Oleh: Widi Astuti
Apalah arti sebuah nama, begitu kata Shakespeare. Tapi bagi KDM sepertinya tidak demikian. Dia seperti alergi dengan nama berbau Arab. Padahal Arab itu identik dengan Islam. Agama mayoritas yang dipeluk warga Indonesia.
Andai KDM donatur tunggal RS tersebut, maka bisa difahami jika dia berani mengganti nama. Pastilah tak ada yang berani protes. Jika dia hanya menyumbang seuprit, maka perlu persetujuan donatur lain. Tapi kalau dia tidak berdonasi sama sekali terhadap RS Al-Ihsan dan pengen merubah nama? Maka itu namanya TER LA LU....sungguh TER LA LU.
Padahal RS Al-Ihsan dibangun dari dana Bazis, dananya ummat Islam. Jadi wajar banget donk kalau dikasih nama berbau Islam.
Andai donasi dari ummat Kristen/Katholik, maka sangat wajar jika namanya berbau Kristen.
Begitu pula jika dana dari warga Sunda, maka sah-sah saja dikasih nama berbau Sunda.
Tapi kalau RS tsb bukan dari donasi warga Sunda dan dipaksakan untuk memakai bahasa Sunda/Jawa maka wajar jika para donatur asli tidak setuju. Wajar jika banyak fihak yang mengkritisi.
Padahal Indonesia itu Bhinneka Tunggal Ika. Sah-sah saja menggunakan nama yang berbau Arab karena memang negeri ini mayoritas muslim.
Lantas mengapa ada yang keberatan?
Toh nama-nama Arab sudah familiar digunakan oleh masyarakat.
Jangan memaksakan kehendak. Tak selamanya Bahasa Arab bisa ditransliterasi ke Bahasa Sunda/Jawa.
Hanya sebuah nama aja bisa bikin kepanasan. Kecuali kalau nama Kim Jong Un, maka silakan aja kepanasan. Karena memang kalau ada yang berani paka namanya Kim Jong Un, maka bakal dikirimi rudal hipersonik dari Pyongyang 😑