Felix Siauw: Saat Kami Bertoleransi, Mereka Baru Ngomongin Toleransi
Saat Kami Bertoleransi, Mereka Baru Ngomongin Toleransi
Kami duduk di meja makan, di restoran yang saya pilih. Papi mikirnya sederhana, yang Nasrani ga masalah dengan yang halal, sedang Muslim harus yang halal. Toleransi check ✓
Makanan datang, Papi-Mami, Tante-Om, doa dengan cara Nasrani. Saya, @ummualila, anak-anak mulai dengan bismillah. Nggak ada masalah. Toleransi check ✓
Selama makan, obrolan kita, kita jaga. Keluarga saya simpati sama penista agama, maka saya nggak bahas tentang itu. Sebaliknya keluarga saya sangat tau saya sangat bela agama, hingga mereka pun hanya menjadikan itu maksimal guyonan bukan olok-olokan. Toleransi check ✓
Mami-Papi ngasih hadiah sama cucu-cucunya, anak-anak saya. Kalau itu baju, udah dipastikan nggak ada yang bahaya secara akidah. Kalau itu makanan dia pesan "Tanya sama Abi dulu, ini boleh nggak dimakan, kalau nggak boleh, balikin aja". Toleransi check ✓
Ada yang persekusi saya? Nggak. Ada yang bilang saya nggak toleransi karena ga bilang "selamat natal"? Nggak. Ada yang bilang radikal karena saya sangat yakin agama saya benar? Nggak.
Tapi diluar sana. Mereka yang mendapuk diri kaum paling toleran. Justru paling lacur lidahnya, paling keras permusuhannya, paling anti dengan perbedaan, padahal masih beda dalam agama sendiri.
Bagi mereka toleransi itu harus sama. Kalau Nasrani natalan, kita harus ucapkan, kalau perlu ikutan. Bahkan eljibiti dan syiah harus kita juga toleran.
Kemaksiatan harus dihormati, kebenaran tidak boleh satu. Mudahnya, kalau mereka minum kopi, maka kamu intoleran selama kamu gak ikutan minum kopi.
Aku dan keluargaku bertoleransi, sementara mereka baru ngomongin toleransi.
Di Katolik, udah biasa ajaran toleransi. Di Islam toleransi itu udah sepaket ama akidah. Yang nggak paham toleransi ini, saya juga bingung agamanya apa, kok nggak paham ya?
Agama itu wujud cinta. Dan cinta itu yang berhak yang dekat dulu. Cinta antar saudara seagama, cinta antar saudara semanusia. Gitu kan ya?
Lah ini toleransinya bisa nge-skip. Sama lain agama baeknya nggak ketulungan, sementara sangat bengis dengan yang hanya beda organisasi padahal seagama.
Lu ngomongin toleransi yang mana?
25 Desember 2020
(Felix Siauw)