[PORTAL-ISLAM.ID] Membaca buku berjudul Why Nations Fail atau Kenapa Negara Gagal yang ditulis oleh Daron Acemoglu dan James A Robinson cukup mengejutkan kalau dianalisis terkait thesis kita dalam membangun negara dan bangsa kurun waktu 2014-2019.
Para mahir ekonom pembangunan yang berada di bundar pemerintahan maka pemerintah harus membaca dan merumuskan ulang terkait rancang berdiri ekonomi pembangunan nasional.
Semua orang berhipotesa bahwa negara gagal sebab adanya kesenjangan (gap) infrastruktur yang dimiliki antara negara kaya dan miskin. Ternyata salah. Meskipun kita investasi begitu banyak anggaran negara dengan berambisi untuk metamorfosis aksesibilitas dan moda trasportasi darat, maritim dan udara, namun tetap saja tidak akan menimbulkan suatu negara menjadi negara maju bahkan negara dapat terancam gagal.
Sebagai pola di Amerika Serikat dan Meksiko, Korea Utara dan Korea Selatan, Jerman Timur dan Barat sebelum reunifikasi tetap saja mempunyai kesenjangan sebagai negara kaya dan negara miskin meskipun mempunyai instrastruktur yang hampir yang hampir sama hebat.
Oleh Karena itu, pembangunan infrastruktur untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain tidak akan dapat memperbaiki Indonesia sebagai negara yang berpotensi menjadi negara gagal.
Dalam buku ini secara terang menyatakan bahwa: “suatu negara gagal sebab sumber daya ekonomi yang ekstraktif hanya dikuasai oleh segelintir orang (oligarki), sementara sumber politik dan kekuasaan menopang kelompok kecil oligarki tersebut”. Silakan renungkan.
Penulis : Natalius Pigai
Mantan Komisioner Komnas HAM.