@import url('https://fonts.googleapis.com/css2?family=EB+Garamond:ital,wght@0,400..800;1,400..800&display=swap'); body { font-family: "EB Garamond", serif; }

Penasihat Kapolri Emosi

Beliau masih terlihat sehat walafiat saja Penasihat Kapolri Emosi
Penasihat Kapolri Emosi

Oleh: Erizal

Memasuki usia 74 tahun, Penasihat Ahli Kapolri, Aryanto Sutadi, memang terlihat sudah lelah. Beliau masih terlihat sehat walafiat saja, itu sudah merupakan anugrah yang luar biasa. Masih berdebat di televisi digital maupun non-digital, apalagi dengan lawan debat yang sepantaran usianya dengan anak beliau seperti Ahmad Khozinudin, yang terlihat gersit, cekatan, dan agak keras kepala itu, memang bukan lagi tugas beliau. Berdosalah orang yang masih saja mengundang beliau dan lebih berdosa lagi yang masih memberinya posisi.

Kapolri Listyo Sigit Prabowo sudah seharusnya memberi waktu yang lebih buat Aryanto Sutadi beristirahat. Tak masalah beliau tampil di televisi menyebarkan kebijaksanaan dengan usia beliau yang sudah terbilang sepuh itu. Tapi dengan posisi yang masih ada di pundaknya, beliau sudah terlihat terbebani karena harus memaksakan diri dgn kemaunya. Mungkin karena sudah terlalu lama juga menjabat persis seperti jabatan Kapolri itu sendiri, yang juga sudah terlalu lama. Bukankah pembusukan terjadi karena soal waktu juga?

Hampir beberapa tahun terakhir, Aryanto Sutadi dengan menyandang jabatan penasihat ahli Kapolri selalu muncul di televisi digital dan non-digital. Apa pun kasus yang terkait masalah hukum, apalagi terkait kepolisian, bermasalah maupun berprestasi, beliau selalu muncul mewakili pihak kepolisian maupun Kapolri itu sendiri. Sejauh itu nasihat-nasihat beliau terbilang bernas dan mencerahkan. Tak membela oknum & selalu memberi perspektif penegak hukum yg benar. Dlm kasus ijazah Jokowi ini, beliau mulai terlihat berbeda, entah kenapa?

Pertahanan emosi Aryanto Sutadi memang terlihat goyah dalam kasus ijazah Jokowi ini. Padahal kasus ini terlihat belum benar-benar dimulai. Perkiraan beliau melampaui apa yang sedang dilakukan pihak kepolisian itu sendiri. Misalnya, akan banyak tersangka kasus ijazah Jokowi ini, karena banyak unsur tindak pidana berupa ujaran kebencian, fitnah, dan provokasi dalam perdebatan soal ijazah Jokowi ini. Mungkin memang akan banyak tersangka, tapi seolah mengatakan yang berdebat akan jadi tersangka, itu terlalu bablas. Lebih berupa ancaman daripada nasihat seorang penasihat.
Susno Duadji dan Oegroseno, menyebut dua jenderal purnawirawan polisi, yang juga kerap memberikan pemikiran dan pencerahannya di hadapan publik, tak pernah terlihat bablas dalam penyampaian di hadapan publik. Ini karena beliau tak mengemban jabatan seperti Aryanto Sutadi. Ia bisa memisahkan dirinya dengan peristiwa yang dikomentarinya. Padahal secara usia, dua pensiunan jenderal itu agak lebih muda dari Aryanto Sutadi. Belakangan, Bapak Aryanto Sutadi memang terlihat emosional. Beliau terlihat sudah lelah.

Berbulan-bulan kasus Vina Cirebon dibahas di televisi digital dan non-digital, Aryanto Sutadi terlihat tenang dan mantap dengan pendapat-pendapatnya. Tak terlalu maju atau progresif, tak pula terlalu defensif. Masih di tengah-tengah. Padahal pengacara yang di hadapi juga terbilang mentereng, sekelas Otto Hasibuan, Ketua Peradi. Tapi dalam kasus ijazah Jokowi ini, Aryanto Sutadi sudah tak santai. Malah ia seperti menyalahkan Bareskrim sejak awal, karena mengatakan 90% identik dan 10% belum. Ia terkesan buru-buru ingin cepat final.

Bisa jadi karena irisan Aryanto Sutadi dengan Jokowi terlalu tebal. Ia diangkat sebagai penasihat Kapolri oleh Kapolri yang dianggap Presiden Jokowi dulunya, sejak awal tahun 2021. Ia sama-sama orang Jawa Tengah dengan Jokowi. Jokowi di Solo, ia di Kebumen. Ia juga pernah mengatakan bahwa Jokowi Presiden yg harum namanya di dunia internasional, tapi tiba-tiba tercoreng karena kasus ijazah ini. Ia seperti ingin buru-buru saja menyelesaikan kasus ijazah ini dengan Jokowi keluar sebagai pemenang dan Roy Suryo Cs sbg tersangka.

Banyak sekali sebetulnya pelajaran yang bisa diambil dari kasus ijazah Jokowi ini. Warga negara memang harus sekritis Roy Suryo Cs itu. Warga negara berhak mempertanyakan. Universitas sekelas UGM hanya bisa bernarasi tanpa bukti-bukti yang tak terbantahkan sejak awal. Jokowi pun harus lebih bijaksana memperlihatkan saja ijazahnya itu pada publik demi mengakhiri sakwa sangka tak berujung. Aryanto Sutadi tak perlu berteriak sejadi-jadinya karena ingin didengar dan mendominasi kebenaran. Dan yang paling penting, kalau sudah capek harusnya istirahat, agar tak mempermalukan dir sendiri dan generasi di masa depan.