@import url('https://fonts.googleapis.com/css2?family=EB+Garamond:ital,wght@0,400..800;1,400..800&display=swap'); body { font-family: "EB Garamond", serif; }

Manuver Don Dasco & Eggi Sudjana Cs: Tanda-Tanda Langit Istana Akan Retak

Di negeri yang sering menafsirkan simbol sebagai substansi Manuver Don Dasco & Eggi Sudjana Cs: Tanda-Tanda Langit Istana Akan Retak
Di negeri yang sering menafsirkan simbol sebagai substansi, sebuah foto bisa jauh lebih nyaring daripada orasi di atas panggung. Begitulah yang terasa saat publik dikejutkan oleh potret pertemuan informal antara sejumlah tokoh politik beraroma oposisi dan Sufmi Dasco Ahmad, Wakil Ketua DPR RI sekaligus tangan kanan Prabowo Subianto.

Pertemuan itu bukan sekadar pertemuan. Ia adalah potret realitas. 

Bertempat di kawasan elit Menteng, sosok-sosok yang selama ini dikenal kritis terhadap kekuasaan—seperti Eggi Sudjana, Syahganda Nainggolan, hingga Bursah Zarnubi—terlihat berdampingan dengan Don Dasco dalam suasana yang jauh dari tegang. Foto itu tersebar, viral, dan berbicara lebih keras dari rilis partai mana pun.

Sufmi Dasco bukan sembarang politisi. Ia adalah shadow of the figure of the president, representasi sah dari kemauan politik Prabowo. Maka kehadirannya di tengah para aktivis yang selama ini menjadi momok bagi Jokowi dan Gibran adalah sinyal. Sinyal bahwa peta kekuasaan sedang mengalami rekonstruksi diam-diam.

Jika kekuasaan Jokowi dan Gibran sebelumnya tampak solid melalui orkestrasi politik KIM dan barisan loyalis, kini tampaknya muncul riak dari dalam. Riak yang bukan tak mungkin menjadi gelombang besar.

Pertemuan tersebut membawa nuansa pembicaraan serius. Namun siapa pun yang mengenal dinamika politik Indonesia tahu, yang penting bukan apa yang dibicarakan, tapi siapa yang bertemu.

Eggi Sudjana dan Misi “Menggedor Solo”

Dua hari sebelum pertemuan itu, pada 16 April 2025, Eggi Sudjana bersama pasukan TPUA—Tim Pembela Ulama dan Aktivis—mendatangi langsung mantan Presiden Jokowi di rumah kediamannya di Solo. Agenda utamanya? Menuntut klarifikasi atas tudingan ijazah palsu Jokowi.

Dalam logika politik Jokowi, pertemuan semacam itu seharusnya tidak perlu dilayani, jika tak ada tekanan yang cukup berarti. Namun faktanya, pertemuan itu terjadi. Dan jika dirunut ke belakang, publik tentu masih ingat betapa lama isu ini ditepis, bahkan dianggap hoaks. Tapi kini, Eggi dan kawan-kawan tak hanya ‘diperhatikan’, mereka bahkan diterima.

Ini bukan sekadar simbol. Ini realitas.
Dua momen dalam dua hari yang berdekatan itu—16 April dan 18 April—bukan kebetulan biasa. Ini adalah narasi politik yang terstruktur. Jika dahulu April sering diidentikkan dengan tipu-tipu, April 2025 justru menghadirkan kejernihan: bahwa oposisi mulai menemukan kembali napasnya.

Para loyalis Jokowi-Gibran yang masih bercokol di Kabinet Merah Putih mungkin masih percaya diri. Tapi riak dari Solo dan Menteng menunjukkan satu hal: mereka tak lagi tenang.

Dalam kajian politik, sampling tak harus melalui survei. Cukup satu foto yang tepat, satu peristiwa yang kuat, dan kita bisa membaca arah angin. Pertemuan Don Dasco dan Eggi Sudjana cs adalah momen semacam itu. Ia menyentak, menggeser, dan menyusun ulang konfigurasi kekuasaan.

Jokowi mungkin belum selesai, tapi kekuasaannya sedang dibongkar dari dalam. Bukan oleh musuh-musuh baru, tapi oleh lawan-lawan lama yang kini mulai akrab dengan tangan kekuasaan yang baru. Dan seperti biasa, rakyat akan menjadi saksi, kadang juga korban, dari semua transisi ini.

Namun yang pasti, badai sedang menanti. Dan langit istana mulai bergetar.

Oleh: Damai Hari Lubis
Pengamat KUHP (Kebijakan Umum Hukum dan Politik)