@import url('https://fonts.googleapis.com/css2?family=EB+Garamond:ital,wght@0,400..800;1,400..800&display=swap'); body { font-family: "EB Garamond", serif; }

Santri ini awalnya bikin ga nyaman para ustadznya karena dianggap menyusahkan...

Santri ini awalnya bikin ga nyaman para ustadznya karena dianggap menyusahkan Santri ini awalnya bikin ga nyaman para ustadznya karena dianggap menyusahkan...
Ustadz Wahab Rajasam:

Santri ini awalnya bikin ga nyaman para ustadznya karena dianggap menyusahkan. Makanan yang bisa dimakan hanya sosis dan nugget, dia tidak bisa makan nasi sama sekali. 

Mereka semua bertanya dan sedikit memprotes kenapa saya menerimanya? padahal kemampuannya juga biasa saja. Bukankah kita tidak punya orang khusus untuk melayaninya? di pesantren semua santri harus bisa makan apa saja yang disediakan, dan bukankah nanti bikin santri lain cemburu jika diperlakukan spesial? 

Maka saya menjawab: "Santri ini lulus seleksi penerimaan santri baru, bukankah dia berhak belajar di pesantren ini, karena memang lulus seleksi? Kita tidak bisa memilih hanya santri yang tidak punya kekurangan lah yang bisa belajar di Pesantren kita. Termasuk misalkan masih ada santri yang ngompol. Meskipun kita punya sesi interview untuk mengetahui hal itu. Diantara mereka ada juga yang penakut, ada yang susah bergaul, ada juga yang jorok, ada yang random hidupnya (acak acakan) naro barang barang semaunya sendiri.... Bukankah itu semua masalah yang harus kita hadapi sebagai pendidik dan pengasuh untuk diperbaiki dan kita stimulus agar berubah dengan izin Allah? Bukankah masalah makan kita tidak bisa paksakan seseorang harus seperti kita yang suka daging kambing, bebek, rasa pedes banget, suka kopi dll,? Persoalan dia hanya tidak bisa makan nasi dan bagi dia hanya nuget dan sosis yang saat ini bisa dia makan. Antum tidak perlu pusing dan repot repot mikirin bagaimana dia makan. Antum cukup bimbing dia dalam Halaqoh Al Qur'an, ajarkan dia di kelas, dorong untuk sholat tepat waktu, ajak dia ikut ekskul dan kegiatan normal lainnya. Biar ana yang membantu dia untuk memenuhi makannya, memotivasi dia belajar dan membuat dia betah dan nyaman." 

Saya pun berdialog dengan santri ini dari hati ke hati... "nak, kamu kesini tujuannya apa?". Santri ini menjawab "ingin belajar agama ustadz". untuk apa kamu belajar agama? "agar bahagia dunia dan akhirat dan agar bisa menolong orang tua saya diakhirat". Kamu betah berada disini?, "saya sedang berusaha betah ustadz". 

"Baik. Ustadz faham, bahwa kamu punya kesulitan dalam hal makan. Kamu tidak makan nasi dan hanya bisa makan sosis dan nuget. Sementara pesantren tidak bisa mengikuti menu yang kamu bisa makan itu. Namun bukan berarti kamu harus makan setiap menu pesantren. Jika kamu suka makanlah, jika kamu tidak bisa memakannya maka silahkan kamu makan apa yang bisa kamu makan. Ustadz hanya berpesan agar kamu bisa mandiri untuk memenuhi makanan kamu sendiri (jangan sampai kamu merepotkan orang lain, termasuk juru masak). Ustadz persilahkan kamu untuk masak sendiri di dapur menu yang kamu bisa makan." 

Santri inipun memahami dan segera beradaptasi dengan mandiri menyiapkan makanannya sendiri. Saya dorong dia agar mengikuti ekskul kesukaannya, yaitu komputer. Bahkan saya izinkan dia untuk tetap ikut kursus bahasa Mandarin secara daring sambil dipantau. 
Dia tidak merasakan kekurangannya dipersoalkan oleh orang lain, dan semakin hari dia termotivasi untuk belajar dan belajar. 

Hingga akhirnya semua kagum pada perkembangannya hingga bisa menempati rangking 3 besar, padahal dia masuk agak sedikit terlambat dibandingkan teman temannya, karena suatu problem. 

Setelah para ustadz menyaksikan nilai ujian santri ini bagus bagus mereka tersenyum malu dan akhirnya mengagumi santri ini. Dan mengatakan pada saya, bagaimana antum bisa punya feeling kalo santri ini punya potensi ustadz? 

Saya hanya bilang "setiap orang punya sisi kurang dan pasti Allah berikan sisi lebih pada hal lainnya". 

Tidak mungkin Allah berikan sisi kurang semuanya, kita hanya berusaha menemukan sisi lebihnya dan mendorong agar dia tekuni itu.

(fb)