau anti-personil, diikuti dengan serangan ke pos militer baru ‘Israel’ menggunakan empat peluncur RPG dan sejumlah mortir.
[VIDEO]
🔥 Al-Qassam fighters carrying out the complex "Breaking the Sword" ambush against Israeli forces near the separation fence east of Beit Hanoun, north of the Gaza Strip. (Apr. 19) pic.twitter.com/Vw6iUBLtpB
— MenchOsint (@MenchOsint) April 21, 2025
Pendekatan Militer Profesional
Khaled menegaskan bahwa operasi ini menunjukkan penerapan menyeluruh dari 11 prinsip dasar perang, di antaranya: tujuan yang jelas, perlindungan, konsentrasi kekuatan, koordinasi, kesatuan komando, dan serangan terkoordinasi dengan semangat juang tinggi. Semua ini terlihat nyata dalam perencanaan awal yang juga mencakup pengintaian medan yang cermat dan berkelanjutan.
Ia juga mengungkapkan bahwa pengumpulan intelijen merupakan faktor penentu keberhasilan operasi. “Perlawanan melaksanakan pengintaian senyap dan bergerak secara bertahap mendekati posisi musuh, sehingga mampu membentuk gambaran menyeluruh tentang sistem pertahanan ‘Israel’ dan lokasi pasukannya,” ujar Khaled.
Menurutnya, informasi ini membantu mengungkap pola pergerakan pasukan ‘Israel’ di sepanjang garis logistik, dan membuktikan bahwa unit intelijen Al-Qassam tetap aktif dan efektif meskipun perang sudah berlangsung lama.
Khaled menambahkan bahwa operasi ini termasuk dalam konsep “serangan manuver yang menyakitkan”, dengan koordinasi tinggi antar unit inti dan pendukung. Proses dokumentasinya pun dilakukan dari jarak sangat dekat dengan pasukan musuh, tanda adanya disiplin dan strategi militer yang matang.
Pengalaman Operasi Sebelumnya
Lebih lanjut, Khaled menilai bahwa teknik penyusupan dan pengintaian lapangan menunjukkan tingkat profesionalisme tinggi dari pasukan Al-Qassam. Ia memuji para komandan lapangan atas perencanaan dan pelaksanaan operasi, dan menyoroti kesederhanaan dalam pembagian peran sebagai kekuatan utama dalam strategi militer mereka.
Ia juga membandingkan operasi ini dengan serangan terkenal ke situs militer “Pos 16” yang dilakukan oleh perlawanan saat perang Al-Asf Al-Ma’kul (2014), menilai bahwa keduanya serupa dalam lokasi, gaya, dan dampaknya, menghidupkan kembali semangat keteguhan dan pengorbanan para syuhada.
Apa Tujuan Dokumentasi?
Khaled menjelaskan bahwa dokumentasi visual operasi ini dengan gaya produksi yang apik adalah bagian dari strategi media Al-Qassam. Tujuannya adalah ganda: meningkatkan mental publik Palestina, dan sekaligus menimbulkan kepanikan dan kebingungan dalam institusi militer serta masyarakat ‘Israel’. Hal ini terbukti dari laporan media ‘Israel’ yang menyebut operasi itu sebagai “kegagalan besar” dan menunjukkan meningkatnya rasa frustasi publik.
Sebagai penutup, Khaled menekankan bahwa Al-Qassam adalah salah satu model militer unik di dunia saat ini. Mereka berhasil menggabungkan taktik klasik militer konvensional dengan metode perang gerilya modern, menjadikannya fenomena menonjol dalam dunia ilmu militer kontemporer.
Ia juga menegaskan bahwa meskipun Al-Qassam kehilangan beberapa pemimpin utamanya akibat pembunuhan, hal itu tidak berdampak signifikan terhadap kinerja tempur mereka. Justru, kelompok ini menunjukkan kemampuan untuk cepat pulih, beradaptasi, dan terus melancarkan operasi militer dengan keteguhan luar biasa di tengah eskalasi yang terus meningkat. (arrahmah.id)