Boikot Produk Yahudi, Tidak Mungkin?


BOIKOT PRODUK YAHUDI, TIDAK MUNGKIN?

Oleh Teuku Zulkhairi
(Aceh)

Setiap kali Palestina merintih sakit, seluruh dunia Islam, termasuk di Aceh ikut bergemuruh. Seruan boikot produk-produk Yahudi (dan Amerika) terus menggema di seantaro dunia, baik oleh muslim, maupun non muslim. Setelah dulu diserukan Wakil Gubernur Aceh di Masjid Raya Baiturrahman, dan terbaru ialah permintaan dari Rektor UIN Ar-Raniry, Prof Farid Wajdi Ibrahim, Serambi Indonesia, (Sabtu, 17/12).

Sebuah permintaan yang sangat dinantikan tentu saja. Palestina yang disitu terdapat Masjid Al-Aqsha betul-betul laksana jantungnya umat Islam. Al-Aqsha ialah eksistensi umat Islam, lantaran ia kawasan suci ketiga bagi umat Islam sehabis Mekkah dan Madinah yang tersebut dalam Alquran.

Di masa perang Salib, Nuruddin Zanki dan muridnya Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi berjuang keras membebaskan Al-Aqsha hingga kemudian Yang Mahakuasa berikan kemenangan sehingga harga diri umat Islam terselamatkan. Mereka mengorbankan segalanya untuk Al-Aqsha.

Tapi semenjak Khilafah Utsmaniyah di Turki ambruk di tangan Mustafa Kamal Attaturk, Palestina menjadi rebutan. Inggris memperlihatkan tanah ini ke Yahudi yang selanjutnya negara ini menjadi ‘kangker’ bagi umat Islam di Timur Tengah khususnya.

Sejak dikala itu, Palestina terus merintih, terjajah oleh musuh, dan dikhianati oleh saudara-saudaranya. Tidak terhitung sudah para pejuang yang telah syahid. Tidak terhitung penghinaan Al-Aqsha telah dilakukan Yahudi. Tidak terhitung sudah peristiwa pembantaian terjadi di bumi Palestina.

Dan hingga hari ini, muslim Palestina terus menerus mempersembahkan orang-orang terbaik di antara mereka untuk membebaskan Al-Aqsha. Dari pejuang, bawah umur kecil, ibu-ibu dan orang-orang bau tanah yang lemah, telah cukup banyak di antara mereka yang menjemput simpulan hidup di tangan penjajah Israel.

Melawan penjajahan Israel bagi Palestina secara ‘hukum duniawi’ memang mustahil. Sebab, disamping Palestina yang lemah dihadapan Israel yang mempunyai senjata yang canggih, Palestina juga ditinggalkan oleh saudara-saudaranya, ibarat Mesir kala diktator As-Sisi, Emirat Arab dan lain-lain.

Apalagi, musuh Palestina bahwasanya bukan hanya Israel, tapi negara-negara besar dunia yang bangun di belakang Israel, ibarat Amerika Serikat, Inggris dan seterusnya. Namun, umat Islam disana tampaknya sangat paham bahwa sumbangan Yang Mahakuasa Swt itu dekat.

Dalam Quran Yang Mahakuasa memberi motivasi umat Islam, “Kam min fiatin qalīlatin ghalabat fiatan katsiratan bi idznillāh.” [QS 2: 249]. Artinya, berapa banyak kelompok yang kecil sanggup mengalahkan kelompok yang besar dengan izin Allah.

Maka umat Islam di Palestina terus melawan, meskipun hanya mengandalkan katapel dan segopoh batu. Berbekal kedekatan mereka dengan Yang Mahakuasa dan ketinggian pemahaman mereka akan Alquran, sesulit apapun penderitaan ekonomi dan tekanan-tekanan yang mereka hadapi, tapi semangat mereka terus menyala untuk mempertahankan kemulian tanah suci umat Islam.

Maka sering kali kita mendengar para ibu-ibu di Palestina yang membagi manisan lantaran besar hati anaknya telah syahid di medan juang. Begitulah, seperih apapun penderitaan mereka, namun mereka sadar telah ‘dipilih’ oleh Yang Mahakuasa Swt untuk mempertahankan kemuliaan Al-Aqsha.

Namun, rintihan Palestina kali ini sangat berbeda. Kali ini Palestina merintih lantaran Masjid Al-Aqsha di Yerussalem terancam sepenuhnya dalam penguasaan Yahudi pasca pengumuman Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengakui Yerussalem sebagai ibukota Israel, sesuatu yang sekian usang tidak berani dilakukan oleh presiden-presiden Amerika sebelumnya.

Artinya, sekarang Yahudi telah bermain pribadi di jantung umat Islam. Pada dikala yang sama, negara-negara Islam berada dalam titik kelemahannya. Negara-negara Arab sibuk berperang sesamanya. Lihatlah Arab Saudi, Mesir dan Uni Emirat Arab yang hingga dikala ini sibuk memblokade Qatar yang dihuni umat Islam ketimbang membantu Gaza biar lepas dari blokade Israel.

Bahkan lucunya, mereka juga memusuhi para pejuang Islam di Gaza yang melawan Israel. Ironis, lucu dan memilukan memang. Bukan saja mereka passif atas kebiadaban Israel, malahan mereka ikut menciptakan luka umat Islam semakin menga-nga. Alhasil, Palestina terus merintih dalam kesunyian dan ketersendirian. Jantung umat Islam di Yerussalem pun terancam hilang.

Lalu apa tugas kita? Apakah kita hanya membisu saja menyaksikan semua kezaliman dan penghinaan atas umat Islam ini? Sungguh, di hadapan Yang Mahakuasa kelak semua kita akan diminta pertanggung jawaban, perihal apa tugas kita untuk membebaskan Al-Aqsha, untuk menolong umat Islam di Palestina.

Maka, permintaan para ulama di Indonesia untuk boikot produk Yahudi ialah permintaan yang cukup perlu kita sambut. Upaya kita untuk boikot produk Yahudi mungkin tidak akan memberi banyak pengaruh, namun setidaknya kita telah berusaha, dan tentunya tidak ada perjuangan yang sia-sia.

Tidak ada akibat untuk kebaikan kecuali kebaikan pula. Jika pun anda tidak siap memboikot, minimal sekali janganlah bawel pada perjuangan tersebut.

Bahwa terlalu sulit memboikot produk Yahudi oleh lantaran sudah memasuki semua lini kehidupan bukanlah alasan yang membenarkan kita untuk mencibir dan bawel pada permintaan memboikot produk Yahudi.

Tugas kita bagaimana memperkuat permintaan itu biar setidaknya terrealisasi semaksimal mungkin. Kita paham produk Yahudi begitu dahsyat membanjiri masyarakat kita, bahkan kita juga sulit melepas diri dari produk atau teknologi Yahudi.

Tapi setidaknya, jikapun tidak sanggup kita boikot seluruhnya, maka minimal kita jangan tidak memboikot sama sekali untuk produk-produk yang sanggup kita boikot. Ada kaidah ushul fiqh yang menyatakan, “maa la yudraku kulluhu, laa tutraku kulluhu”. Dalam konteks upaya boikot ini sanggup kita pahami, "kalau tidak sanggup boikot seluruhnya, maka jangan tidak memboikot sama sekali".

Jangan sampai, kita justru menjadi pihak yang mencibir dan menyinyir atas permintaan upaya boikot produk Yahudi. Kita perlu yakin dan perlu berjuang. Kita perlu menghilangkan perasaan rendah diri (mental inferior).

Hilangkan anggapan di pikiran kita bahwa kita tidak sanggup memboikot. Pasti sanggup jikalau kita mau. Pasti sanggup jikalau kita mau mendukung gerakan saudara-saudara kita yang ingin boikot produk Yahudi.

Kita orang Aceh ialah keturunan para pejuang, seharusnya tak ada di ‘kamus’ kita mental rendah diri dan pesimis. Ketika kita mau memboikot produk-produk Yahudi, ibarat air kemasan, produk-produk rumah tangga lainnya, maka bukan saja secara tidak pribadi kita telah melemahkan upaya Yahudi merebut Al-Aqsha, namun juga kita akan turut serta memberdayakan ekonomi saudara-saudara muslim kita di Aceh khususnya.

Setiap kali permintaan boikot produk Yahudi menggema, selalu saja ada aliran yang dikembangkan sekelompok orang di media umum bahwa bagaimana kita memboikot produk Yahudi sementara kita masih memakai teknologi mereka ibarat email, Facebook dan seterusnya?

Untuk memahami kasus ini, mari sejenak kita membaca Sirah Nabawiyah. Pasca perang Badar, sejumlah Yahudi berhasil ditawan kaum muslimin. Di antara Yahudi yang tertawan itu terdapat sejumlah orang di antaranya yang sanggup mengajar baca tulis huruf.

Apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW kemudian ialah meminta si Yahudi itu untuk mengajarkan baca tulis kepada bawah umur kaum Muslimin di Madinah. Ini merupakan upaya Nabi Muhammad SAW untuk memerangi buta abjad di kalangan umat Islam generasi pertama.

Kesediaan si Yahudi tawanan kaum muslimin untuk mengajari baca tulis bagi bawah umur kaum muslimin menjadi syarat pembebasan baginya dari tawanan kaum muslimin. Sejumlah Yahudi yang mengajari bawah umur kaum Muslimin di Madinah kemudian dibebaskan sehabis mengajari baca tulis.

Tapi apakah Nabi Muhammad SAW dan umat Islam pada dikala itu tidak lagi memerangi Yahudi? Justru perlawanan terhadap kejahatan Yahudi dikala itu terus berlanjut. Jadi, budi tidak mungkin memboikot produk Yahudi lantaran kita masih memakai produk yahudi ialah budi yang ketinggalan zaman. Marilah lakukan apa yang kita bisa.

Dengan kesediaan pribadi-pribadi kita memboikot produk Yahudi, insyaAllah lambat laun akan memunculkan kesadaran kolektif di masyarakat kita. Apalagi, produk-produk pengganti sudah cukup banyak terdapat di pasaran.***

LIST PRODUK BOIKOT: http://inminds.com/boycottcard.php




Share Artikel: