@import url('https://fonts.googleapis.com/css2?family=EB+Garamond:ital,wght@0,400..800;1,400..800&display=swap'); body { font-family: "EB Garamond", serif; }

KRISTEN PENDUKUNG ISRAEL

hiaUXSIwBDAruWRSlRntwlxPRLXKxhsqKhVzRfnoYpKGqI KRISTEN PENDUKUNG ISRAEL
hiaUXSIwBDAruWRSlRntwlxPRLXKxhsqKhVzRfnoYpKGqI KRISTEN PENDUKUNG ISRAEL
Oleh: Arif Wibowo

Kekristenan itu tidak tunggal, selain dua aliran besar yang sudah menjadi dua agama berbeda kalau di Indonesia, yakni Katolik dan Protestan, di dalam tubuh Protestan Indonesia sendiri terdapat ratusan aliran gereja berbeda, bukan hanya dari sisi organisasional tapi juga ragam teologinya termasuk juga pandangan politiknya.

Keragaman pandangan politik antar aliran gereja inilah yang membuat Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) bersikap ambigu terhadap kejahatan kemanusiaan di Palestina.

"Pada umumnya, yang cenderung mendukung keberadaan partai-partai politik berbasis Kristen di era reformasi, seperti PDS adalah gereja-gereja atau tokoh-tokoh Kristen yang mengklaim diri sebagai Injili. Disadari atau tidak, mereka sangat dipengaruhi oleh semangat kekristenan Injili yang fundamentalis di Amerika, yang sangat besar pengaruhnya dalam percaturan politik di Amerika sejak tahun 1970-an.

Gejala perpindahan pendulum ini (dari apolitik menjadi sangat suka politik) adalah pengaruh kekristenan evangelis di Amerika. Berbagai organisasi Kristen Injili di Amerika selama dua dekade terakhir tiba-tiba sangat aktif dalam politik yang sekarang berpengaruh besar terhadap kebijakan politik luar negeri Amerika.

Yang paling kuat pengaruhnya adalah kaum Injili Amerika yang menyebut diri Christian Right, Kristen Zionis dan Fundamentalis, yaitu kelompok Kristen yang menganut teologi Dispensasionalisme (teologi yang menganut pandangan bahwa sebelum kedatangan Yesus kedua kali, orang Israel harus kembali ke "tanah Perjanjian" di Palestina, yang dahulu diberikan Allah kepada nenek moyang mereka, Abraham, Ishak dan Yakub).

Menurut paham ini, membantu Israel menjadi negara sendiri dan memulihkan Israel kuno sesuai batas-batas geografis dahulu (termasuk mengambil kawasan Tepi Barat) berarti memperlancar dan menyongsong kedatangan Yesus yang kedua kali.

Karena itu, kelompok ini sangat gigih berjuang untuk kepentingan politik negara Israel dan mereka sangat eksklusif dalam berteologi dan cenderung anti Islam. Pemimpin gerakan ini di Amerika antara lain John Hagee, Pat Robertson, Franklin Graham dan James Dobsoy.

.....
Tentu saja, persepsi kaum Evangelikal mengenai banyak hal berbeda dengan kaum Ekumenikal. Masalahnya dalam PGI kedua aliran kekristenan itu ada.
.....

Itu sebabnya, ketika PGI mengecam serangan Israel ke Lebanon dan Palestina beberapa tahun lalu, sebagian gereja anggota PGI, terutama dari kalangan Injili, mengkritik MPH PGI, mengacu pada nas alkitab "Siapa yang mengutuk engkau (Israel), maka terkutuklah ia (Kejadian 27:29). (halaman 87-88)."
hiaUXSIwBDAruWRSlRntwlxPRLXKxhsqKhVzRfnoYpKGqI KRISTEN PENDUKUNG ISRAEL
Apa yang dikemukakan oleh pendeta Richard Daulay dalam buku yang dikembangkan dari disertasinya ini tentu menarik untuk dikaji. 

Hal ini dikarenakan, kalau kita bicara tentang organisasi trans nasional agama, mata kita selalu tertuju pada Hizbut Tahrir dan Ikhwanul Muslimin tanpa pernah menyebut gereja. Padahal, the real organisasi keagamaan yang bersifat trans nasional itu ya gereja.

Jadi jangan heran, meski posisi negara ini sudah menyatakan anti penjajahan Palestina sejak zaman Bung Karno, orang-orang Kristen Injili trans nasional itu dengan percaya diri memilih sikap berlawanan dengan politik luar negeri Indonesia. Dan mereka percaya diri mendukung "genocida" itu sampai anak-anak kecilnya berani memparodikannya.

Jadi buat pengamat politik yang sering berslogan NKRI harga mati yang spesialisnya berbicara wahabi, ikhwanul muslimin dan HTI, tolong dong diperluas kajiannya tentang gereja-gereja pro pendudukan Israel ini. Sebab gereja-gereja ini merupakan duri dalam toleransi dan slilit persatuan Indonesia.

Ketegangan Islam dan Kristen yang masih tinggi sampai sekarang, salah satu sebab utamanya juga ulah para misionaris dari kelompok ini, yang mendapat angin segar saat Indonesia merapat erat ke Amerika Serikat di awal Orde Baru.

Saya sudah ada beberapa bukunya, dan memang secara eksplisit dari sisi nama lembaga penginjilannya saja, mereka masih mengusung semangat perang salib.

(fb)