@import url('https://fonts.googleapis.com/css2?family=EB+Garamond:ital,wght@0,400..800;1,400..800&display=swap'); body { font-family: "EB Garamond", serif; }

Dari Teori Ke Aksi: Menanamkan Akidah Di Tengah Kegersangan Spiritualitas Terhadap Generasi Z

Menanamkan Akidah Di Tengah Kegersangan Spiritualitas Terhadap Generasi Z Dari Teori Ke Aksi: Menanamkan Akidah Di Tengah Kegersangan Spiritualitas Terhadap Generasi Z

Dari Teori Ke Aksi: Menanamkan Akidah Di Tengah Kegersangan Spiritualitas Terhadap Generasi Z

Mohd. Husain Arrifa’i

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Abstract
This article discusses the urgency of strengthening Islamic creed (ʿaqīdah) and spirituality among Generation Z in facing the challenges of the digital era and modernity. Generation Z, raised amid the rapid development of technology and social media, is confronted with various pressures such as identity crises, mental anxiety, and exposure to foreign ideologies that may undermine their faith values. In this context, Islamic creed education must be adaptive, relevant, and contextual to effectively reach and shape the character of Gen Z. The recommended approach includes integrating digital technology into religious instruction and da'wah, reinforcing spiritual values such as tawakkul (trust in God), dhikr (remembrance of God), and iḥsān (excellence in worship), as well as fostering collaboration with Muslim communities and content creators. Additionally, the importance of religious education that addresses emotional and existential aspects is considered effective in preventing the growing mental health issues among adolescents. This article emphasizes that a holistic and contextual Islamic education based on creed is a strategic solution for guiding young generations to remain steadfast in the values of tawḥīd amidst the waves of globalization and technological advancement.

Keywords: Generation Z, Islamic creed education, Islamic spirituality, digital technology, mental health, contextual Islamic education.

Abstrak

Artikel ini membahas urgensi penguatan akidah dan spiritualitas Islam di kalangan Generasi Z dalam menghadapi tantangan era digital dan modernitas. Generasi Z, yang tumbuh di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan media sosial, menghadapi berbagai tekanan seperti krisis identitas, kecemasan mental, dan ekspos terhadap ideologi asing yang berpotensi menggoyahkan nilai keimanan. Dalam konteks ini, pendidikan akidah Islam harus bersifat adaptif, relevan, dan kontekstual agar mampu menjangkau dan membentuk karakter Gen Z secara menyeluruh. Pendekatan yang direkomendasikan mencakup integrasi teknologi digital dalam dakwah dan pembelajaran, penguatan nilai-nilai spiritual seperti tawakal, zikir, dan ihsan, serta kolaborasi dengan komunitas dan konten kreator muslim. Selain itu, pentingnya pendidikan agama yang menyentuh aspek emosional dan eksistensial dinilai efektif dalam mencegah gangguan kesehatan mental yang semakin marak di kalangan remaja. Artikel ini menekankan bahwa pendidikan Islam berbasis akidah yang holistik dan kontekstual merupakan solusi strategis dalam membina generasi muda agar tetap kokoh dalam nilai-nilai tauhid di tengah gempuran globalisasi dan teknologi.

Kata Kunci: Generasi Z, pendidikan akidah, spiritualitas Islam, teknologi digital, kesehatan mental, pendidikan Islam kontekstual.

Pendahuluan 

Perkembangan teknologi informasi yang pesat di abad ke-21 telah membawa dampak signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dalam dunia pendidikan dan spiritualitas. Generasi Z, yaitu kelompok yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, merupakan generasi yang tumbuh dan berkembang dalam ekosistem digital yang sangat dinamis. Mereka akrab dengan internet, media sosial, dan perangkat digital sejak usia dini, sehingga menjadikan teknologi sebagai bagian integral dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, di balik kemampuan adaptasi teknologi yang tinggi, Generasi Z menghadapi tantangan yang tidak ringan. Tekanan sosial, krisis identitas, dan paparan ideologi asing melalui media digital menjadi faktor yang mengancam stabilitas psikologis dan spiritual mereka. Data menunjukkan meningkatnya kasus gangguan kesehatan mental dan tindakan bunuh diri di kalangan remaja, yang sebagian besar dipicu oleh stres akademik, perbandingan sosial, dan kehilangan makna hidup. Dalam konteks ini, pendidikan agama, khususnya pendidikan akidah, memiliki peran strategis untuk memberikan arah hidup dan pondasi moral yang kokoh bagi generasi muda.

Sayangnya, metode pengajaran agama yang bersifat konvensional sering kali tidak lagi relevan dengan karakter dan kebutuhan Gen Z yang cenderung kritis, visual, dan partisipatif. Oleh karena itu, perlu adanya pendekatan baru yang adaptif, dialogis, dan kontekstual dalam menyampaikan ajaran Islam, terutama dalam aspek keimanan dan spiritualitas. Pemanfaatan media digital untuk dakwah, penyusunan kurikulum agama yang sesuai dengan realitas kehidupan Gen Z, serta penguatan komunitas keagamaan yang suportif menjadi langkah penting dalam menjaga keberlangsungan nilai-nilai tauhid di tengah arus globalisasi dan modernisasi.

Tulisan ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana pendidikan akidah dan spiritualitas Islam dapat diperkuat dalam kehidupan Generasi Z, serta bagaimana tantangan dan peluang era digital dapat direspons secara bijak demi membentuk generasi yang religius, sehat secara mental, dan berdaya saing dalam kehidupan modern (Hafidzatul Muslima 2020).

Pendidikan akidah menjadi solusi penting untuk menanamkan nilai-nilai tauhid yang kokoh. Artikel tersebut menekankan bahwa pendekatan tradisional dalam pengajaran akidah perlu diperbarui agar relevan dengan karakteristik generasi Z. Pendekatan yang lebih partisipatif, dialogis, dan berbasis konteks kehidupan nyata sangat dianjurkan. Misalnya, menggunakan media digital seperti video interaktif, gamifikasi, dan diskusi terbuka untuk menjawab rasa ingin tahu mereka secara logis dan emosional (Maula Fiqriani, Sabrina Syifaurrahmah, Karoma 2025).

Generasi Z (Gen Z), kelompok yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, tumbuh di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital dan globalisasi. Mereka adalah generasi digital natives, yang sejak kecil telah akrab dengan perangkat teknologi seperti smartphone dan internet. Kehidupan mereka tidak lepas dari media sosial, yang membentuk cara berpikir, berkomunikasi, dan mengekspresikan diri. Di balik keunggulan adaptasi teknologi, Gen Z menghadapi tantangan kompleks, seperti krisis identitas, tekanan sosial, dan meningkatnya kecemasan mental akibat ekspektasi tinggi di era modern (Masluhah 2021).

Di tengah dinamika kehidupan modern, spiritualitas menjadi salah satu elemen penting dalam membantu Gen Z mencari makna hidup. Islam sebagai agama yang komprehensif menawarkan panduan spiritual yang relevan untuk menghadapi tantangan zaman. Nilai-nilai seperti tawakal (berserah diri kepada Allah), zikir (mengingat Allah), dan ihsan (berbuat baik dengan kesadaran kehadiran Allah) dapat menjadi landasan yang kokoh bagi generasi muda untuk menjalani hidup dengan lebih bermakna dan seimbang.

Tulisan ini bertujuan untuk mengupas bagaimana Gen Z muslim menemukan dan mempraktikkan spiritualitas Islam di era modern. Dengan mengeksplorasi tren-tren baru dalam praktik keagamaan dan tantangan yang dihadapi, tulisan ini juga akan menyoroti peluang untuk memperkuat spiritualitas Islam di kalangan Gen Z, agar tidak hanya menjadi individu yang tangguh secara spiritual, tetapi juga kontributor positif bagi masyarakat.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk mengkaji secara mendalam bagaimana penguatan akidah dan spiritualitas Islam dapat diterapkan secara efektif di kalangan Generasi Z dalam menghadapi tantangan era digital. Pendekatan ini dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian yang menekankan pada pemahaman makna, konteks sosial, serta interpretasi nilai-nilai religius dalam kehidupan generasi muda. Jenis penelitian ini adalah studi kepustakaan (library research) yang didukung oleh analisis isi (content analysis), di mana peneliti mengumpulkan dan menganalisis berbagai sumber tertulis maupun digital, termasuk buku ilmiah, artikel jurnal, laporan penelitian, berita daring, serta konten media sosial yang berkaitan dengan tema spiritualitas Islam dan karakteristik Generasi Z.

Sumber data yang digunakan mencakup data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari literatur akademik seperti disertasi, tesis, dan artikel ilmiah yang relevan dengan pembahasan. Sementara itu, data sekunder diperoleh dari laporan media, hasil survei lembaga terpercaya, serta konten dakwah digital seperti video, podcast, dan postingan sosial media yang banyak diakses oleh Gen Z. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui dokumentasi, yakni dengan menelusuri dan mencatat informasi yang relevan berdasarkan kata kunci tertentu seperti “Generasi Z”, “akidah Islam”, “pendidikan Islam kontekstual”, dan “spiritualitas digital”.

Proses analisis data dilakukan dengan metode analisis isi, yang mencakup tahapan identifikasi, kategorisasi, interpretasi, dan penyimpulan. Data dikelompokkan berdasarkan tema utama yang telah ditentukan, seperti tantangan spiritual Gen Z, strategi pendidikan Islam, serta pengaruh media digital terhadap kehidupan beragama mereka. Hasil temuan kemudian ditafsirkan secara kontekstual untuk memperoleh pemahaman yang menyeluruh. Untuk menjaga keabsahan data, dilakukan triangulasi sumber, yaitu dengan membandingkan dan mengonfirmasi berbagai sumber literatur yang berbeda jenis dan asalnya agar informasi yang disajikan tetap akurat dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Pembahasan 

Karakteristik Generasi Z

Gen Z merupakan kelompok generasi yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an. Mereka tumbuh di era digital yang serba terhubung, dengan akses internet dan teknologi yang mudah sejak usia dini. Dari segi demografi, generasi ini merupakan kelompok yang sangat beragam secara budaya, etnis, dan sosial, terutama di dunia yang semakin global. Sebagai generasi termuda yang mulai memasuki usia produktif, mereka memainkan peran penting dalam membentuk masa depan masyarakat.

