Duh! 39 Lokasi Jadi Sarang Lgbt Di Bogor, Erat Istana Paling Favorit


[PORTAL-ISLAM.ID]  Maraknya LGBT di Bogor dan sejumlah tempat di Indonesia menciptakan belasan Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Euis Sunarti mengajukan judicial review kitab undang-undang hukum pidana pasal kesusilaan ke Mahkamah Konstitusi (MK).

Namun hakim MK menolak somasi uji bahan yang diajukan Pof Euis Sunarti dan 11 guru besar lainnya.

Pemohon mengajukan uji bahan ayat 1 hingga 5 pasal 284 kitab undang-undang hukum pidana wacana perzinaan, pasal 285 kitab undang-undang hukum pidana wacana pemerkosaan, dan pasal 292 kitab undang-undang hukum pidana wacana homoseksual (LGBT) karena dianggap mengancam ketahanan keluarga.

LGBT dianggap sudah sangat meresahkan di Indonesia, termasuk di Kota Bogor. LBGT ibarat sudah mempunyai wadah tersendiri. Dinas Kesehatan mencatat, ada 39 titik perkumpulan LGBT yang tersebar di Kota Bogor.

Taman Sempur yang hanya berjarak sekitar 100 meter dari Istana Bogor menjadi lokasi favorit para LGBT di Kota Bogor.

Pengelola Program HIV Dinkes Kota Bogor, Nia Yuniawati mengaku, tercengang dikala melaksanakan investigasi di Taman Sempur beberapa waktu lalu.

Dalam semalam, dapat menjaring sebanyak hampir 200 laki-laki homoseksual untuk diperiksa VCT. “Mereka biasanya berkelompok, mulai dari remaja hingga dewasa,” ucapnya kepada Radar Bogor.

Meski sempat kelimpungan, tapi hal itu dirasa membawa kebaikan. Artinya, para laki-laki homoseksual tersebut bersedia untuk andil dalam mencegah penularan virus HIV khususnya di Kota Bogor. Karena, hanya dengan cara ibarat itu pengendalian angka penderita HIV/AIDS dapat dikendalikan.

Taman Sempur bukan satu-satunya tempat yang menjadi lokasi favorit para kaum gay. Nia mengungkapkan, tempat terbanyak kedua adalah Terminal Laladon.

Fakta tersebut berdasarkan hasil surveinya pribadi ke lapangan. “Itu mulai dari supir belum dewasa nongkrong. Tukang ojek juga,” terangnya.

Berdasarkan hasil pemetaan sementara yang dilakukan Nia beserta timnya, 39 lokasi yang diyakininya sebagai tempat perkumpulan LGBT 31 di antaranya merupakan perkumpulan gay, sedangkan 8 lainnya merupakan perkumpulan waria.

Tak heran, perkumpulan gay memang jauh lebih banyak dari homoseksual jenis waria. Setiap kali kelompok gay melaksanakan pertemuan, sering kali tidak terlihat masyarakat. Sebab, biasanya di rumah makan, foodcort ataupun cafe. Lain halnya dengan banci yang kerap kali berkeliaran di tepian jalan.

Selain melaksanakan pemeriksaan, pihaknya juga melaksanakan konseling terhadap para kaum homoseksual yang diperiksanya. Tak jarang pula Nia mendapat kisah-kisah menarik dari hasil konseling degan para kaum homoseksual.

Yang sudah niscaya ia tangkap, kelainan tersebut merupakan buah fantasi seksual dari masing-masing laki-laki homoseksual.

“Jadi mereka tuh membayangkan lebih. Katanya gini, kalau sama perempuan sudah biasa rutin. Saya pernah konseling, ia punya istri punya anak tapi pernah juga dengan laki laki,” tuturnya.

Ada 1.330 Gay Keliaran di Kota Bogor

Ribuan laki-laki dan perempuan zaman now mengalami penyimpangan seksual. Bahkan, tak sedikit yang sudah menikah karenanya memutuskan bercerai kaena mengalami kelainan seksual.

Seperti yang dialami sebut saja, N (21) terpaksa harus berpisah dengan suaminya. “Wajahnya ganteng, ibarat artis Korea,” ucapnya di Pengadilan Agama (PA) Bogor. Selama beberapa bulan menikah, N tak pernah berafiliasi layaknya suami dan istri. Kesal, karenanya memutuskan menggugat ke pengadilan.

Nah, dikala sudah masuk mediasi akar permasalahannya gres diketahui bahwa suaminya merupakan seorang gay. “Saat berpacaran, tak terlihat hal-hal yang aneh,” katanya.

Sementara itu, berdasarkan data PA Kelas IB Kota Bogor, hingga Oktober lalu, telah memutus 1.314 masalah perceraian. Sebagian besar, merupakan kasus cerai gugat. Yakni, istri yang mengajukan somasi cerai.

”Paling banyak mengajukan itu memang dari pihak istri. Hingga pertengahan tahun sudah ada 1.028 istri yang mengajukan kasus cerai, sedangkan cerai talak ada 286,” ujar Panitera Muda Pengadilan Agama Bogor Kelas IA, Agus Yuspiain.

Dari data yang ia miliki, angka perceraian dari tahun ke tahun cenderung naik. Pada 2016, tercatat sebanyak 1.632 kasus. Jika dibandingkan tahun sebelumnya, ada peningkatan sebanyak 104 kasus. Pada 2015, masalah somasi cerai di Kota Bogor mencapai 1.528 kasus.

Mayoritas, disebabkan tidak adanya keharmonisan. Lalu, disusul krisis adat dan tidak bertanggung jawab.

Maraknya laki-laki yang mengalami kelainan seksual, menjadi perhatian pemerintah daerah. Sebab, bila dibiarkan dapat berakibat negatif.

Pengelola Program HIV Dinkes Kota Bogor, Nia Yuniawati menjelaskan, ada 1.330 laki-laki yang homoseksual.

Data tersebut, kata dia, berdasar laki-laki yang menjalani Voluntary Counseling and Testing (VCT) oleh Dinkes Kota Bogor. Pemeriksaan tersebut, berkaitan dengan upaya untuk menekan angka penyebaran virus HIV/AIDS.

“Jadi, bahwasanya gay di Kota Bogor dapat lebih banyak lagi dari angka itu. Sebab, itu berdasarkan orang yang diperiksa Dinkes dari lokasi satu ke lokasi lain. Mereka kan belum tentu mau diperiksa HIV,” jelasnya dikala ditemui Radar Bogor (Pojoksatu.id Group), selesai pekan kemarin.

Kaum homoseksual yang menjadi sasaran, berdasarkan Nia terbagi menjadi dua jenis. Pertama gay atau yang biasa disebut sebagai lelaki seks dengan lelaki (LSL), kemudian banci atau sebagai transgender.

Angka gay, kata dia, memang terlihat mendominasi yakni sebanyak 1.279 orang. Sisanya, 51 orang merupakan waria. “Tahun ini hasil pemetaannya belum selesai,” ucapnya.

Gay Terbagi Lima Jenis

Nia Yuniawati membagi gay menjadi lima jenis.

Pertama, laki-laki tersebut berafiliasi dengan wanita, tapi benaknya memikirkan pria.

Kedua, laki-laki yang sudah berani mesra dengan laki-laki.

Ketiga, berafiliasi dengan perempuan dan laki-laki juga.

Keempat, lebih banyak didominasi melaksanakan kekerabatan dengan sesama laki-laki.

Kelima, hanya dengan sesama lak-laki.

Dokter jago narkotika dan seksologi, Bona Simanungkalit mengatakan, ada beberapa penyebab yang menciptakan seseorang menjadi homoseksual.

Antara lain, psikologi dan lingkungan. Yang pasti, menurutnya, homoseksual sama ibarat insan lainnya. Hanya saja, sikap seksualnya dianggap tidak normal oleh masyarakat kebanyakan.

Ketika sikap seksualnya tidak normal, maka berdasarkan Bona akan ada konsekunsinya. Peringatan tersebut, juga berlaku untuk Heteroseksual. Artinya, segala potensi penyakit dapat timbul bukan berdasarkan siapa yang melakukannya, melainnya ibarat apa acara seksualnya.

Terlebih, bagi kaum biseksual yang kerap kali bergonta-ganti pasangan. Sementara itu, Psikolog asal Bogor, Retno Lelyani Dewi mengungkapkan, tak hanya dari faktor lingkungan. Perilaku homoseksual juga dapat timbul, jawaban pengalaman jelek karena pernah dicabuli. “Mungkin saja anak itu dikala dewasa, mencari korban,” kata Retno.

Sumber: PojokSatu
Share Artikel: