[PORTAL-ISLAM] Empat dari 5 tentara Israel yang tewas di Gaza kemarin berasal dari Batalyon Netzah Yehuda (Batalyon ke-97) yang terkenal kejam.
"WE WILL HUNT YOU NETZAH YEHUDA"
KAMI AKAN MEMBURU KALIAN WAHAI BATALYON NETZAH YAHUDA
Brigade Al Qassam mengeluarkan pernyataan bahwa mereka akan memburu Batalion Netzah Yehuda yang selalu bertindak kejam dengan rakyat Gaza sehingga ke lubang cacing.
Al Qassam berjanji akan menghancurkan sepenuhnya batalion ini.
Sebuah utas tentang siapa brigade ini — dan apa yang telah mereka lakukan - termasuk video prajuritnya yang merayakan kematian balita Palestina yang dibakar hingga mati.
👇👇
Netzah Yehuda adalah salah satu unit paling terkenal di militer Israel.
Mereka dibentuk untuk merekrut tentara ultra-Ortodoks.
Namun seiring waktu, mereka menjadi terkenal karena kekerasan, rasisme, dan kebrutalan.
Anggota batalion ini terekam dalam video merayakan pembakaran bayi Ali Dawabsheh yang berusia 18 bulan hingga tewas.
Dalam video tersebut, mereka menusuk foto wajah bayi tersebut dan menari dengan senjata.
Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai "pernikahan kebencian".
🎥 (video di bawah)
Mereka tidak dihukum karena merayakan kematian tersebut.
Satu-satunya tentara yang ditangkap menghabiskan 21 hari di penjara —
bukan karena kebencian atau hasutan,
melainkan karena ia tidak mengamankan senjatanya saat pesta. Bayangkan batalion ini bertugas di Gaza sekarang - apakah Anda akan terkejut jika mereka menyerang anak-anak?
Netzah Yehuda telah terlibat dalam:
– Pelecehan seksual terhadap tahanan Palestina
– Penyiksaan dengan sengatan listrik
– Pemukulan brutal saat penangkapan
– Dan masih banyak lagi.
Ini bukan perilaku yang biasa — ini sebuah pola.
Pada tahun 2022, tentara mereka membunuh seorang pria Palestina-Amerika berusia 78 tahun, Omar Assad.
Mereka memborgolnya, menyumpal mulutnya, dan meninggalkannya dalam kondisi kedinginan.
Dia mengalami serangan jantung dan meninggal sendirian di tanah.
Tidak ada tuntutan pidana yang diajukan. Hanya "teguran" internal.
AS mempertimbangkan untuk memberi sanksi kepada mereka berdasarkan Undang-Undang Leahy —
yang memblokir bantuan militer kepada unit-unit yang melakukan pelanggaran hak asasi manusia berat.
Namun tekanan itu tidak bertahan lama.
Batalion tersebut terus beroperasi hingga saat ini.
Jadi mengapa saya membagikan ini?
Karena hari ini, platform ini dibanjiri dengan unggahan yang menyebut tentara di batalion ini "pahlawan."
Mereka bukan.
Mereka penjahat perang.
Mereka merayakan pembakaran seorang bayi. Mereka meninggalkan seorang kakek untuk mati di jalan. Mereka seharusnya tidak berada di Gaza sebagai bagian dari kampanye kelaparan yang menyebabkan 1 juta anak kelaparan.
Jangan tulis ulang sejarah.
Mereka bukan orang suci. Mereka bukan korban.
Mereka adalah bagian dari batalion ekstremis yang kejam yang telah meneror warga sipil dengan impunitas (kekebalan hukum) total.
Ingat nama mereka: Netzah Yehuda.
Dan ingat bayi Ali Dawabsheh — berusia 18 bulan dan orang tuanya.
Dibakar sampai mati di rumah mereka.
Ditusuk dalam bentuk patung oleh tentara yang menari dan bernyanyi dengan senapan.
Ini terjadi 10 tahun yang lalu bulan ini.
Jangan biarkan dunia melupakannya.
👇👇
Members of this battalion were caught on video celebrating the burning to death of 18-month-old baby Ali Dawabsheh.
— Fadi Quran (@fadiquran) July 8, 2025
In the video, they stab a photo of the infant’s face and dance with weapons.
It became known as the “wedding of hate.”
🎥 (video below) pic.twitter.com/Jpd3A2zVKE
— Fadi Quran (@fadiquran) July 8, 2025

