@import url('https://fonts.googleapis.com/css2?family=EB+Garamond:ital,wght@0,400..800;1,400..800&display=swap'); body { font-family: "EB Garamond", serif; }

Ikhwanul Muslimin: Diakui Jasanya, Dimusuhi Keberadaannya

Siapa yang paling gigih melawan Zionis Israel  Ikhwanul Muslimin: Diakui Jasanya, Dimusuhi Keberadaannya
Ikhwanul Muslimin: Diakui Jasanya, Dimusuhi Keberadaannya

Siapa yang paling gigih melawan Zionis Israel — Syiah atau Sunni? Sebagian besar umat Islam pasti sepakat bahwa jawabannya datang dari kalangan Sunni. Namun di balik fakta itu, ada ironi besar: justru dari tubuh Sunni sendiri muncul sebagian yang paling keras memusuhi salah satu pilar utama perlawanan terhadap Israel, yaitu Ikhwanul Muslimin (IM).

Didirikan pada 1928 oleh Syaikh Hasan Al-Banna, Ikhwanul Muslimin lahir sebagai gerakan pembaruan Islam yang menyeluruh sosial, politik, dan spiritual. Sejak awal, mereka menentang kolonialisme Inggris dan menyuarakan penolakan keras terhadap proyek Zionis di tanah Palestina.

Pada 1948, saat Israel diproklamasikan dan negara-negara Arab menyatakan perang, relawan Ikhwan dari Mesir menjadi kekuatan penting di medan tempur. Mereka dikenal sebagai pasukan paling disiplin dan berani, dan menjadi ujung tombak dalam konfrontasi langsung melawan pasukan Zionis

Rekrutmen dan mobilisasi IM, Hasan al‑Banna menjanjikan dukungan hingga 10.000 relawan; sekitar 1.500 telah tiba di Palestina pada Maret 1948.

Relawan IM terlibat dalam pertempuran di Gaza bersama Tentara Mesir dan ALA, serta operasi di Tabbah, Al‑Quds, Bethlehem, dan Ramat Rahil.

Fakta ini tercatat dalam berbagai arsip sejarah, bukan sekadar klaim internal. Bahkan, peran diplomatik tokoh-tokoh Ikhwan turut berkontribusi dalam upaya pengakuan kemerdekaan Indonesia di dunia Arab, dokumentasi ini sangat mudah diakses bagi yang mencari fakta sejarah.
Siapa yang paling gigih melawan Zionis Israel  Ikhwanul Muslimin: Diakui Jasanya, Dimusuhi Keberadaannya
Siapa yang paling gigih melawan Zionis Israel  Ikhwanul Muslimin: Diakui Jasanya, Dimusuhi Keberadaannya
Semangat perjuangan itu tidak padam. Ia diwariskan lintas generasi dan menyebar ke seluruh dunia Islam. Di Palestina, semangat itu melahirkan Hamas—didirikan pada 1987 oleh Syaikh Ahmad Yasin, tokoh Ikhwan di Gaza. Hamas menjadi kekuatan paling aktif dan konsisten dalam melawan penjajahan Israel hingga kini.
Ironisnya, perlawanan yang gigih ini justru sering dijegal oleh sebagian kalangan Sunni sendiri: dari pemerintahan-pemerintahan Arab hingga kelompok ulama yang mengklaim membela Ahlus Sunnah, namun menuduh, memfitnah, memusuhinya, bahkan memplesetkan dengan sebutan Ikhwanul Muflsin. Sebuah sikap kemunafikan, mereka mengakui jasanya dari kalangan Sunni, tapi memusuhi keberadaannya.

Maka jika kita mengatakan bahwa Sunni adalah barisan terdepan dalam perlawanan terhadap Zionisme, kita tak bisa menafikan bahwa Ikhwanul Muslimin adalah fondasi awal dan pilar utamanya.

Kepada mereka yang tidak setuju, tanyakan kepada mereka siapa Sunni yang diklaim sebagai kelompok yang paling gigih melawan Israel itu?

(Kang Irvan Noviandana)