Kasus Daud Kim, WASPADA MONETISASI AGAMA

Dulu saya adalah salah satu dari orang yang paling keras menolak istilah  Kasus Daud Kim, WASPADA MONETISASI AGAMA
WASPADA MONETISASI AGAMA

Dulu saya adalah salah satu dari orang yang paling keras menolak istilah "Jualan Agama". 

Menurut saya, tidak mungkin Agama bisa diperjual-belikan. Karena agama (saking mahalnya) tidak mungkin punya banderol harga.

Sebagai seorang Muslim, saya marah dong. 

Berarti Al-Quran ada harganya. Berarti Sholat ada harganya. Berarti Zakat, Puasa, dan semua amalan lainnya ada harganya.

Padahal yang saya pahami, beragama khususnya dalam Islam adalah semata-mata berharap Ridha Allah SWT.

Tapi kemudian saya baru menyadari. Istilah "Jualan Agama" itu hampir mirip dengan "Jualan Nasionalisme". Mengaku-ngaku paling beragama, atau mengaku-ngaku paling Nasionalis tapi tujuannya untuk menipu.

Karena baik orang yang beragama maupun yang berjiwa Nasionalis pastinya bersikap ikhlas. Sementara selama ini, orang-orang yang mempolitisasi Agama atau Jualan Agama, tujuannya untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya.

Pada perkembangannya, Jualan Agama bukan cuma di kancah perpolitikan. Seiring perkembangan jaman, juga merambah ke Dunia Medsos.

Kalau di Politik, Jualan Agama untuk mendapatkan suara, maka di Dunia Medsos, agama bahkan dimonetisasi.

Misalnya Daud Kim ini. Seorang Youtuber yang mendapatkan Popularitasnya karena dia orang Korea dan muallaf. Kombinasi Korea dan Muallaf-nya membuat banyak orang Indonesia dan Malaysia mengidolakannya.

Indonesia dan Malaysia, sebagai Negara mayoritas muslim, penduduknya ramah dan mudah tersentuh kalau sudah berkaitan dengan Agama, seringkali menjadi target empuk dari Politisasi dan Monetisasi Agama.

Kalau ada misalnya seorang Muallaf, apalagi dari Negara yang minoritas Muslim, pasti mendaparkan perhatian khusus. Disayang, bahkan terkadang dipuaja. Bila perlu dibantu dana. Sekalipun orangnya Kaya. 

Terkadang kita sampai lupa, tetangga muslim disebelah rumah, kadang makan kadang kelaparan. Terlupakan. 

Bahkan kita kadang lupa saudara sendiri yang masih susah. Atau malah lebih gerak-cepat membantu para Muallaf-Selebritas ini, daripada Orang Tua kita sendiri yang masih hidup susah.

"Kalau Muslim Palestina, Bang?"

"Kalau itu wajib. Tidak ada Muslim yang lebih teraniaya dari Muslim Palestina saat ini. Jadi kalau ada yang komentar, ngapain bantu Palestina di Indonesia sendiri masih banyak orang susah, kemplang aja kepalanya. Mungkin dia lupa arti dijajah!"

(AZWAR SIREGAR)

Share Artikel: