@import url('https://fonts.googleapis.com/css2?family=EB+Garamond:ital,wght@0,400..800;1,400..800&display=swap'); body { font-family: "EB Garamond", serif; }

Omong Kosong Si Paling Sains

Muslim tahunya orang Yahudi baru tinggal di Palestina setelah Perang Dunia II Omong Kosong Si Paling Sains
Muslim tahunya orang Yahudi baru tinggal di Palestina setelah Perang Dunia II Omong Kosong Si Paling Sains
Muslim tahunya orang Yahudi baru tinggal di Palestina setelah Perang Dunia II Omong Kosong Si Paling Sains
Muslim tahunya orang Yahudi baru tinggal di Palestina setelah Perang Dunia II Omong Kosong Si Paling Sains

Omong Kosong Si Paling Sains

👉Klaim 1: Muslim tahunya orang Yahudi baru tinggal di Palestina setelah Perang Dunia II.

Sok tau. Banyak kok umat Islam yang mengetahui eksistensi Yahudi historis di Palestina. Dikira mereka bodoh? Akan tetapi, yang ditolak adalah klaim bahwa sejarah kuno bisa melegalkan kolonialisme modern.

Kalau memang nalarnya demikian, kenapa gak kembalikan wilayah bekas Alexander ke Makedonia? Apa hubungannya sejarah kuno sama wilayah yang harus diakui sekarang? Nggak nyambung.

👉Klaim 2: Karena itu, Muslim menganggap pendirian negara Israel tidak sah.

Pendirian Israel dianggap tidak sah bukan sesimple "Yahudi baru datang," itu kan dugaan anda sendiri yang reduksionistik dan dungu. Akan tetapi dianggap tidak sah karena didirikan lewat penjajahan, pembersihan etnis (Nakba 1948), dan pemaksaan oleh kekuatan kolonial (Inggris dan PBB).

Dekolonisasi modern tidak mengakui klaim etnis kuno sebagai dasar pendirian negara, melainkan kedaulatan rakyat yang tinggal di sana secara historis dan berkesinambungan. Strawman fallacy lagi.
Lagipula, yang menolak pendirian negara Israel bukan cuma orang Muslim, tapi orang-orang agama lain juga, dan kelompok progresif menentang itu.

👉Klaim 3: Mereka menolak itu karena iman.

Ini gak lebih dari retorika kosong yang merendahkan iman sebagai penghambat nalar, padahal justru banyak Muslim dan non-Muslim menolak Zionisme karena pertimbangan etis, historis, dan politis, bukan cuma berdasarkan teologi.

Bahkan banyak Yahudi sendiri yang menolak pendirian negara Israel karena menganggapnya bertentangan dengan ajaran Yahudi. So menyederhanakan oposisi menjadi "karena iman" adalah cara malas berpikir, atau justru bentuk iman lain: iman pada mitos Zionis, yang tidak pantas bagi orang yang mengaku cerdas dan si paling sains.

Buang saja gelarmu ke tempat sampah. Nggak guna kayaknya.

(Mar)