Oleh: Hendrajit
Dengan ulah Trump ikutan Israel nyerang Iran, saya malah ingat obrolan tempo hari antara Rhenald Kasali dengan mantan kepala BIN Hendropriyono. Prediksi Hendropriyono, Trial and Error ala Donald Trump paling juga hanya bertahan 6 bulan.
Saya mulai berpikir jangan jangan Trump pun sudah ngerasa akhir kekuasaannya sudah dekat. Ulahnya terang terangan mendukung Israel sejatinya justru politik bumi hangus terhadap negaranya sendiri.
Kalau soal AS mendukung Israel umum juga sudah tahu sejak 1948 kala mendukung berdirinya Israel bersama Inggris. Tapi mainnya meskipun licik tapi lihai dan penuh muslihat. Pakai soft power alih alih hard power. Sekarang bukan saja mengandalkan hard power, tapi kayak masuk kancah pertempuran tapi nggak tahu apa tujuan strategis perangnya.
Kalau tujuan perangnya cuma mau membunuh Ali Khameini, berarti bukan saja Israel, Amerika dan para sekutunya bukan blunder lagi tapi keblinger. Keblinger berarti dari awal sudah menerapkan Strategi Salah Arah. Menjadikan Ali Khameini sasaran utama dalam pertempuran berarti salah membaca kekuatan geopolitik Iran. Kekuatan Iran bukan pada sosok pemimpinnya.
Melainkan mampu mentransformasikan ketahanan budaya menjadi ketahanan nasional. Dengan itu sosok pemimpin yang masuk pentas adalah buah dari kekuatan geopolitik Iran itu. Inilah rahasia kekuatan Iran yang membentang ke belakang bukan saja sejak era awal Republik Islsm Iran pada 1979. Namun juga merentang ke belakang sejak kejayaan Peradaban Persia.
Hemat saya ini adalah Jeritan Terakhir Pax Americana (dominasi ekonomi dan militer Amerika Serikat).
*fb