@import url('https://fonts.googleapis.com/css2?family=EB+Garamond:ital,wght@0,400..800;1,400..800&display=swap'); body { font-family: "EB Garamond", serif; }

LAYU DEMUL

LAYU DEMUL

Tetiba jagat konoha digemparkan dengan munculnya aktor drama baru.
Aksinya langsung menaikan rating dan viewer dan perasaan pemirsa yang mengharu biru.

Seperti biasa yang jadi penonton dan fans-nya adalah ibu-ibu dan bapak-bapak yang begitu bangga ada aktor baru.

Bongkar ini, bongkar itu.
Stop ini, stop itu.
Aksinya begitu jumawa di depan rakyat yang modalnya kecil.
Namun....
Iya begitu kagum dengan Aguan, yang sukses memagar laut. 
Owhhh...
Itu diluar daerah yuridiksinya, itu bukan di jawa barat.
Begitu pembelaanya.
Makanya, DeHul...ehh...DeMul, begitu bangga menyambut Aguan CS di Gedung Sate.

Padahal,
Soal simpati dan empati, tidak mengenal batas teritorial  atau yuridiksi.
Itu soal nurani.
Karena bisa saja korporasi datang dan menggerus tanah anak negeri dengan berjuta alasan dan alibi.

Dilain kasempatan,
DeHul berpidato dengan lantang soal "hilangnya budaya" karuhun, yang seolah digantikan dengan budaya "mereka".
DeMul tidak menjelaskan secara eksplisit siapa yang dimaksud mereka itu.
Namun...
Secara implisit bisa ditangkap kekesalan dia terhadap "mereka" yang dia sebut dianggap lebih baik ceritanya, sejarah leluhurnya, sehingga masyarakat rela memberikan sesuatu demi "air putih".

Disangkal atau tidak.
Di-iyakan atau denial. 
Saya 100% yakin, yang dimaksud dengan mereka oleh DeHul adalah orang keturunan arab, para habaib dan "budayanya".

Hal ini,
Mau tidak mau, kalau kita tarik korelasinya, maka akan segaris lurus dengan gerakan-gerakan pemecah belah bangsa dengan issue anti habaib, habaib palsu, kelompok pendukung sunan dll.
Yang sekarang sedang ramai.
Masih ingat dengan kejadian bentrok kemarin antara kelompok yang sama sama berlabel Islam ??
Kalau kita sedikit cerdas, maka itu adalah percikan dari rencana yang disengaja oleh "mereka".
 
Jadi,
Memang...
Ini adalah skema nasional yang diwacanakan dengan seksama, untuk tetap memelihara konflik horizontal.
Dan DeMul,
Disadari atau tidak. Sudah masuk di dalam agenda besar itu.

Kenapa bara konflik horizontal ini tetap dipelihara oleh penguasa ?
Karena penguasa sangat perlu dengan adanya konflik tersebut. Agar bisa jadi sarana pengalihan issue.
Bahkan untuk sarana mencuci tangan saat penguasa mengeluarkan kebijakan yang menyengsarakan, apabila ada yang mendemo, maka penguasa punya "ormas" pembelanya.

Kembali ke DeMul,
Saya melihat begitu kuat ambisi Politik dan kuasanya.
Dia abaikan lembaga tinggi negara lainnya.
Seolah semuanya one man show.

Namun....
Hasrat dan nafsu yang besar itu,
Begitu saja dipatahkan dengan kenyataan bahwa DeMul adalah seoarang DENIAL.
Tak salah juga kalau RG bilang, bahwa dia adalah Mulyono dengan kemasan berbeda.

Amati faktanya,
Saat sebelum kejadian adanya korban nyawa diacara pesta pernikahan anaknya.
Dalam sebuah video, dengan jelas menggambarkan DeMul, tahu tentang pesta itu, bahkan dia menanyakan :

"Jadi semua masyarakat boleh datang ?" 

"Semua orang boleh makan ?"

"Uangnya cukup nggak ?"

Dia tahu dan bangga dengan akan adanya pesta tersebut.

Namun,
Setelah ada korban jiwa, dengan culas dan jiwa pengecut, DeMul bilang :

"Saya tidak tahu tentang akan adanya pesta itu"
"Bahkan saya yang tidak setuju dengan pesta itu"

Well...
Akhirnya.
Dedi Mulyadi Ejakulasi Dini dengan alibi dan denialnya.
Dia terlalu dini menampakan karakter aslinya sebagai seorang pembohong, pengecut dan tukang cuci tangan...
Sound like Mulyono isn't it ??

DeHul,
Kalau sebatas bagi-bagi duit dan borong orang jualan, kayaknya banyak para konten creator lain yang lebih dulu melakukanya.
Baim wong bagi-bagi duit.
Mr. Terimakasih.
Willy Salim.
Dan seabrek lainya...

Yang dibutuhkan rakyat adalah pemimpin yang dengan kebijakanya bisa menjamin kehidupan "layak" bagi rakyatnya.
Bukan diberi duit, tapi dikasih kesempatan untuk berkarya dan bekerja. Agar ada penghasilan tetap.
Seorang Gubernur itu memikirkan skema yang luas, bukan bagi bagi beras.
Karena masyarakat awampun sudah banyak yang terjun untuk saling berbagi.

Gubernur itu,
Memeras otak bagaimana agar investasi masuk, lapangan kerja banyak, harga hasil pertanian stabil.
Memutus rantai pertengkulakan yg merugikan petani.

Yang dibutuhkan itu.
Negara hadir untuk rakyatnya.

DeMul,
Tahan dulu nafsu besarmu.
Agar tidak terpeleset terlalu jauh.

(DANKE SOE PRIATMA)