Salah satu ciri khas Gen Z adalah keterampilan mereka dalam memanfaatkan teknologi. Sebagai digital natives, mereka tidak hanya mahir menggunakan perangkat teknologi, tetapi juga menjadikannya bagian integral dari kehidupan sehari-hari, termasuk dalam belajar, bekerja, dan berkomunikasi. Selain itu, generasi ini dikenal memiliki karakter individualis, dengan fokus pada pengembangan diri dan identitas personal. Mereka juga cenderung kritis dalam menghadapi informasi, sering mempertanyakan otoritas, dan mencari validasi melalui berbagai sumber, terutama di internet.

Namun, kehidupan modern yang serba cepat membawa tantangan besar bagi generasi ini. Krisis identitas menjadi salah satu isu utama, mengingat mereka harus menavigasi antara berbagai pengaruh budaya dan nilai yang sering kali bertentangan. Tekanan sosial, baik dari ekspektasi keluarga, teman, maupun masyarakat, dapat memicu perasaan cemas dan ketidakpastian. Selain itu, kecenderungan membandingkan diri dengan orang lain di media sosial sering kali memperburuk kesehatan mental, menjadikan generasi ini lebih rentan terhadap stres dan depresi dibandingkan generasi sebelumnya.(Wijaya dan Miyanto 2022)

Memahami karakteristik dan tantangan yang dihadapi Gen Z, penting untuk merancang pendekatan yang relevan dalam mendukung mereka, termasuk dalam aspek spiritualitas. Dengan cara ini, setidaknya dapat mengatasi tekanan hidup modern sambil menemukan makna hidup yang lebih mendalam melalui nilai-nilai Islam.

Spiritualitas dalam Islam: Konsep dan Relevansinya

Spiritualitas dalam Islam berkaitan dengan hubungan batiniah individu dengan Allah, lebih fokus pada kedalaman hati dan kesadaran spiritual daripada ritual ibadah. Konsep ini melibatkan pencarian makna hidup, ketenangan jiwa, dan kedekatan dengan Tuhan melalui amal ibadah, zikir, dan penghayatan nilai-nilai Islam. Spiritualitas Islam tercermin dalam interaksi dengan dunia sekitar dan cara memandang kehidupan.

Beberapa nilai inti yang relevan dengan Gen Z adalah ihsan: berbuat baik dengan kesadaran akan kehadiran Allah, diterapkan dalam tindakan sehari-hari dengan niat ikhlas. Tawakal: berserah diri setelah berusaha maksimal, membantu mengurangi kecemasan terhadap ketidakpastian. Zikir: mengingat Allah untuk menenangkan jiwa di tengah distraksi digital, membantu fokus dan introspeksi. Muhasabah: introspeksi diri untuk menilai tindakan dan niat, memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah. Spiritualitas Islam sangat relevan bagi Gen Z untuk menghadapi tantangan zaman, memberikan kedamaian dan arah yang jelas di tengah kehidupan yang penuh tekanan dan perubahan (Hisny Fajrussalam, Ayva Tuzqya Fattikasary, Hanifa Shofuroh, Khansa Pramesti 2016).

Tren Baru Spiritualitas Islam di Kalangan Generasi Z

Gen Z telah memperkenalkan tren baru dalam spiritualitas Islam dengan memanfaatkan teknologi dan media sosial, mengubah cara mereka memahami dan mempraktikkan agama. Beberapa tren utama yang mencerminkan transformasi ini antara lain: Pertama, media sosial dan dakwah digital. Platform seperti YouTube, Instagram, dan TikTok digunakan untuk menyebarkan dakwah Islam melalui video pendek, infografis, dan postingan visual, dengan fokus pada penyampaian yang personal dan autentik. Konten kreator muslim yang menginspirasi muncul di media sosial, berbagi pandangan islami dan memberikan tips menjaga keseimbangan kehidupan dunia dan akhirat.

Kedua, kajian online dan komunitas virtual. Kajian Islam berbasis digital semakin diminati, menawarkan pembelajaran yang praktis dan fleksibel bagi Gen Z. Komunitas virtual seperti WhatsApp dan Telegram mendukung perjalanan spiritual, dengan berbagi pengalaman dan saling mengingatkan tentang pentingnya kualitas spiritualitas. Ketiga, gaya hidup islami sebagai identitas. Pilihan hijrah dan gaya hidup halal menjadi tren di kalangan Gen Z, dengan menjauhi gaya hidup konsumtif dan hedonisme. Produk dan layanan islami berkembang pesat, seperti makanan halal, fashion muslimah, dan aplikasi keagamaan, mendukung praktik spiritual dalam kehidupan sehari-hari.

Keempat, peran seni dan budaya islami. Musik islami, film, dan karya seni mencerminkan nilai-nilai Islam, memberikan ketenangan dan inspirasi. Seni sebagai ekspresi iman digunakan oleh Gen Z untuk introspeksi dan mengekspresikan hubungan mereka dengan Allah. Tren di kalangan Gen Z ini menunjukkan bahwa spiritualitas Islam bagi mereka bukan hanya aspek keagamaan, tetapi juga bagian dari identitas yang mencakup interaksi dengan dunia digital, budaya populer, dan gaya hidup (Hidayat et al. 2022).

Tantangan yang Dihadapi Generasi Z Muslim

Gen Z muslim menghadapi berbagai tantangan dalam menjaga keseimbangan antara kehidupan duniawi dan spiritual, terutama di era digital. Beberapa tantangan utama yang mereka hadapi adalah: Pertama, tekanan modernitas dan sekularisme. Gen Z hidup dalam arus modernitas yang cepat, yang sering kali bertentangan dengan ajaran agama. Nilai-nilai duniawi seperti konsumerisme, individualisme, dan hedonisme, serta pemisahan agama dan kehidupan publik (sekularisme), menciptakan dilema bagi mereka. Mereka harus memilih antara mengikuti tren global atau tetap memegang prinsip agama, yang sering kali membingungkan dalam menjalani identitas muslim di tengah budaya populer (Zulyatina, Munadziroh, dan Salsabila 2024).

Kedua, islamofobia dan stereotip di dunia maya. Gen Z muslim menghadapi tantangan berupa islamofobia dan stereotip negatif terhadap Islam yang berkembang di dunia maya. Berita palsu dan diskriminasi di media sosial dapat membuat mereka merasa terisolasi atau terpinggirkan. Stereotip seperti ekstremisme dan ketidakmampuan berintegrasi dengan budaya Barat dapat mengganggu kesehatan mental, mempersulit ekspresi identitas muslim di ruang publik.
Ketiga, distraksi dari teknologi dan hiburan digital. Teknologi dan hiburan digital dapat menjadi sumber distraksi besar. Gen Z rentan terhadap kecanduan media sosial, video, dan games, yang dapat mengalihkan perhatian dari ibadah, kajian agama, dan pengembangan spiritual. Paparan berlebihan terhadap konten negatif di internet juga dapat merusak nilai moral mereka.(Azwar 2024)

Menghadapi tantangan-tantangan ini, Gen Z muslim membutuhkan kesadaran diri dan dukungan dari keluarga, komunitas, dan lembaga keagamaan untuk tetap mempertahankan nilai-nilai Islam yang kuat di tengah dunia yang penuh distraksi.

Strategi Memperkuat Spiritualitas Islam di Kalangan Generasi Z

Untuk memperkuat spiritualitas Islam di kalangan Gen Z, diperlukan pendekatan yang holistik dan relevan dengan tantangan zaman modern. Beberapa strategi yang dapat diterapkan adalah: Pertama, pendidikan agama yang relevan dan adaptif. Pendidikan agama harus disesuaikan dengan kebutuhan Gen Z, memanfaatkan teknologi untuk memberikan pengalaman belajar yang menarik. Pengajaran agama tidak hanya meliputi teori dan ibadah, tetapi juga penerapan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari, termasuk tantangan moral di dunia digital dan menjaga integritas spiritual di tengah godaan zaman.

Kedua, peran keluarga dan lingkungan sosial. Keluarga memainkan peran penting dalam membimbing Gen Z dengan memberikan teladan kehidupan islami yang seimbang antara duniawi dan spiritual. Selain itu, lingkungan sosial seperti sekolah, teman sebaya, dan komunitas dapat memberikan dukungan dalam memperkuat spiritualitas mereka, dengan pembentukan komunitas positif yang berbagi tujuan dan pengalaman dalam mengembangkan spiritualitas Islam (Maula Fiqriani, Sabrina Syifaurrahmah, Karoma 2025).

Ketiga, optimalisasi teknologi untuk dakwah dan pembelajaran Islam. Teknologi dapat dimanfaatkan untuk dakwah dan pembelajaran Islam. Platform digital seperti YouTube, Instagram, dan aplikasi pembelajaran Islam menjadi sarana efektif untuk menyampaikan pesan agama. Melalui teknologi, Gen Z dapat mengakses kajian Islam yang fleksibel dan memperdalam pengetahuan agama mereka di berbagai platform yang mudah diakses.

Keempat, membangun keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat. Gen Z perlu diajarkan untuk mengelola waktu dengan bijak, menjaga keseimbangan antara duniawi dan akhirat. Setiap aktivitas dapat menjadi ibadah jika dilakukan dengan niat yang baik dan sesuai dengan tuntunan Islam. Konsep dunya fi yad, akhirat fi qalb (dunia di tangan, akhirat di hati) menjadi pedoman untuk fokus pada tujuan spiritual sambil menjalani kehidupan duniawi dengan baik (Rahmawati 2024).

Dengan penerapan strategi-strategi ini, diharapkan Gen Z dapat memperkuat spiritualitas mereka, menemukan keseimbangan hidup, dan menjadi pribadi yang sukses di dunia dan akhirat.

