Pedang Muhammad Al Fatih, yang menaklukan Konstantinopel pada Usia 21 tahun, Panjangnya 1,25 m dan beratnya 7 kg

 yang menaklukan Konstantinopel pada Usia  Pedang Muhammad Al Fatih, yang menaklukan Konstantinopel pada Usia 21 tahun, Panjangnya 1,25 m dan beratnya 7 kg
PEDANG SANG PENAKLUK

Pedang Sulthan Muhammad Al Fatih, yang menaklukan Konstantinopel pada Usia 21 tahun.

Panjangnya 1,25 m dan beratnya 7 kg.

Konstantinopel yang merupakan ibu kota Romawi Timur, jatuh ke tangan Kesultanan Utsmaniyah yang dipimpin oleh Sulthan Mehmed II (Muhammad Al-Fatih/Sang Penakluk) pada 29 Mei 1453. 

Konstantinopel, kota yang didirikan Kaisar Romawi Konstantinus Agung pada 330 M, merupakan salah satu kota termasyur di dunia kala itu. Di dunia Kristen, kota ini menjadi yang terdepan dalam segi kebudayaan dan kesejahteraan.

Sebelas abad berikutnya, berbagai upaya penaklukan kota ini dilakukan oleh banyak pihak. Para pemimpin Muslim dari generasi ke generasi, diawali Khalifah Mu'awiyah bin Abi Sufyan (Khalifah Kekhalifahan Umayyah ke-1 yang berkuasa pada 661–680 M), juga termasuk mereka yang berusaha menaklukan Konstantinopel, meskipun semua upaya itu gagal. Dan baru berhasil 7 abad kemudian pada masa Sultan Muhamamd Al-Fatih.

Sultan Mehmed II (30 Maret 1432 – 3 Mei 1481), juga dikenal secara luas sebagai Muhammad al-Fatih (محمد الفاتح) atau Mehmed Sang Penakluk adalah penguasa Utsmani ketujuh yang berkuasa pada 1444 – 1446 dan 1451 – 1481. 

Mehmed II mengukir berbagai capaian pada masa pemerintahannya, tetapi yang paling dikenal adalah Penaklukan Konstantinopel pada 1453 yang mengakhiri riwayat Kekaisaran Romawi Timur, menjadikannya mendapat julukan 'Sang Penakluk' (الفاتح, el-Fatih). 

Mehmed dikenal sebagai pemimpin yang cakap dan mempunyai kepakaran dalam bidang kemiliteran, ilmu pengetahuan, matematika, dan menguasai enam bahasa saat berumur 21 tahun. Dia dikenal sebagai pahlawan di Turki maupun dunia Islam secara luas. 

Dalam sejarah Islam, Mehmed dikenal sebagai salah seorang pemimpin yang hebat sebagaimana Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di 'Ain Al-Jalut melawan tentara Mongol). 

Awal kehidupan

Mehmed lahir pada 30 Maret 1432 di Edirne, ibu kota Utsmaniyah kala itu. Dia merupakan anak dari Sultan Murad II dan Hüma Hatun.

Saat Mehmed berusia sebelas tahun, dia dikirim untuk memerintah Amasya, sesuai tradisi Utsmani untuk mengutus para şehzade (pangeran) yang sudah cukup umur untuk memerintah di suatu wilayah sebagai bekal bila naik takhta kelak. 

Sultan Murad juga mengirimkan banyak guru untuk mendidik putranya, di antaranya adalah Molla Gürani. Syaikh Muhammad Syamsuddin bin Hamzah, salah satu ulama berpengaruh kala itu, juga menjadi guru dan orang dekatnya, membuatnya sangat mempengaruhi Mehmed sejak usia muda, utamanya dalam masalah pentingnya penaklukan Konstantinopel.

____________
*Referensi:
Share Artikel: