Oleh: Erizal
Setelah laporannya di Polda Metro Jaya naik ke proses penyidikan, Jokowi muncul lagi di hadapan publik. Meski masih terlihat sakit, Jokowi tetap tampil dengan gaya khasnya. Laporannya, ternyata bukanlah mengada-ada.
Meski pihak Roy Suryo tetap memprotes, karena Polda Metro Jaya dianggap menaikkan laporan Jokowi bukan berdasarkan ijazah asli Jokowi, melainkan hanya ijazah foto copy.
Justru Jokowi merasakan ada agenda besar politik, di balik pengusutan ijazahnya, termasuk usulan pemakzulan yang disuarakan Forum Purnawirawan TNI.
Entah apa yang sedang disasar Jokowi dengan istilah agenda besar politik? Apakah Roy Suryo Cs memiliki agenda besar politik di balik tuduhannya bahwa ijazah Jokowi palsu tanpa pernah melihat ijazah yang aslinya?
Bukankah kasus ijazah palsu Jokowi ini memang sudah lama dan sudah ada dua korban (Gus Nur dan Bambang Tri) dan ijazah aslinya tak kunjung diperlihatkan?
Roy Suryo Cs malah baru terlibat belakangan, karena postingan Dian Sandi Utama, kader PSI, ijazah Jokowi yang dicap asli. Terdorong itulah Roy Suryo Cs meneliti, dan menyimpulkan bahwa itu palsu.
Justru Jokowi-lah yang memiliki agenda besar politik, kalau ijazahnya itu terbukti palsu. Tak terbayangkan sebesar apa agenda politik itu, kalau itu yang terbukti.
Membayangkannya saja tak mungkin sanggup, apalagi benar-benar mengukur kebesaran dari agenda politik itu.
Kalau terbukti ijazahnya asli pun, Jokowi juga bisa dianggap memiliki agenda besar politik di balik usaha membawa kasus ini ke ranah hukum demi tetap eksis dan secara sengaja hendak memukul lawan politiknya tanpa mau membuka kebenaran seputar ijazahnya itu.
Jokowi memang paling jago memainkan kartu-kartu politiknya. Lempar batu sembunyi tangan. Sen kiri belok kanan. Apa yang dikatakannya belum tentu apa yang dimaksudkannya.
Jokowi berani tampil dengan wajah sakit seperti itu saja dipuji banyak orang. Benar-benar politisi sejati Indonesia. Tak ada duanya. Tahu persis bagaimana menarik simpati publik dan pendukungnya.
Politisi biasa akan malu tampil seperti itu, tapi Jokowi tidak. Justru dengan penampilan itu, Jokowi melempar bola panas.
Rasanya mustahil Roy Suryo Cs memiliki agenda besar politik di balik penelitiannya tentang kepalsuan ijazah Jokowi itu. Apalagi Rismon Sianipar yang terlihat serius mengabdi pada keilmuannya.
Bahkan, Rismon mengancam balik pihak yang menuduhnya memanipulasi data yang sudah ditelitinya seputar ijazah Jokowi itu. Justru Roy Suryo Cs ini bisa dianggap mengganggu agenda besar politik Jokowi, yang memang sudah dikatakan Jokowi sendiri, tak akan menarik diri dari dunia politik.
Roy Suryo Cs mengganggu agenda besar politik Jokowi, lalu Jokowi dengan lihai berkelit memanfaatkan kecerobohan lawan politiknya.
Usulan pemakzulan Gibran yang disuarakan Forum Purnawirawan TNI memang agenda besar politik.
Tapi lebih besar dari agenda politik itu adalah agenda politik menempatkan Gibran sebagai Wakil Presiden yang didahului oleh perubahan syarat pencapresan melalui putusan MK Nomor 90.
Saking besarnya agenda politik itu, mestinya agenda politik itu belum selesai sebelum menempatkan Gibran di kursi Presiden. Tak masuk akal kalau agenda besar politik itu hanya berhenti pada kursi Wapres saja. Jokowi tentu mengerti soal momentum.
Jadi, baik soal ijazah maupun pemakzulan, bisa juga dikatakan agenda besar politik dari lawan-lawan politik Jokowi yang mengganggu agenda besar politik Jokowi.
Istilah Jokowi, agenda besar politik itu hanya hendak merusak reputasi, men-downgrade, agenda besar politik Jokowi itu sendiri. Tapi Jokowi sendiri sudah langsung menjawab bahwa itu biasa saja. Artinya, Jokowi bisa dengan mudah mengatasi.
Baik kasus ijazah maupun usulan pemakzulan dianggap masih berjalan sesuai rel yang diinginkan Jokowi. Belum ada yang terlalu membahayakan.
Merusak reputasi atau men-downgrade, tapi belum terlalu bisa merusak atau men-downgrade.
Agenda besar politik Jokowi jauh lebih besar daripada agenda besar politik yang hanya merusak reputasi Jokowi dan keluarganya.
Bahkan, OTT KPK yang menangkap orang kepercayaan Bobby Nasution, seperti sunyi sepi saja, setelah hampir sebulan.
Jika agenda besar politik yang disasar Jokowi masih berasal dari lawan politiknya, maka itu masih aman. Jika sasarannya sudah ke mana-mana seperti peringatan Luhut Binsar Panjaitan soal jasa-jasa Jokowi yang dilupakan, berarti memang ada sesuatu yang kita tak terlalu tahu.