Generasi Z lahir antara pertengahan 1990 hingga awal 2010, tumbuh kembang dalam era teknologi digital yang canggih dan dinamis. Meskipun dikenal sebagai generasi yang terhubung secara digital dan memiliki akses ke informasi dengan mudah, Generasi Z juga dihadapkan pada berbagai tantangan dan tekanan psikologis yang unik. Dalam menghadapi ketidakpastian dan kompleksitas dunia modern, peran akidah sebagai landasan moral dan spiritual menjadi semakin penting. Menurut laporan dari Tabloid Mata Hati, terjadi peningkatan signifikan sebanyak 36,4% dalam jumlah kasus kematian pada tahun 2023, yang dominan disebabkan oleh tindakan bunuh diri (Widia, Akbar, dan Nugraha 2025).

Beberapa insiden tragis yang tercatat antara lain meliputi kasus seorang mahasiswa yang mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri pasca perayaan wisuda, ditemukannya seorang mahasiswa yang melakukan tindakan serupa di kamar kosnya, kasus seorang mahasiswi yang terjun ke rel kereta api, serta kasus lainnya di mana mahasiswa ditemukan meninggal karena tali gantung dengan ungkapan keluh kesah terkait kesulitan menyelesaikan skripsi, atau bahkan ditemukannya seorang mahasiswa yang meninggal dalam mobilnya dengan keberadaan gas helium dan selang yang terpasang di tubuhnya. 

Di samping itu, faktor-faktor pemicu utama termasuk tekanan akademik yang berlebihan, perbandingan sosial di platform media sosial, serta kurangnya dukungan emosional. Temuan dari penelitian menunjukkan bahwa remaja yang terus menerus menghadapi tekanan atau merasa terasing memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami gangguan kesehatan mental. Oleh karena itu, implementasi program pendidikan yang menyeluruh mengenai kesehatan mental di lingkungan sekolah dan ketersediaan layanan dukungan psikologis yang mudah dijangkau dapat membantu mengurangi beban mental yang mungkin dialami oleh para remaja (Salsabila, Hidayat, dan Ramdani 2022).

Secara konseptual, Pendidikan Agama Islam diidealkan memiliki misi yang mengarah pada penguatan dimensi keimanan individu, yang pada gilirannya diharapkan mampu membawa mereka untuk secara konsisten mengamalkan serta menegakkan nilai-nilai moral dan religius dalam berinteraksi dalam konteks sosial, kebangsaan, dan politik, terutama dalam konteks gejala globalisasi yang melanda saat ini. Namun, dengan adanya kemajuan pesat dalam bidang teknologi informasi, khususnya medium internet, generasi Z rentan terhadap pengaruh serta arus gagasan dan ide-ide yang beredar dari luar. Kendati demikian, generasi ini juga terpapar pada potensi dampak negatif, termasuk ketidakpekaan terhadap dinamika sosial, terjebak dalam pola perilaku yang tidak terkendali, kecenderungan menuju individualisme yang berlebihan, serta kurangnya kesadaran akan kebijakan penggunaan media secara bijak, terutama dalam konteks penggunaan media sosial. Keadaan ini menimbulkan tantangan yang memerlukan pendekatan dan solusi yang tepat guna menghindari generasi Z dari terjerumus ke dalam perilaku yang merugikan (Kusumastuti et al. 2024).

Peran keyakinan dalam membentuk generasi Z yang kuat sangatlah penting, karena keyakinan memengaruhi kondisi pikiran, perasaan, perilaku, dan kesehatan tubuh. Keyakinan juga memiliki peran penting dalam memberikan arahan kehidupan, bantuan dalam kesulitan, serta menjadi penenang dan pengendali emosi. Pendidikan Islam juga terbagi menjadi dua, yaitu melalui pendidikan formal dan pembinaan ulang. Proses pembinaan mental merupakan tanggung jawab bersama, yang melibatkan orang tua, sekolah, dan masyarakat bekerjasama dalam menciptakan mental yang sehat pada generasi muda (Ayu et al. 2024).

Akhlak bagi generasi Z dapat membantu mereka memahami tanggung jawab mereka sebagai pengguna teknologi dan membangun moralitas serta etika di era digital. Pendidikan Islam kontekstual juga dapat menjadi solusi bagi masalah kesehatan mental saat ini, karena dapat membantu generasi Z memahami dan mengatasi masalah eksistensial yang sering memengaruhi kesehatan mental mereka. Pendidikan Islam juga dapat digunakan untuk meningkatkan layanan kesehatan mental berbasis madrasah, sehingga guru Agama Islam dan guru Bimbingan Konseling (BK) dapat bekerja sama dalam memberikan layanan kesehatan mental (Fadhilah dan Usriadi 2025).

Sikap dan perilaku manusia, baik atau buruk, dapat diubah melalui pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai kunci menuju manusia yang berakhlakul karimah, baik dalam perkataan, tingkah laku, dan perbuatan. Pendidikan dipandang sebagai proses penting dalam humanisasi manusia, membimbing dan melatih untuk meningkatkan martabat manusia di mata sesama manusia dan Sang Pencipta alam semesta. Pendidikan memiliki kemampuan untuk mengatasi ketidaktahuan, mengubah diskriminasi menjadi non-diskriminasi, serta menjadi tempat pengembangan potensi individu dalam aspek pemahaman agama, emosi, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan untuk bertahan dan hidup berkelanjutan (Kusumawati 2021). 

Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Mujadalah, 58 ayat 11 :

يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kamu, dan meninggikan derajat orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Selain itu, penggunaan teknologi digital semakin menguat mempengaruhi kehidupan beragama, terkhusus pada generasi Z. Pada era digital saat ini, generasi Z masih tetap berpegang teguh kepada nilai-nilai religiositas ajaran agama dalam kehidupan. Namun, ada kecenderungan untuk lebih senang mengikuti trend memperdalam pengetahuan keagamaan secara mudah dan instan melalui teknologi digital. Untuk membentuk generasi Z yang tangguh, perlu dilakukan langkah-langkah aktif dan berkelanjutan, seperti optimalisasi layanan kesehatan mental berbasis madrasah, penggunaan teknologi digital yang baik, dan pendidikan Islam kontekstual yang dapat membantu memahami dan mengatasi problem eksistensial (Maharani, Yuliani, dan Nurrohim 2025).

Strategi pendidikan yang ditujukan untuk memperkuat akidah dalam generasi Z merupakan langkah krusial dalam memastikan fondasi moral dan spiritual yang kokoh bagi masa depan mereka. Pertama, pendidikan agama yang holistik menjadi landasan utama, di mana bukan hanya pemahaman konseptual yang ditekankan, tetapi juga penerapan nilai-nilai akidah dalam konteks kehidupan sehari-hari. Melalui pendekatan ini, generasi Z dapat menginternalisasi ajaran agama secara lebih mendalam, serta mempraktikkannya dalam interaksi sehari-hari. Selanjutnya, pembinaan komunitas yang mendukung menjadi elemen penting, di mana mereka dapat saling memperkuat iman dan mendukung satu sama lain dalam perjalanan spiritual mereka. Dengan memiliki lingkungan yang positif dan mendukung, generasi Z akan merasa lebih termotivasi dan terinspirasi untuk memperdalam pemahaman akan ajaran agama dan memperkuat ikatan dengan nilai-nilai keagamaan. Terakhir, penerapan teknologi yang bermakna menjadi sarana efektif untuk menjangkau generasi Z yang terhubung dengan dunia digital (Izzah et al. 2025). 

Dengan memanfaatkan media sosial dan platform online, pesan-pesan keagamaan yang relevan dapat disebarkan secara luas dan mencapai audiens yang lebih luas. Hal ini juga memungkinkan terbentuknya komunitas daring yang berorientasi pada nilai-nilai akidah, di mana generasi Z dapat terlibat dalam diskusi dan pertukaran gagasan yang memperkaya pemahaman akan agama mereka. Dengan demikian, melalui pendidikan agama yang holistik, pembinaan komunitas yang mendukung, dan penerapan teknologi yang bermakna, generasi Z dapat dibimbing menuju perjalanan spiritual yang kuat dan berarti, membentuk fondasi yang kokoh bagi masa depan mereka.

Tantangan yang Dihadapi oleh Pendidikan Islam di Era Gen Z

Paparan terhadap Berbagai Pemikiran dan Ideologi Salah satu tantangan terbesar bagi Gen Z adalah paparan yang tak terbatas terhadap berbagai ideologi dan pemikiran melalui internet. Berbagai pandangan yang terkadang bertentangan dengan ajaran Islam, seperti paham sekuler, liberal, atau bahkan ekstremis, mudah dijangkau melalui platform media sosial dan website. Tanpa bimbingan yang kuat, Gen Z bisa terpengaruh oleh ajaran-ajaran tersebut, yang bisa menggoyahkan akidah mereka. Kehilangan Minat terhadap Pembelajaran Agama yang Konvensional Pendidikan agama Islam yang bersifat konvensional, seperti mengaji kitab, menghadiri pengajian, dan belajar fiqih dalam format tradisional, sering dianggap kurang menarik oleh Gen Z. Di tengah kesibukan mereka dengan sekolah, tugas, dan hiburan digital, mereka cenderung kurang tertarik pada metode pembelajaran agama yang terasa monoton dan ketinggalan zaman. Ini menjadi tantangan bagi pendidik agama Islam untuk menemukan cara yang lebih menarik dan relevan agar ajaran agama tetap dapat dipahami dan diterima dengan baik. Ketergantungan pada Teknologi dan Media Sosial Gen Z cenderung sangat bergantung pada teknologi dan media sosial. Ini bisa berisiko jika mereka tidak dibekali dengan filter atau panduan yang benar dalam menggunakan teknologi tersebut. Media sosial yang penuh dengan informasi tidak terverifikasi bisa mempengaruhi pandangan mereka terhadap agama, dan lebih parah lagi, bisa memunculkan keraguan terhadap prinsip-prinsip dasar Islam, seperti tauhid, akhlak, dan syariat.

Pentingnya Pendidikan Islam yang Relevan di Era Digital

Untuk menjaga akidah Gen Z di tengah gempuran teknologi, pendidikan Islam harus mengadopsi pendekatan yang relevan dan efektif. Pendidikan agama yang disampaikan dengan cara yang sesuai dengan perkembangan zaman dan gaya hidup Gen Z akan lebih mudah diterima. Berikut adalah beberapa strategi yang bisa digunakan untuk memperkuat pendidikan Islam bagi generasi ini:

1. Memanfaatkan Teknologi untuk Pembelajaran Islam Teknologi dapat menjadi alat yang sangat efektif dalam menyampaikan pendidikan Islam. Platform digital, seperti aplikasi Al-Qur’an digital, podcast keagamaan, video dakwah, dan kursus online tentang agama, bisa menjadi media yang menarik bagi Gen Z. Pembelajaran berbasis video atau visual dapat membuat ajaran agama lebih mudah dicerna, sementara aplikasi interaktif yang menggabungkan elemen permainan (gamification) dapat meningkatkan keterlibatan mereka dalam memahami ajaran Islam.

2. Menyajikan Pembelajaran yang Kontekstual Agar pendidikan Islam relevan dengan kehidupan sehari-hari Gen Z, materi pembelajaran harus disesuaikan dengan isu-isu yang mereka hadapi. Misalnya, pembelajaran tentang etika digital, penggunaan media sosial yang bijak, dan cara menjaga akidah dalam dunia maya sangat penting di era sekarang. Dengan menyajikan Islam dalam konteks modern, seperti bagaimana Islam mengajarkan untuk hidup harmonis di tengah perbedaan atau bagaimana Islam mengatur etika dalam berkomunikasi online, generasi muda dapat lebih mudah memahami dan mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan mereka.

3. Kolaborasi dengan Influencer dan Konten Kreator Muslim Influencer dan konten kreator di media sosial memiliki pengaruh besar di kalangan Gen Z. Oleh karena itu, kolaborasi dengan mereka untuk menyebarkan nilai-nilai Islam bisa menjadi strategi yang efektif. Konten yang ringan namun mendalam tentang ajaran Islam, disampaikan oleh influencer yang memiliki pengikut yang besar, dapat menjangkau lebih banyak generasi muda. Selain itu, pendekatan ini memungkinkan ajaran Islam disampaikan dengan cara yang lebih akrab dan mudah dicerna oleh Gen Z.

4. Menanamkan Nilai-nilai Akhlak dan Spiritualitas Sejak Dini Pendidikan Islam bukan hanya soal pengetahuan tentang fiqih atau ibadah, tetapi juga tentang pembentukan karakter. Dalam dunia yang semakin materialistis dan sekuler, menanamkan nilai-nilai akhlak dan spiritualitas yang kuat adalah kunci untuk menjaga akidah Gen Z. Hal ini bisa dilakukan dengan mengajarkan mereka tentang pentingnya kedamaian batin, tujuan hidup yang lebih tinggi, dan pentingnya ketakwaan dalam setiap aspek kehidupan, baik online maupun offline (Maula Fiqriani, Sabrina Syifaurrahmah, Karoma 2025).

KESIMPULAN

Generasi Z, yang tumbuh dalam era digital dan globalisasi, menghadapi tantangan unik yang memengaruhi identitas, spiritualitas, dan kesehatan mental mereka. Paparan teknologi, tekanan sosial, dan akses terhadap berbagai ideologi menjadikan mereka generasi yang rentan terhadap krisis eksistensial, depresi, serta penurunan nilai-nilai religius. Meskipun demikian, Gen Z juga memiliki potensi besar sebagai generasi yang kritis, adaptif, dan terbuka terhadap inovasi, termasuk dalam ranah spiritual dan keagamaan. Spiritualitas Islam, yang menekankan hubungan batiniah dengan Allah melalui nilai-nilai seperti ihsan, tawakal, zikir, dan muhasabah, menjadi solusi penting dalam memberikan ketenangan jiwa dan arah hidup bagi Gen Z. Tren spiritualitas modern di kalangan mereka menunjukkan pendekatan baru dalam memahami dan mengamalkan agama, seperti dakwah digital, kajian online, gaya hidup islami, dan ekspresi iman melalui seni dan media sosial.

Namun, tantangan serius seperti islamofobia digital, tekanan modernitas, dan distraksi teknologi menuntut adanya strategi pendidikan Islam yang relevan. Pendidikan Islam tidak boleh bersifat konvensional semata, melainkan harus holistik, kontekstual, dan mampu berinteraksi dengan dunia digital tempat Gen Z hidup. Strategi yang dapat diambil mencakup pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran, penyajian materi yang kontekstual dan aplikatif, kolaborasi dengan influencer muslim, serta penanaman nilai-nilai akhlak dan spiritualitas sejak dini. Keberhasilan pendidikan Islam dalam membina akidah dan karakter Gen Z sangat bergantung pada sinergi antara keluarga, sekolah, komunitas, dan pemanfaatan teknologi secara bijak. Dengan pendekatan yang adaptif dan berorientasi pada keseimbangan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi, generasi ini dapat diarahkan untuk menjadi pribadi yang beriman, berakhlak, dan mampu menghadapi tantangan zaman dengan pondasi spiritual yang kuat.


DAFTAR PUSTAKA

  • Ayu, Mas, Ainun Nisa, Mohamad Salik, Muhammad Fahmi, dan Atika Agustina Tarik. 2024. “PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF BUYA HAMKA : RELEVANSINYA TERHADAP PENGUATAN KESEHATAN MENTAL GEN Z.” Al-Fatih: Jurnal Pendidikan dan Keislaman VII (52): 170–93.
  • Azwar, Iskandar. 2024. “Dakwah Islam bagi Gen-Z: Peluang, Tantangan, dan Strategi.” Dirasah Jurnal Kajian Islam 1 (1): 17–38.
  • Fadhilah, Naylatul, dan Aini Yusra Usriadi. 2025. “Peran Pendidikan Islam Sebagai Solusi Krisis Moral Generasi Z di Era Globalisasi Digital.” Jurnal Manajemen dan Pendidikan Agama Islam 3 (3): 6.
  • Hafidzatul Muslima, Maya Risa. 2020. “Kesadaran Moral Spiritual Terkait Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis ICT.” Jurnal Basicedu 5 (5): 3(2), 524–32. https://journal.uii.ac.id/ajie/article/view/971.
  • Hidayat, Syarip, Reyhan Qatrunada Usulu, Muhammad Farhan, Hanif Effendi, Lanina Astrid, Chrysant Vrij, dan Ai Solihat. 2022. “EFEKTIFITAS DAKWAH DI INTERNET UNTUK GEN-Z.” Jurnal Al-Bayan: Media Kajian dan Pengembangan Ilmu Dakwah 28 (1): 43–55.
  • Hisny Fajrussalam, Ayva Tuzqya Fattikasary, Hanifa Shofuroh, Khansa Pramesti, Khoerunnisa Nur Fadillah. 2016. “Pengaruh Sosial Media Dalam Meningkatkan Pemahaman Agama Islam Terhadap Gen-Z” 10 (16): 1–23.
  • Izzah, Nadiva, Shofi Hilda Nuraini, Sulthan Abyan, dan Imam Syafi. 2025. “Tantangan dan Strategi Kompetensi Guru Pendidikan Islam dan Adaptasi Teknologi dalam Penguatan Nilai Spiritual.” Diksi Jurnal Kajian Pendidikan dan Sosial 6:114–21.
  • Kusumastuti, Erwin, Muhammad Rafli Alviro, Farrel Zikri Suryahadi, Mohammad Sahrul Faza, Ahmad Arif Choirudin Anas, Akhmad Nizar Zaini, dan Ardra Jamie Hibatullah. 2024. “Peran Pendidikan Agama Islam dalam Penggunaan Media Sosial pada Era Society 5.0 untuk Memperkuat Moderasi Beragama.” Jurnal Pendidikan Islam 1 (3): 10. https://doi.org/10.47134/pjpi.v1i3.554.
  • Kusumawati, Silviana Putri. 2021. “Pendidikan Aqidah-Akhlak Di Era Digital.” EDUSOSHUM: Journal of Islamic Education and Social Humanities 1 (3): 130–38. https://doi.org/10.52366/edusoshum.v1i3.16.
  • Maharani, Devita Putri, Devi Ayu Yuliani, dan Ahmad Nurrohim. 2025. “Integrasi Nilai-nilai Islam dalam Pemanfaatan Teknologi Digital oleh Generasi Z di Era Moderen Integration of Islamic Values in the Use of Digital Technology by Generation Z in the Modern Era.” Dirasah Jurnal Kajian Islam 2 (1): 93–109.
  • Masluhah, U. 2021. “Digitalisasi Materi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Karakter Generasi Z yang Islami.” EDU-RELIGIA: Jurnal Keagamaan dan Pembelajarannya 4 (1): 30–37.
  • Maula Fiqriani, Sabrina Syifaurrahmah, Karoma, Abdullah Idi. 2025. “Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Islam untuk Generasi Z: Studi Literatur tentang Inovasi dan Tantangan Terkini.” Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan Indonesia 4:372–81.
  • Rahmawati, Dita Ayu. 2024. “Buletin Al-Rasikh.”
  • Salsabila, Diana Fitria, Ila Nurlaila Hidayat, dan Zulmi Ramdani. 2022. “Stres Akademik dan Perceived Social Support sebagai Prediktor Kesehatan Mental Remaja Akhir.” Gadjah Mada Journal of Professional Psychology (GamaJPP) 8 (2): 173. https://doi.org/10.22146/gamajpp.76711.
  • Widia, Amanda Putri, Sika Raemif Akbar, dan Muhammad Tisna Nugraha. 2025. “MENGHADAPI TANTANGAN MENTAL HEALTH GEN Z MELALUI PENDEKATAN AYAT-AYAT Al-QURAN : INOVASI DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM.” As-sulthan Jurnal Of Education 01 (03): 632–39.
  • Wijaya, Mirza Mahbub, dan Duwi Miyanto. 2022. “Implementation of Spiritual Education in Generation Z Students.” Andragogi: Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan 10 (2): 195–210. https://doi.org/10.36052/andragogi.v10i2.292.
  • Zulyatina, Riza Natania, Amilah Munadziroh, dan Aisyah Naurah Salsabila. 2024. “Menghadapi Ghazwul Fikri : Bagaimana Budaya Populer Menjadi Tantangan Bagi Keyakinan Islam Di Era Digital Program Studi Pendidikan Matematika , Universitas Pendidikan Indonesia 1095-1291 M . Perang ini melibatkan konflik antara umat Islam dan Kristen-,” 67–81.