Imam Abu Hanifah vs Ateis
Suatu hari, seorang ateis datang kepada Imam Abu Hanifah dan menantang keyakinannya tentang keberadaan Tuhan. Ateis tersebut berpendapat bahwa alam semesta ini tidak memiliki pencipta dan terbentuk dengan sendirinya. Dia ingin berdebat dengan Abu Hanifah untuk membuktikan bahwa Tuhan tidak ada.
Imam Abu Hanifah, yang dikenal sebagai seorang cendekiawan dan pemikir yang cerdas, menyetujui tantangan tersebut. Mereka sepakat untuk bertemu pada waktu yang ditentukan.
Ketika hari pertemuan tiba, orang-orang berkumpul untuk menyaksikan perdebatan tersebut. Namun, Imam Abu Hanifah datang terlambat. Sang ateis, serta orang-orang yang hadir, mulai merasa bingung dan penasaran mengapa seorang ulama besar seperti Abu Hanifah tidak tepat waktu.
Setelah beberapa waktu, Imam Abu Hanifah akhirnya tiba. Sang ateis, dengan sedikit sinis, menanyakan mengapa Abu Hanifah terlambat. Dengan tenang, Imam Abu Hanifah menjawab:
"Maafkan keterlambatan saya. Di perjalanan ke sini, saya harus menyeberangi sebuah sungai. Namun, ketika saya sampai di tepi sungai, saya tidak menemukan perahu untuk menyeberang. Saya menunggu beberapa saat, dan tiba-tiba kayu-kayu dan papan-papan mulai mengapung ke arah saya. Kayu-kayu itu kemudian saling menyatu dengan sendirinya dan membentuk sebuah perahu, yang akhirnya membawa saya menyeberangi sungai tanpa ada yang membangunnya."
Mendengar penjelasan ini, sang ateis tertawa keras dan berkata:
"Itu tidak masuk akal! Tidak mungkin sebuah perahu terbentuk dengan sendirinya tanpa ada yang merakitnya!"
Imam Abu Hanifah tersenyum dan menjawab:
"Jika Anda berpikir bahwa sebuah perahu kecil tidak mungkin terbentuk dengan sendirinya tanpa ada yang membuatnya, bagaimana mungkin Anda percaya bahwa alam semesta yang jauh lebih kompleks ini bisa ada tanpa Pencipta?"
Sang ateis pun terdiam dan tidak bisa membalas argumen tersebut. Dia akhirnya menyadari bahwa kepercayaannya bahwa alam semesta bisa terbentuk tanpa penyebab atau pencipta adalah tidak masuk akal.
Mungkin ya si ateis juga bisa membantah "perahu tidak bisa disamakan dengan alam," itu benar secara harfiah, gw tau keduanya berbeda secara bentuk dan fungsi. Namun, disini yang ditekankan prinsip sebab-akibat berlaku secara umum.
Imam Abu Hanifah menganalogikan 'Jika benda sederhana seperti perahu memerlukan pembuat, maka alam semesta yang jauh lebih besar dan kompleks juga memerlukan penyebab'.
Perahu adalah contoh sederhana untuk menunjukkan bahwa tidak ada sesuatu yang muncul tanpa sebab. Sebagai orang yang berakal sehat pastilah kita mengamini prinsip sebab akibat, Anda terserah mau menyebut penyebab itu apa, yang pasti kalangan beragama menyebut penyebab itu adalah Tuhan. Inilah argumen Kausalitas (sebab akibat) yang diamini oleh filosof dan ahli kalam lintas zaman.
[Ngopidiyyah]