[PORTAL-ISLAM.ID] Wasekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Tengku Zulkarnain mengirim surat terbuka yang ditujukan kepada Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian karena pidatonya yang dianggap rawan memicu konfik.
"Benar itu saya yang menuliskan pribadi dengan tangan saya. Saya sangat kecewa dan keberatan atas pidato Kapolri yang saya nilai provokatif, tidak mendidik, buta sejarah, tidak berkeadilan, dan rawan memicu konflik," kata Tengku Zulkarnain melalui pesan singkat kepada wartawan, Selasa (30/1/2018).
Zulkarnain mengecam pernyataan Kapolri Tito yang menyampaikan bahwa hanya Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah yang merupakan dua ormas pendiri bangsa Indonesia, sementara ormas Islam lainya justru ingin meruntuhkan Negara Kesatuan Republil Indonesia (NKRI).
"Nampaknya, bapak Kapolri sangat perlu mencar ilmu lagi perihal sejarah pergerakan dan usaha Indonesia. Sikap dan pengetahuan anda perihal hal ini sangat mengecewakan," tulis dia dalam akun Facebooknya, Senin (29/1) kemarin.
Lebih lanjut, dia menjelaskan ada banyak ormas Islam di luar NU dan Muhammadiyah yang ikut berjuang mati matian melawan penjajah di seluruh wilayah Indonesia dari Aceh hingga Halmahera.
Di Jawa saja sebelum Muhammadiyah dan NU lahir ada Syarikat Islam, kemudian menjadi Syarikat Dagang Islam, dengan Tokoh pendiri HOS Cokroaminoto, guru besar bagi Bung Karno dan banyak tokoh pejuang lainnya.
"Di Jakarta tahun 1901 bangkit Jami'atul Khairat, didirikan oleh para ulama dan masyarakat keturunan Nasionalis Arab," tandasnya.
Sementara, di Banten ada Mathla'ul Anwar yang telah bangkit tahun 1916 di Menes, bahkan 10 tahun sebelum NU berdiri, dan hanya 4 tahun sehabis Muhammadiyah, yang bangkit di Yogjakarta pada tahun 1912.
"Dan anda perlu tahu ketika itu tidak ada satupun anggota Muhammadiyah, apalagi anggota NU yang berjuang demi rakyat Indonesia dan kemerdekaan Indonesia di wilayah Banten," kecamnya.
Banyak lagi catatan sejarah usaha ormas Islam dalam memperebutkan kemerdekaan, contohnya di Medan yang telah bangkit ormas Islam Al Washliyah, dimana ketika itu para Ulamanya berjuang angkat senjata melawan penjajah Belanda. Ada juga dari Aceh yang pada ketika itu bangkit Persatuan Ulama Aceh menuliskan aliran Jihad melawan Penjajah Kafir Belanda dan menuliskan "Hikayat Perang Sabil".
Di Sumatera Barat bangkit Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) yang dipelopori oleh Almarhum Syekh Sulaiman Arrasuli, Syekh Abbas Padang Lawas, Syekh Jamil Jaho, Syekh Sa'ad Mungka, Syekh Abdul Wahid, Padang Jopang, Suliki, Payakumbuh (kakek guru saya).
"Sudah sanggup dipastikan ketika itu belum ada anggota NU yang berjuang di sana," terperinci dia.
Sementara di Jawa Barat ada Persis, didirikan oleh Syekh A. Hassan Bandung, yang banyak membantu Bung Karno dan menginpirasi pemikiran beliau. Ada juga PUI(Persatuan Umat Islam) dan di Lombok ada Nahdhatul Wathon, yang didirikan oleh Tuan Guru Zainudddin, kakek dari Tuan Guru Bajang, Gubernur NTB ketika ini.
"Apa pak Kapolri pikir kalau ketika itu hanya NU di Jawa Timur, dan Muhammadiyah di Yogjakarta dan sekitarnya yang berjuang memerdekakan NKRI, sementara wilayah Aceh hingga Maluku Ulama dan Umat Islam berpangku tangan tidak ikut berjuang, Kemerdekaan Indonesia sanggup tercapai," sesalnya.
Zulkarnain menegaskan bahwa semua ormas yang ada di NKRI memiliki hak dan kewajiban yang sama, menurutnya pernyataan Kapolri ini yaitu kebijakan memecah belah umat yang sangat tidak manusiawi.
Ia mengharapkan Kapolri menyebutkan ormas Islam di luar NU dan Muhammadiyah di Indonesia yang disebut malah untuk meruntuhkan NKRI
"Perlu kejelasan untuk mencegah timbul saling curiga antar Ormas dan Umat Islam Indonesia, tanggapan ucapan anda (kapolri) itu," katanya.
Zulkarnain meminta Kapolri segera meminta maaf kepada seluruh umat Islam yang telah teraskiti oleh pernyataanya, menurutnya tidak perlu terkait rencana Kapolri memanggil seluruh ormas Islam yang ada untuk dijelaskan mengenai pernyataanya tersebut.
"Nggak perlu klarifikasi, yang penting minta maaf. Nggak perlu ngeles-ngeleslah. Sudah tersakiti umat Islam. cukup minta maaf," demikian Zulkarnain.
Sumber: RMOL
[video - pidato Kapolri]