@import url('https://fonts.googleapis.com/css2?family=EB+Garamond:ital,wght@0,400..800;1,400..800&display=swap'); body { font-family: "EB Garamond", serif; }

KARYAWAN TERANCAM AI (Hanya AI yang sanggup berjualan 24 jam tanpa henti, tidak butuh gaji dan tidak minta komisi)

Menjual produk secara online sudah membudaya beberapa tahun belakangan ini KARYAWAN TERANCAM AI (Hanya AI yang sanggup berjualan 24 jam tanpa henti, tidak butuh gaji dan tidak minta komisi)
KARYAWAN TERANCAM AI

Oleh: Joko Intarto

Menjual produk secara online sudah membudaya beberapa tahun belakangan ini. Talent digital menjadi profesi yang naik daun. Akankan para presenter segera digantikan AI (artificial intelligent/kecerdasan buatan)?

Menjual produk melalui toko offline tetap penting. Namun saluran penjualan toko online tidak boleh disepelekan. Bahkan, penjualan melalui platform online harus menjadi perhatian khusus. "Di toko kami, penjualan online lebih tinggi dibandingkan penjualan offline," kata Awal dan Dian hampir serempak.

Awal dan Dian adalah dua pegawai gerai sepatu Fars di Cempaka Putih yang khusus menjual produk sepatu olahraga merek lokal seperti Ortusight, Ardiless. dan Specs.  

Saat saya mampir ke toko tersebut, Awal sedang menjual secara online. Ia sedang menawarkan sepatu secara live di dua platform: Shoppee dan Tiktok. Sementara Dian melayani penjualan offline. Meski dua-duanya berada di lobi, hanya Dian yang melayani pembeli. "Kami punya target penjualan ecara offline dan online," kata Dian. 

Dalam penjualan offline, lanjut Dian, Fars memiliki dua outlet. Sedangkan untuk memasarkan secara online, Fars menggunakan satu channel di platform Tiktok dan satu channel di platform Shopee. Masing-masing petugas outlet wajib live secara bergantian setiap hari di channel tersebut. "Setiap kali siaran, durasinya tiga sampai empat jam," jelas Awal.

"Lho, bukannya Anda sedang siaran?" tanya saya kepada Awal.

"Jatah live saya baru saja habis," jawab Awal.

"Berapa lama durasi live Anda hari ini," tanya saya.

"Pagi ini kebagian tiga jam. Nanti sore empat jam," jelas Awal.
Menurut cerita Awal, penjualan sepatu di outlet Fars sexara online lebih laku dibanding penjualan offline. "Soalnya pembeli online bisa transaksi di mana mana saja. Sedangkan pembeli offline harus datang ke Cempaka Putih, mungkin dirasa kejauhan," tutur Awal.

Meski penjualan online lebih tinggi, keberadaan outlet offline tetap penting. Keberadaan outlet offline membuat konsumen online semakin yakin bahwa produk tersebut benar-benar nyata. "Walau tidak pernah datang ke outlet offline, pembeli selalu menanyakan lokasi outlet untuk memastikan bahwa outletnya benar-benar ada," kata Dian. 

Sebelum bergabung ke toko Fars, Awal ternyata pernah bekerja di toko olahraga di Bekasi. "Saya bekerja selama dua tahun di sana," jelasnya.

Di tempat kerja lama itulah Awal menjalankan program penjualan secara offline dan online. "Jadi ketika masuk ke Fars, saya tidak asing dengan model penjualannya. Kebetulan, di tempat lama juga menjual sepatu olahraga," jelas Awal.

Dalam memasarkan sepatu olahraga secara online, penjual harus memiliki pengetahuan yang baik tentang olahraga dan sepatu yang digunakan. Semakin baik pengetahuan pedagang terhadap dunia olahraga dan sepatu olahraga, semakin banyak calon konsumen yang bertahan selama siaran. 

"Namun yang membuat konsumen lebih cepat closing adalah diskon. Jadi pada momen-momen tertentu, penjualannya sangat tinggi karena ada program diskon," kata Awal.

Dalam perjalanan pulang, saya bertanya pada diri sendiri: Saat ini peran mereka masih cukup besar. Tapi sebentar lagi, mereka kemungkinan tidak diperlukan lagi karena tugas menjual bisa digantikan oleh AI. 

Hanya AI yang sanggup berjualan 24 jam tanpa henti, tidak butuh gaji dan tidak minta komisi.

(jto)