HEBOH 'Patung Penyu Seharga 15 Milyar Hancur, Ternyata Terbuat dari Kardus di Sukabumi'

Awalnya saya marah membaca berita tentang patung penyu dari kardus yang dibikin di alun HEBOH 'Patung Penyu Seharga 15 Milyar Hancur, Ternyata Terbuat dari Kardus di Sukabumi'

Awalnya saya marah membaca berita tentang patung penyu dari kardus yang dibikin di alun-alun Gadobangkong, Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi. Berita ini bisa menjadi ikon korupsi. Bisa mengalah berita korupsi pengoplosan Pertamax dengan Pertalite. 

Di media sosial beredar gambar-gambar patung penyu dari kardus. Harganya? 15,6 milyar! Ini adalah bagian dari proyek perbaikan alun-alun Gadobangkong. Bayangkan saja, 15,6 milyar untuk patung yang ternyata terbikin dari kardus. 

Namun ceritanya ternyata lebih ruwet dari sekedar pemberitaan. Media-media click bait dengan gampang menghubungkan 15,6 milyar dengan patung kardus. 

Menghadapi situasi ini, saya biasanya langsung mencari koran lokal. Biasanya gambaran lebih lengkap bisa didapat dari media yang terbit (kalau pun masih bisa dikatakan demikian) di daerah yang diberitakan. 

Kemudian, muncullah berita dari Radar Sukabumi, yang menurut saya lumayan memberikan perspekif berbeda. Ternyata 15,6 milyar itu proyek pembuatan alun-alun Gadobangkong yang lokasinya di jalan Kidang Kencana, Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. 
Awalnya saya marah membaca berita tentang patung penyu dari kardus yang dibikin di alun HEBOH 'Patung Penyu Seharga 15 Milyar Hancur, Ternyata Terbuat dari Kardus di Sukabumi'

Proyek ini dibiayai oleh APBD pemerintah provinsi Jawa Barat. Ia sudah selesai pada Februari 2024. Ada masa 6 bulan untuk pemeliharaan. Jadi proyek itu resmi selesai Agustus 2024 dan diserahkan oleh pemerintah provinsi ke kabupaten Sukabumi pada September 2024. 

Namun kontraktornya mengaku bahwa alun-alun ini kemudian rusak karena banjir rob. Kontraktornya mengklaim bahwa ia sudah berusaha memperbaiki walau itu tidak ada dalam kontrak. 

Lalu patung penyu dari kardus? Kontraktornya mengklaim bahwa itu hanya rangka. Patungnya sendiri terbuat dari resin, bukan beton atau semen. Itu pun ada dalam spek pekerjaan. Kalau tidak ada kardus, resin tidak melekat, demikian klaimnya. 

KIta tidak tahu bagaimana proyek ini diaudit. Apakah harga 15,6 milyar itu pantas? Kontraktor lokal, apakah ia menerima bayaran sebanyak itu? 

Saya kira itu harus diselidiki dengan cermat. 

Dan, berita ini berpotensi untuk membuat kemarahan, khususnya kepada kontraktor lokal (yang mungkin tidak bersih). Yang saya kuatirkan adalah bahwa berita-berita seperti ini dengan segala plintirannya akan membuat kasus korupsi di Patra Niaga ini akan menghilang. Sama seperti kasus pagar laut. Kasus singkong berbuah jagung. Dan lain-lain keajaiban yang korup di negeri ini.

Korupsi di negeri sudah sistemik. Para elit membuat dan mengabadikan sistem yang korup -- yang membuat mereka mudah berkelit dan tidak masuk penjara. 

Dan, bahkan kita sudah maju selangkah lagi: kasus korupsi sebagai alat politik. Kalau Anda pegang kekuasaan, Anda memiliki 'simpanan' kasus orang-orang yang melakukan korupsi. Sehingga, sprindik menjadi senjata sangat penting untuk berkuasa. Saya kira, Anda tahu siapa yang melakukannya. 

Yang korup tidak saja pelaksana negara namun juga penjaga keadilan -- sistem judisial kita. Tidak ada lembaga-lembaga negara kita yang bersih, yang tidak dikendalikan oleh orang-orang yang berkuasa. Kekuasaan pun tumpang tindih. Tinggal tekan kenop saja, kejaksaan, polisi, atau KPK bisa bertindak. 

Penyu kardus ini mungkin hanya salah satu kasus korupsi. Namun, ada yang jutaan kali lebih besar (kita bicara kuadriliun disini). 

Dan, ingatan kita pendek. Kita dibombardir dengan remeh temeh serta receh seperti ini sehingga kita lupa akan mega korupsi yang tengah membongkar dirinya sendiri. Para elit yang terlibat ada yang sudah diluar kekuasaan, dan ada juga yang sedang berkuasa. Mereka saling cipika-cipiki dan saling tahu siapa maling apa. Mereka sekarang sedang ribut hanya untuk menetapkan siapa yang pegang komando dan siapa yang dapat paling banyak. 

Sedemikian gelapkah situasi dan kondisi kita saat ini? Sayangnya, iya. Memang sangat gelap dan dengan petir yang saling bersaut karena perkelahian para titan untuk menjadi tiran. 

Link berita: 


(Made Supriatma)

Share Artikel: