Antara Kholid bin Walid dan Umar bin Khathab


Antara Kholid bin Walid dan Umar bin Khathab

Masalah antara Khalifah Umar bin Khathab dan Kholid bin Walid ini, terlalu banyak orang yang menyederhanakannya, lalu ada yang meng-qias-kan kejadian hari ini dengan peristiwa Umar bin Khathab dan Kholid bin Walid. Hingga ada yang menuntut orang lainnya bersikap seperti Kholid tapi dia tidak mau bersikap seperti Umar, dan ketika yang lainnya bersikap seperti Kholid beneran, yang minta gak siap jadi Umar.

Peristiwa ini, pemecatan Panglima Kholid oleh Umar, sebenarnya banyak Hikmah dan pelajarannya sekiranya kita mau membedahnya.

Kholid tidak melawan Umar, Benarkah?

(1) Pertama, merujuk pada apa yang ditulis Dr. Shalabi, salah satu Ulama kontemporer yang diakui kepakarannya di bidang Sejarah, beliau menulis bahwa, pemecatan Kholid itu terjadi 2 kali.

Pertama, pemecatan Kholid dari panglima Utama yang membawahi panglima-panglima lainnya, dan menggantinya dengan Abu Ubaidah orang yang digelari oleh Nabi 'Aminu hadzihilummah' (orang kepercayaan Umat). Sementara Kholid tetap menjadi bagian dari team leader bersama panglima yang lainnya, dan posisinya menjadi penasihat Abu Ubaidah, hingga tidak ada Keputusan Strategis Kecuali Kholid ikut serta dalam musyawarahnya.

Kedua, pemecatan Kholid sebagai salah satu panglima perang, karena ada perbedaan pandangan antara Khalifah Umar dan Kholid dalam urusan pengalokasian dana yang ada dalam diri Kholid, juga terdapat syubhat apakah harta yang dialokasikan Kholid untuk seorang penyair Alatsats bin Qais 10 ribu dirham, itu dari harta kaum Muslimin atau harta Kholid?

Berangkatlah Kholid bin Walid ke Madinah karena merasa terzhalimi. Dan terjadilah Peristiwa persidangan terbuka antara Khalifah Umar dan Kholid bin Walid di hadapan kaum Muslimin, persidangan ini diceritakan dengan sangat apik oleh seorang Penulis kelahiran Indonesia, yang karyanya 'Malhamah Umar' mendunia dan diakui oleh para Sejarahwan (Ali Ahmad Bakatsir, Sebagian tulis beliau telah diterbitkan group Era intermedia, diantaranya, Pahlawan-Pahlawan Yarmuk, Pagar-pagar Damaskus).

Yang menarik dari persidangan ini bagaimana Kholid bin Walid melawan keputusan Umar dengan berbagai argumentasi bukan dengan pasukan, dan itu terjadi di hadapan para Sahabat, di Masjid Nabawi (karena memang Khalifah Umar ga punya istana).

Sidang yang terjadi antara Khalifah Umar dan Kholid dengan mengikutsertakan para Sahabat Mulia ini mengajarkan kepada kita Sidang yang fair, bukan Sidang dengan kuisioner, memberikan kesempatan pada Kholid untuk membela diri, terbuka dan tanpa kepura-puraan, bukan tuduhan yang mengada-ada, surat Keputusan sidang juga tidak dijadikan bargaining Politik, tidak juga memonopoli kebenaran misalnya dengan kalimat, Udeh ente taat aja, qiyadah pasti bener.

Kholid juga bahkan berbicara untuk menguji keikhlashan dan ketulusan Umar, bahkan dengan berani meminta Khalifah Umar bin Khathab untuk turun dari kekhalifahan (Jadi kalo dapat amanah pemimpin tidak usah baper kalo ada yang minta turun).

(2) Selanjutnya, pelajaran lainnya: Walaupun Kholid benar posisinya bahwa beliau tidak berkhianat atas harta kaum Muslimin karena harta yang dia berikan pada penyair yang memujinya adalah harta khusus miliknya (dulu kalo ada penyair yang melantunkan pujian tidak diberi hadiah orang itu dianggap bakhil). Khalifah tetap memecatnya. Inilah perbedaan pandangan ijtihad antara Umar dan Kholid, Umar tetap menganggap memberikan 10rb dirham adalah sikap israf/berlebihan (Padahal memang Kholid pulang dari peperangan terakhir penaklukan Armenia, membawa ganimah dan fai yang luar biasa besarnya, hingga ada yang mengatakan kalo dibagikan pada seluruh pasukan yang berperang, bisa kaya 7 turunan ga abis2).

Perubahan Ijtihad Umar

Khalifah Umar adalah orang yang akan menerima Kebenaran dengan lapang dada. Dalam kitab Albidayah Wanihayah disebutkan, bahwa Khalifah menyadari kekeliruannya dalam memecat Kholid, dan berniat mengangkatnya kembali menjadi panglima, akan tetapi takdir berkata lain, Kholid keburu meninggal. Sekitar 2 tahun dari peperangan terakhir Kholid bersama kaum Muslimin Allah mewafatkannya.

Penyesalan dan keinginan Khalifah Umar merubah ijtihadnya bisa kita lihat dari ungkapan dialog beliau dengan Ali bin Abi Thalib, ketika Kholid meninggal,

وفي رواية أن عمر قال لعلي: ندمت على ما كان مني

"Dan dalam sebuah riwayat sesungguhnya Umar berkata kepada Ali: saya menyesal atas apa yang telah saya perbuat (dahulu)."

Juga ungkapan Umar yang masyhur,

رحم الله أبا بكر، لقد كان أعلم بالرجال مني

"Semoga Allah merahmati Abu Bakar, beliau lebih mengenal para Rijal (pejuang, para Sahabat yang menjadi tokoh, salah satunya mengangkat Kholid sebagai Panglima) daripada aku."

Wallahu a'lam.

(Ust. Nurhakim Zaki)

Share Artikel: