@import url('https://fonts.googleapis.com/css2?family=EB+Garamond:ital,wght@0,400..800;1,400..800&display=swap'); body { font-family: "EB Garamond", serif; }

Jebreet! Sebut Jateng Sangkar Banteng, Ganjar Pranowo Ditampol Telak Zeng Wei Jian


[PORTAL-ISLAM.ID]  Like a preacher on lonely dessert, Ganjar Pranowo berseru-seru. Dia ingin mempertahankan Jawa Tengah sebagai sangkar banteng.

Iqbal Wibisono dari Golkar keberatan. Dia justeru ingin mengembalikan lebatnya beringin di Jawa Tengah.

Sudirman Said menyatakan, "Jateng yakni Rumah Bersama: Rumah Manusia Seutuhnya".

Netizen cibir retorik-metafora Ganjar. Mereka bilang, "Jateng bukan kandang, dan warga Jateng bukan banteng."

Filsuf John Locke mengatakan, "the use of words is to be sensible marks of ideas". Kata-kata mengekspresikan pikiran seseorang.

Di sisi lain, Sudirman Said memakai alegori. Teduh. Adem. Netral. Tidak ofensif. Ngga pake bahasa retorikal.

Modus retorik biasa di dunia politik. Bahkan Aristotle menulis "The Art of Rhetoric". Plato bilang retorik sering dipakai kaum sophist. Motifnya, simply flattering them with what they want to hear.

Di kala modern, teknik retorik paling sering dipakai kaum komunis dan pencetus kemerah-merahan. Di China, Chairman Mao merilis slogan "Let a thousand flowers bloom and a hundred schools of thought contend".

Tapi begitu, kebebasan beropini berkembang, Chairman Mao pribadi memberangus dengan kekerasan. The crackdown continued through 1957 as an Anti-Rightist Campaign.

THE END

Penulis: Zeng Wei Jian