Abolisi dan Amnesti: Prabowo Sedang Menata Ulang Panggung Kekuasaan
✍️Feri Susanto
Langkah Presiden Prabowo Subianto memberikan abolisi kepada Thomas Lembong dan amnesti kepada Hasto Kristiyanto adalah keputusan hukum yang sarat muatan politik. Lebih dari sekadar bentuk pengampunan konstitusional, kebijakan ini adalah sinyal kuat bahwa Prabowo sedang mengonsolidasikan kuasa secara perlahan, namun terstruktur. Ia sedang menata ulang panggung politik nasional, bukan dengan gebrakan, tapi dengan kendali narasi.
🔴Simbol Rekonsiliasi
Prabowo tampaknya ingin menghentikan keterbelahan yang terbentuk sejak kontestasi Pilpres 2024. Thomas Lembong, tokoh intelektual yang menjadi bagian penting dari tim Anies Baswedan, oleh banyak kalangan diyakini sebagai korban tarik-menarik politik kekuasaan. Demikian pula Hasto Kristiyanto, sebagai Sekjen PDIP dan loyalis Ganjar Pranowo, tidak pernah benar-benar terlepas dari stigma kriminalisasi politik.
Melalui keputusan ini, Presiden memberi pesan bahwa ia kini menjadi pemimpin bagi semua golongan. Ia memilih merangkul, bukan menyingkirkan. Rekonsiliasi menjadi jembatan untuk memperkuat stabilitas nasional, sekaligus memperlebar basis kepercayaan publik.
🔴Momen dan Citra yang Dikalkulasi
Keputusan itu tidak datang tiba-tiba. Prabowo membiarkan proses hukum berjalan terlebih dahulu, memberi kesan bahwa ia menghormati institusi penegakan hukum. Namun, ketika momen Hari Kemerdekaan tiba; sebuah panggung simbolik bagi nilai-nilai persatuan dan keadilan; Presiden turun tangan dan menggunakan hak prerogatifnya.
Ia tampil sebagai negarawan, bukan sekadar politisi. Sebagai pemimpin yang memegang kendali, namun tahu kapan harus mengambil keputusan. Dalam komunikasi politik, ini adalah momen yang dirancang untuk memperkuat narasi: pemimpin hadir pada saat yang tepat, untuk meredam ketegangan dan memberi arah baru.
🔴Sinyal untuk “Pemain Lama”
Di sisi lain, kebijakan ini juga bisa dimaknai sebagai pesan kepada kekuatan-kekuatan lama yang selama ini masih mencoba memainkan peran di balik layar. Dengan menghapus kasus-kasus yang banyak diyakini sebagai peninggalan konflik politik masa lalu, Prabowo sedang menegaskan bahwa permainan telah berubah.
Presiden sedang merombak tatanan kekuasaan. Ia menyusun ulang siapa yang berpengaruh, siapa yang dikendalikan, dan siapa yang akan diajak bicara ke depan. Ini bukan sekadar rekonsiliasi, tapi juga reposisi.
🔴Merangkul Kekuatan Legislasi
Sebagai partai pemenang pemilu legislatif 2024, PDIP tetap memiliki daya tawar besar di parlemen. Meski tidak masuk dalam lingkaran kekuasaan inti, mereka tidak bisa diabaikan. Dengan memberikan amnesti kepada Hasto, Prabowo sedang mengulurkan tangan kepada banteng. Sebuah gestur simbolik yang bisa membuka ruang dialog lebih luas ke depan.
Ini adalah langkah yang tak hanya cerdas secara politik, tetapi juga penting secara institusional. Pemerintahan yang kuat tidak hanya dibentuk dari koalisi eksekutif, tapi juga dari harmoni dengan kekuatan legislatif.
🔴Strategi “Makan Bubur Panas dari Pinggir”
Apa yang dilakukan Prabowo dalam konteks ini mencerminkan gaya politik yang khas. Ia tidak terburu-buru. Ia tidak menunjukkan kekuasaan secara vulgar. Tapi setiap langkahnya menunjukkan kontrol, strategi, dan pemahaman akan psikologi kekuasaan.
Istilah “makan bubur panas dari pinggir” barangkali menjadi analogi yang pas. Ia tidak langsung menyentuh inti konflik. Tapi perlahan, melalui pengampunan hukum yang tepat waktu dan terukur, ia mulai membentuk pusat gravitasi politik baru yang berpusat pada dirinya.
Penutup
Abolisi dan amnesti ini bukan sekadar keputusan hukum. Ini adalah bagian dari seni memimpin. Prabowo bukan hanya mengambil alih kekuasaan, ia juga sedang membentuk gaya kekuasaannya sendiri. Gaya yang memadukan kehati-hatian, ketegasan, dan simbolisme politik.
Jika ini pertanda awal dari lima tahun pemerintahannya, maka bisa dikatakan: Presiden Prabowo tengah membuka babak baru politik Indonesia, dengan caranya sendiri; pelan, pasti, dan penuh perhitungan.
