7 Kegagalan Militer Israel di Gaza
[PORTAL-ISLAM] Pakar dan pengamat militer Israel mengatakan bahwa meski serangan bombardir besar-besaran militer Israel dalam perang terakhirnya ke Gaza, tetap saja militer Israel dirundung sejumlah kegagalan.
Ia menyebut kegagalan paling utama Israel adalah dalam menghentikan serangan roket kelompok perlawanan. Padahal masih banyak senjata strategis utama milik organisasi bersenjata di Jalur Gaza siap digunakan yang akan menjadi ancaman bagi Israel di masa mendatang. Kedua pihak akan beradu mempertahankan perimbangan kekuatan.
Ron Ben-Yisai yang memilik hubungan dengan lembaga militer Israel dan banyak melaporkan sebagian besar perang Arab – Israel menambahkan dalam artikelnya di Yediot Aharonot yang diterjemahkan oleh Arabi21 bahwa mental pengendalian diri Hamas dan Jihad Islami akan mendorong mereka berfikir dua tiga kali sebelum melepaskan roket ke Israel. Namun kemampuan materi mereka melakukan itu harus dijadikan pelajaran bagi Israel dan dijadikan landasan Israel menyikapi kekuasaan Hamas di Jalur Gaza.
Ron meragukan bahwa operasi darat di Jalur Gaza akan memungkinkan militer Israel merampungkan tugasnya menghancurkan roket-roket perlawanan secara penuh. Namun bisa diasumsikan bahwa hasil lebih baik dengan operasi udara saja. Padahal sebenarnya operasi masih membutuhkan beberapa minggu atau bulan sampai bisa mewujudkan capaian dan target Israel yang diinginkan. Namun jika tetap dilakukan dengan waktu itu, Israel tidak akan bisa kembali kepada kehidupan ekonomi yang normal.
Menurutnya, jika dibandingkan dengan jumlah roket yang dilepas dari Jalur Gaza, target Israel dengan kekuatan roketnya masih relatif kecil. Kegagalan Israel melindungi kota Eskalon, Asdod, dan permukiman-permukiman Yahudi adalah hal sangat berbahaya dan harus diperbaiki segera.
Di sisi kesadaran, perang Gaza keempat ini termasuk paling sedikit keberhasilannya secara militer. Bahkan Hamas mencatakan keberhasilan dari sisi gagasan pemikiran dan politik di awal peperangan. Hal itu ketika terwujud dalam hal bahwa Hamas mampu mengokohkan di opini publik Palestina sebagai pembela Al-Quds dan Al-Aqsha. Hamas tidak hanya bicara, namun juga mampu memaksa Israel ke tempat persembunyian. Ini juga yang memaksa Israel hengkang dari masjid Al-Aqsha.
Ron mengisyaratkan bahwa Hamas berhasil mendorong dan mengarahkan pemuda Palestina, bukan hanya di Al-Quds, namun juga di Tepi Barat dan Palestina 48, dan Palestina Diaspora, khususnya di Libanon, meski Abu Mazen (Mahmoed Abbas, Presiden Otoritas Palestina) berusaha mencegah Hamas menjadi pihak politik hegemoni (mendominasi) di kalangan rakyat Palestina, namun tetap saja Hamas memenangkan dan memanfaatkan perasaan keagamaan dan kebencian Palestina kepada Israel.
Kegagalan Israel lain menurut Ron adalah dari sisi propaganda. Perang media dan kesadaran di saat perang meletus di sosmed bukan saja antara Israel dan musuh-musuhnya. Namun juga antara Israel dan Israel sendiri (banyak kalangan warga Israel sendiri yang menentang perang). Bisa diasumsikan bahwa jika tidak ada sosmed dan senjata yang banyak yang dimiliki pemuda Arab, tidak akan terjadi kekacauan di kalangan Arab. Namun Israel tidak memantau jaringan sosmed ini secara benar. Keberadaan Israel kali ini sangat dangkal dan rendah.
Kegagalan Israel terakhir menurut Ron adalah di bidang politik. Benar, pemerintah Biden menunjukkan bahwa Amerika menjadi koalisi paling setia dan jelas, namun masih terlihat perbedaan sikap politik internal AS terhadap perang Gaza. Israel harus mendapatkan simpati di jantung konsesi Amerika. Jika tidak, maka di konfrontasi mendatang akan disayangkan.
(Sumber: PIP)